TRIBUNTRAVEL.COM - Pesawat terbang biasanya dikendalikan oleh seorang pilot atau co-pilot.
Adanya pilot dan co-pilot dianggap penting karena memegang peran vital selama penerbangan pesawat.
Namun demikian tak jarang dari pilot atao co-pilot mengalami insiden yang tidak terduga.
Satu di antaranya pilot yang meninggal dunia saat sedang bertugas.
Baca juga: Deretan Pilot yang Meninggal saat Penerbangan, Pernah Terjadi di Pesawat AirAsia
Lalu, jika ada insiden demikian, bagaimana nasib kemudi pesawat yang masih mengudara?
Melansir laman Simple Flying, Jumat (22/7/2022) rupanya dunia penerbangan memiliki solusi untuk masalah tersebut.
TONTON JUGA:
Sebagaimana diketahui, co-pilot memiliki tugas untuk mendampingi kapten pilot.
Jika ada kejadian semacam itu, maka co-pilot akan jadi orang pertama yang ambil andil untuk mengendalikan pesawat.
Namun, bagaimana jika pilot dan co-pilot sama-sama meninggal?
Jika hal tersebut terjadi, rupanya pramugari dapat berganti tugas sebagai pilot saat sedang dihadapkan dengan keadaan darurat.
Ya, sebagian dari pramugari memang ada yang memutuskan untuk mempelajari lisensi pilot mereka.
Hal itu sengaja mereka lakukan karena berpotensi untuk membantu mendaratkan pesawat dalam keadaan darurat.
Tak hanya lisensi pribadi, sebelum bertugas menjadi pramugari, rupanya mereka juga akan mendapatkan pelatihan dari pihak maskapai.
Baca juga: Pilot Meninggal Dunia, Begini Kronologi Pesawat Citilink Mendarat Darurat di Bandara Juanda
Baca juga: Pilot Citilink Meninggal Dunia usai Mendarat Darurat di Bandara Juanda Surabaya
Dalam hal ini pramugari akan mempelajari terminologi dasar untuk pesawat, berbagai jenis cuaca dan beberapa terminologi dasar bandara.
Sehingga saat keadaan darurat mereka sudah tau dengan baik terkait dasar-dasar penting dalam pesawat.
Seperti di antaranya mengetahui kemudi dari kuk atau bilah dari aileron, atau sesederhana mengetahui letak mesin kiri dan kanan.
Selain mengemudi, mereka juga akan mendapat 'pelatihan ketidakmampuan pilot'.
Adanya pelatihan tersebut dimaksudkan jika satu pilot sedang dalam keadaan sakit atau lebih buruk.
Sehingga dengan demikian pramugari dapat memindahkan mereka dari tempat duduk dengan aman.
Setelah itu pramugari akan mengambil alih kursi pilot yang kosong dan membantu pilot yang tersisa.
Dalam hal ini pramugari akan berperan penting dengan membaca daftar periksa yang sesuai.
Ada juga latihan mengenai sinyal tangan tertentu yang diajarkan untuk tujuan komunikasi.
Kode non verbal itu digunakan jika ada kemungkinan berbicara dengan kontrol lalu lintas udara saat hendak mendaratkan pesawat.
Baca juga: 9 Kelakuan Penumpang Terburuk Versi Pramugari, Ambil Foto Awak Kabin Tanpa Izin
Ya, saat keadaan darurat, pramugari harus berbicara dengan kontrol lalu lintas udara.
Hal ini dilakukan karena mereka akan memandu serta membawa pilot profesional melalui radio jarak jauh.
Nantinya pengontrol lalu lintas akan menginstruksikan pramugari tentang apa yang harus dilakukan.
Jika tidak memungkinkan, ada juga beberapa kapasitas untuk menggunakan kemampuan pendaratan otomatis pesawat.
Pesawat jenis ini akan menggunakan teknologi onboard dan sinyal dari lampu landasan pacu bandara, serta pemancar untuk memandu pesawat turun dengan aman.
Namun, biasanya teknologi otomatis semacam itu hanya digunakan dalam visibilitas rendah dan dalam kondisi tertentu.
Kemungkinan besar pesawat bisa mendarat sendiri dalam kasus ini dengan masukan minimal dari pramugari dan sedikit bimbingan dari kontrol lalu lintas udara.
Oleh karena itu jika saja ada insiden kehilangan kedua pilot, maka akan berpotensi besar diambil alih oleh pramugari.
Baca juga: Pramugari Gagalkan Aksi Pencurian di Bandara, Temukan Uang Ratusan Juta hingga Kartu Kredit
Baca juga: Bette Nash: Pramugari Usia 86 Tahun yang Pecahkan Rekor Dunia, Jadi Paling Tertua & Terlama Mengabdi
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal rahasia penerbangan di sini.