Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kemerdekaan Indonesia

9 Fakta Menarik Rengasdengklok, Tempat Disembunyikannya Soekarno-Hatta usai 'Diculik' Golongan Muda

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peta Rengasdengklok

TRIBUNTRAVEL.COM - Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat menjadi saksi sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Di tempat ini, Soekarno dan Mohammad Hatta disembunyikan oleh Golongan Muda.

Perkumpulan Golongan Muda yang terdiri atas Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh, membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Mereka sengaja 'menculik' Soekarno dan Hatta untuk mendesak keduanya agar mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanpa melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Golongan Muda menganggap PPKI sebagai badan buatan Jepang.

Baca juga: Wisata Sejarah Peristiwa Rengasdengklok di Rumah Djiaw Kie Siong

Peristiwa 'penculikan' Soekarno dan Hatta tersebut kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.

Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan pendapatnya menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam). Tampak dari kiri ke kanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. (Kompas/JB Suratno)

Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta disembunyikan di rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong, yang berdekatan dengan markas Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA).

Berikut 9 fakta menarik Rengasdengklok untuk mengenang Peristiwa Rengasdengklok dan HUT ke-76 RI.

1. Rengasdengklok jauh dari Jakarta

Golongan Muda memilih Rengasdengklok sebagai lokasi disembunyikannya Soekarno dan Hatta tentu bukan tanpa alasan.

Rengasdengklok dianggap sebagai tempat yang aman untuk menyusun rencana kemerdekaan.

Jaraknya pun sangat jauh dari Jakarta sekira 81 kilometer.

Rengasdengklok jauh dari jangkauan pengawasan tentara Jepang yang saat itu sudah mengetahui adanya rencana Proklamasi Kemerdekaan.

Peristiwa Rengasdengklok (id.wikipedia.org)

2. Lokasi strategis

Selain jauh dari Jakarta dan jalan utama, Rengasdengklok dipilih berdasarkan perhitungan militer.

Saat itu, anggota PETA Purwakarta dan Jakarta memiliki hubungan erat sehingga bisa saling memberi informasi jika ada pergerakan Jepang.

Baca juga: Daftar Promo Hari Kemerdekaan Pizza Hut, Burger King, Chatime, hingga McDonalds

3. Rumah Djiaw Kie Siong jadi saksi sejarah

Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta 'disembunyikan' di rumah seorang petani Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong.

Ia juga merupakan anggota PETA.

Lokasi rumah Djiaw Kie Siong berada di Kampung Bojong, Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Bertempat di pinggiran Sungai Citarum, rumah Djiaw Kie Siong merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia.

Kediaman Djiauw Kie Siong, tempat Soekarno tinggal selama penculikan oleh Pemuda PETA di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (6/8/2015). (KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)

4. Lokasinya jauh dari jalan utama

Rumah Djiaw Kie Siong dianggap aman oleh Golongan Muda karena lokasinya yang jauh dari jalan raya.

Tempat tersebut berjarak sekitar 15 kilometer dari jalan utama, yang merupakan bagian dari Jalan Pantura.

Baca juga: Meriahkan HUT ke-76 RI, Citilink Bagi-Bagi Gratis PCR dan Antigen hingga Diskon Tiket 20 Persen

5. Lokasinya tersembunyi

Rumah Djiauw Kie tidak terlalu mencolok dan lokasinya cukup tersembunyi.

Saat Soekarno dan Hatta tiba, Djiauw Kie Siong dan keluarganya sengaja keluar dari rumah agar Soekarno dan Hatta bisa menyusun rencana Kemerdekaan Indonesia.

Lukisan Djiauw Kie Siong, pemilik rumah yang pernah disinggahi oleh Bung Karno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 digantung di Rumah Djiauw Kie Siong, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

6. Lokasi rumah Djiaw Kie Siong dipindah

Rumah Djiaw Kie Siong yang semula berada di Kampung Bojong, dipindahkan ke Kampung Kalijaya.

Hal itu karena adanya luapan lumpur dan erosi dari Sungai Citarum.

Kendati demikian, bagian rumah dan ruang tamu masih asli, tidak banyak berubah seperti aslinya.

Bahkan, dua buah kamar yang dulu digunakan oleh Soekarno dan Hatta masih dipertahankan dari bentuk aslinya.

Namun kasur yang digunakan Soekarno saat itu telah dipindahkan ke Museum Tentara di Bandung atas perintah Mayjend Ibrahim Adjie yang saat itu menjabat Panglima Divisi Siliwangi, dilaporkan Kompas.com.

Saat ini, rumah Djiaw Kie Siong dikelola oleh cucu Djiaw Kie Siong, Liauw Cing Lan atau Yanto Djuhari.

7. Markas PETA dijadikan Monumen Kebulatan Tekad

Markas PETA dibongkar kemudian dibangun menjadi Monumen Kebulatan Tekad seluas 1.500 meter persegi.

Lokasinya tak jauh dari rumah Djiaw Kie Siong.

Monumen kebulatan tekad di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. (KOMPAS.COM/JONATHAN ADRIAN)

Dibangun pada 1950, monumen ini sempat dipugar dan diperbaiki oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang pada 1984.

Monumen ini berbentuk segitiga dengan sudut bagian timur merupakan jalan masuk ke areal monumen.

8. Makanan khas Rengasdengklok

Rengasdengklok memang identik dengan sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Saat berkunjung ke Rengasdengklok, tentu wisatawan akan mampir ke rumah Djiaw Kie Siong dan Monumen Kebulatan Tekad.

Ilustrasi serabi (Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas)

Setelah itu, sempatkanlah untuk mencicipi makanan khas Rengasdengklok yaitu serabi hijau.

Hidangan ini terbuat dari tepung terigu dan daun suji yang memberikan warna hijau alami.

Banyak dijajakan masyarakat setempat, serabi hijau umumnya disantap dengan kuah kinca.

9. Tempat wisata di Rengasdengklok

Rengasdengklok memiliki sejumlah tempat wisata yang bisa disinggahi setelah menyantap serabi hijau.

Di antaranya Alun-alun Tugu Proklamasi, Waterboom Elmujira, dan Taman Hud Hud.

Baca juga: 17 Kuliner Khas Kemedekaan Indonesia yang Selalu Disajikan saat Perayaan 17 Agustus

Baca juga: Sate Balungan Langka Cuma Rp 1.500 Per Tusuk di Jogja, 70 Kg Ayam Ludes Dalam 6 Jam