TRIBUNTRAVEL.COM - Dua pria dari Kepulauan Solomon terdampar di laut selama hampir sebulan.
Anehnya, mereka justru mengaku itu sebagai momen "istirahat dari dunia luar yang menyenangkan".
Ketika kebanyakan orang mengatakan terdampar di laut adalah hal menakutkan, tidak demikian bagi kedua pria ini.
Pada tanggal 3 September, Livae Nanjikan dan Junior Qoloni meninggalkan Pulau Mono di provinsi Western, Kepulauan Solomon dengan perahu motor kecil berkecepatan 60 hp untuk berlayar ke Noro.
"Kami pernah melakukan perjalanan sebelumnya dan seharusnya tidak ada masalah," kata Nanjikan kepada Kantor Penyiaran Kepulauan Solomon.
Namun, masalah rupanya terjadi ketika perangkat GPS mereka kehabisan baterai.
Setelah cuaca buruk menghalangi, dua pria itu akhirnya keluar jalur dan tersesat di laut.
"Kami mengalami cuaca sangat buruk disertai hujan lebat, awan gelap tebal dan angin kencang selama perjalanan sekitar dua jam," kata Nanjikan.
Ia juga mengaku sudah tidak dapat melihat garis pantai, sehingga kehilangan arah ke mana harus pergi.
Dikutip TribunTravel dari laman UNILAD, Senin (11/10/2021), "GPS mati adalah kondisi yang lebih menakutkan dari sekedar cuaca buruk," lanjut Nanjikan.
"Kami tidak tahu ke mana akan pergi, jadi kami memutuskan mematikan mesin dan menunggu untuk menghemat bahan bakar," ujarnya dalam interview oleh The Independent.
Beruntung mereka membawa bekal jeruk untuk perjalanan.
Sembilan hari kemudian, mereka terpasa bertahan hidup hanya dengan air hujan, kelapa dan iman kepada Tuhan.
"Kami berdoa siang dan malam," kata Nanjikan.
Kedua pria itu menceritakan cara mereka bertahan hidup menggunakan kanvas untuk menadahi air hujan.
Saat mencapai hari ke 27, mereka akhirnya melihat sebuah pulau di kejauhan.
Namun, mereka menyadari bahwa saat itu berada di Papua Nugini.
"Kami awalnya tidak tahu di mana kami berada saat itu, dan tidak menyangka rupanya sudah ada di negara lain," kata Nanjikan.
Dua hari kemudian mereka berhasil mencapai pulai dengan hampir tanpa bahan bakar.
"Saat itulah kami mulai berteriak dan terus melambaikan tangan kepada nelayan," lanjutnya.
Setelah ada nelayan mendayung ke arah mereka, Livae Nanjikan dan Junior Qoloni pun merasa mereka sudah aman,
"Nelayan itu pria yang baik. Setiba di darat, badan kami yang lemas dibawa oleh laki-laki itu ke rumah.
Kami kemudian diberi makanan lezat seperti talas, pepaya dan sayuran lainnya yang membuat kami kembali mendapat asupan energi."
Meski pengalaman ini cukup menakutkan antara hidup dan mati, Nanjikan mengaku justru menikmatinya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Aku juga tidak lagi mendengar tentang COVID-19 atau apa pun. Inilah yang membuatku tenang.
Aku berharap bisa kembali lagi ke rumah, karena rumah adalah tempat istirahat paling nyaman dari segalanya," imbuhnya. (TribunTravel.com/tyas)
Baca juga: Video Viral Ungkap ke Mana Sisa Makanan di Kapal Pesiar Dibuang, Benarkah Dibuang ke Laut?
Baca juga: Harga Tiket Masuk Kebun Binatang Surabaya Terbaru 2021, Anak Usia Bawah 12 Tahun Boleh Masuk
Baca juga: Explore Wisata Gunung di Bogor, Ini 3 Telaga Indah yang Wajib Dikunjungi
Baca juga: Rekomendasi 5 Ayam Goreng Enak di Jakarta untuk Makan Siang saat Liburan ke Taman Margasatwa Ragunan