TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah perusahaan di Rusia baru-baru ini membangun jalan aspal beraroma stroberi.
Jalanan yang dibangun menggunakan aspal aroma stroberi ini merupakan percobaan Rusia untuk membantu memecahkan masalah bau yang tidak sedap.
Bau aspal di ruas jalan yang menyengat menjadi alasan utama perusahaan Rusia tersebut membangun jalan dengan aroma stroberi yang tak mau kalah dengan Polandia.
Dilansir dari Oddity Central, Kamis (14/7/2022), perusahaan Rusia tersebut mulai membangun jalan aroma stroberi hanya beberapa bulan setelah perusahaan Polandia membangun jalan beraroma bunga.
Baca juga: Detik-detik Pesawat Garuda Indonesia yang Antar Jokowi Mendarat di Rusia, Disambut Cuaca Cerah
Aroma bunga menjadi solusi untuk meningkatkan kondisi kerja bagi orang-orang yang bekerja setiap harinya.
Tonton juga:
Seolah tak mau kalah, sebuah perusahaan Rusia telah berhasil meletakkan bentangan jalan sepanjang 700 meter menggunakan aspal beraroma stroberi.
"Kontraktor datang dengan solusi ini, ini adalah inisiatif mereka sendiri," kantor berita Interfax Rusia mengumumkan.
"Banyak orang tidak menyukai bau aspal yang terlalu panas, yang menyebar selama proses perbaikan, jadi mereka memutuskan untuk mencobanya," imbuhnya.
Diletakkan pada 30 Juni, di distrik Vsevolozhsk Leningrad, jalan aspal beraroma stroberi sepanjang 700 meter adalah bagian dari proyek nasional Jalan Berkualitas Tinggi yang Aman di Rusia.
Sekitar 300 ton campuran aspal beraroma stroberi diproduksi untuk percobaan ini.
Tidak jelas seberapa sukses percobaan itu sebenarnya, atau berapa lama aroma stroberi bertahan.
Tetapi kontraktor menyebutkan bahwa aroma stroberi tidak mempengaruhi kualitas aspal sama sekali.
Baca juga: Pesawat Militer Rusia Terbakar Dalam Perjalanan ke Ukraina, Sempat Isi Bahan Bakar & Meledak
Rusia Punya Cadangan Emas Terbanyak Kelima di Dunia
Rusia sedang berjuang menjual cadangan emasnya yang sangat besar.
Selama kurang lebih 20 tahun, negara ini membangun persediaan emas dengan nilai sekitar 140 miliar USD atau Rp 2 ribu triliun.
Persediaan emas ini digunakan sebagai jaring pengaman jika negara mengalami kesulitan ekonomi.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, ekonomi Rusia semakin terpukul akibat sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat.
Pekan lalu, Pemerintah AS mengumumkan larangan perdagangan emas Rusia.
Sekutu Eropa juga memberlakukan sanksi serupa, dengan melarang pasar emas London membeli semua batangan dari kilang Rusia.
Departemen Keuangan AS mengatakan, "Orang AS dilarang terlibat dalam transaksi apa pun, termasuk transaksi terkait emas yang melibatkan Bank Sentral Federasi Rusia, Dana Kekayaan Nasional Federasi Rusia atau Kementerian Keuangan Federasi Rusia."
Baca juga: Ukraina Tembak Rudal ke Helikopter Rusia, Momen Dramatisnya Terekam Kamera
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Business Insider, Senator Angus King, seorang independen dari Maine mengatakan, pasokan emas besar-besaran Rusia hanyalah salah satu dari sedikit aset yang tersisa yang dapat digunakan Putin untuk menjaga ekonomi negaranya agar tidak jatuh lebih jauh.
"Kami selanjutnya akan mengisolasi Rusia dari ekonomi dunia dan meningkatkan kesulitan kampanye militer Putin."
Sanksi bagi Rusia saat ini telah mempersempit pasar, sehingga sangat sulit bagi Rusia untuk melepas cadangan emasnya.
Baca juga: Jumlah Turis Rusia Kunjungi Bali Tinggi, Menparekraf Berencana Buka Penerbangan Langsung dari Moskow
Akibatnya, mereka akan kesulitan mengumpulkan dana yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan militer.
Berbicara kepada Bloomberg, Fergal O'Connor, seorang dosen di Cork University Business School di Irlandia, mengatakan, "Inilah mengapa mereka menyimpan emas. Itu untuk situasi seperti ini. Tapi, jika tidak ada yang mau menukarkannya, itu tidak masalah."
Dikutip TribunTravel dari laman UNILAD, Rusia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan pasokan emasnya.
Dilaporkan cadangan emas Rusia naik sebanyak enam kali lipat sejak pertengahan 2000-an.
Alhasil, negara ini sekarang menjadi menermpati urutan kelima dengan simpanan emas terbesar di dunia senilai sekitar 140 miliar USD.
Setelah rubel jatuh di pasar global, Rusia mencoba menjual sebagian emas untuk menebusnya.
Managing Partner Grup CPM Jeff Christian menyarankan Moskow menjual emasnya ke negara-negara Timur dan bank-bank di sana, seperti India dan China.
"Mereka bisa menjualnya dengan harga diskon ke pasar," katanya kepada Bloomberg.
Namun, dengan sanksi saat ini yang diberlakukan oleh Inggris, AS dan negara-negara Eropa di Rusia, India dan China dan negara lain mana pun mungkin enggan untuk mencapai kesepakatan membeli emas Rusia.
Baca juga: Wanita Rusia Ditangkap setelah Lewati Perbatasan Moldova-Rumania dengan Visa Schengen Palsu
(TribunTravel.com/ Rtn)
Baca juga selengkapnya seputar Rusia, di sini.