TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara soal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur tentu tak melulu soal kulinernya saja.
Sebagai kota yang berada di wilayah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa, Lamongan memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Selain pantai, beberapa tempat wisata di Lamongan tersebut juga kaya akan sejarah karena memberi pengaruh besar pada kehidupan di masa sekarang.
Satu di antara wisata sejarah yang wajib disambangi ketika liburan ke Lamongan adalah Makam Sunan Drajat.
Sesuai namanya, Makam Sunan Drajat berlokasi di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Selain sejarah, Makam Sunan Drajat juga menjadi tempat wisata religi yang cukup populer di Lamongan.
Dikatakan demikian karena Sunan Drajat merupakan tokoh ulama tersohor yang berperan penting pada penyebaran agama Islam di Lamongan.
Sebagaimana sudah diketahui, Sunan Drajat merupakan satu di antara anggota dari Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Lahir dengan nama Raden Qosim, Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel, Surabaya, serta masih punya hubungan saudara dengan Sunan Bonang, Tuban.
Sebagai seorang tokoh ulama, Sunan Drajat terkenal kiprah dakwahnya yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.
Ia banyak memperjuangkan hak-hak orang fakir miskin dan mengentaskan kesenjangan sosial di Lamongan hingga menjadi masyarakat yang setara.
Kemudian atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia lantas memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada 1520 Masehi.
Baca juga: 10 Tempat Wisata Hits di Lamongan, Ada Pantai Tersembunyi yang Masih Sepi dan Asri
Baca juga: 6 Tempat Wisata Religi di Lamongan, Ada Makam Wali Songo hingga Masjid Agung
TONTON JUGA:
Kini peran besar Sunan Drajat dapat dilihat dari peninggalan-peninggalannya yang diabadikan melalui wisata Makam Sunan Drajat.
Hingga saat ini, peninggalan Sunan Drajat di Lamongan masih ada di kompleks makamnya.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di kompleks pemakaman, pengunjung akan disambut dengan pintu masuk cungkup Sunan Drajat.
Pada pintu itu terdapat ukiran angka tahun berbentuk candra sangkala mulya guna panca waktu atau tahun 1531 Saka (1609 M)
Adapun tahun tersebut dianggap sebagai penanda pembangunan atau pemugaran makam Sunan Drajat.
Baca juga: Belajar Hidup Toleransi di Desa Pancasila, Wisata Religi di Lamongan
Baca juga: Mengenal Tenun Ikat Parengan Lamongan, Punya Motif Khas dan Dipintal Secara Tradisional
Kemudian sebelum memasuki area Makam Suna Drajat, pengunjung akan melewati tera-teras yang dibuat dengan tujuh tingkatan.
Ketujuh teras tersebut memiliki makna filosofis mendalam yang melambangkan tujuh tanazul atau penciptaan manusia hingga tiba pada tingkatan sempurna (insan kamil).
Tujuh tingkatan tersebut adalah ahadiya, wahda-wahdiya, a'yam kharija, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam, alam insan.
Saat berkunjung ke Makam Sunan Drajat, kamu akan disuguhkan nuansa Jawa pada zaman dulu yang khas.
Pada teras-teras awal, jalanan menuju area makam didominasi dengan bangunan dari kayu.
Kemudian pada beberapa teras terakhir, bangunannya didominasi oleh batu bata yang dibangun mirip seperti miniatur candi.
Baca juga: Pesona Pantai Joko Mursodo Lamongan, Tempat Wisata Asyik Buat Swafoto Berlatar Pohon Bakau
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Jelajah Pantai Joko Mursodo, Surga Tersembunyi di Lamongan Jawa Timur
Sebagai wisata religi, Makam Sunan Drajat banyak dikunjungi umat muslim dari berbagai daerah untuk berziarah.
Biasanya, masyarakat akan memanjatkan doa-doa untuk sang Sunan, sekaligus bermunajat di area makam yang sudah disediakan.
Pada area Makam Sunan Drajat, kamu akan melihat sebuah ruangan utama yang merupakan tempat peristirahatan Sunan Drajat dan istrinya, Retno Ayu Condro Sekar.
Di depan makam tersebut juga terpajang ajaran peninggalan Sunan Drajat yang cukup populer dan dikenal dengan istilah 'Catur Piwulang'.
Ajaran Sunan Drajat dikenal dengan nama Catur Piwulang, yaitu:
'Wenehono teken marang wong kang wuto'
'Wenehono pangan marang wong kang kaluwen'
'Wenehono payung marang wong kang kaudanan'
'Wenehono Sandang marang wong kang kawudan'
Yang artinya:
'Berikanlah tongkat pada orang yang buta'
'Berikanlah makanan pada orang yang kelaparan'
'Berikanlah payung pada orang yang kehujanan'
'Berikanlah pakaian pada orang yang telanjang'
Selain area makam untuk ziarah, di kompleks Makam Sunan Drajat juga terdapat sebuah museum.
Pada museum tersebut dipamerkan sejumlah barang bersejarah peninggalan Sunan Drajat pada masa silam.
Adapun peninggalan yang paling terkenal adalah seperangkat gamelan yang digunakan Sunan Drajat untuk menyebarkan Islam dengan kebudayaan.
Gamelan tersebut memiliki ciri khas berupa ukiran 'singo mengkok' yang mengandung filosofi mendalam.
Selain seperangkat gamelan, di Museum Sunan Dragat juga ada bedug yang terbuat dari bahan berupa kayu dan kulit terbaik.
Lalu ada juga Al-Qur'an yang ditulis pada kulit binatang dan serat tumbuhan.
Tak ketinggalan juga kain tenun peninggalan Sunan Drajat dengan motif serupa burung dan singa.
Selain benda-benda tersebut, di Museum Sunan Drajat masih terdapat benda-benda antik lainnya yang juga punya nilai sejarah tinggi.
Sebagai informasi, Makam Sunan Drajat ini bisa dikunjungi setiap saat karena dibuka setiap hari selama 24 jam.
Namun, saat Ramadhan seperti ini, area Makam Sunan Drajat biasanya baru akan ramai saat sore hingga dini hari.
Kemudian untuk area Museum Sunan Drajat juga ditutup selama Ramadhan dan baru akan dibuka kembali setelah hari raya Idul Fitri.
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal wisata religi Lamongan di sini.
Baca tanpa iklan