Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Perbedaan FDR dan CVR pada Black Box, Dipakai untuk Selidiki Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan black box berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air JT 610 di KRI Spica, Senin (14/1/2019). Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 silam.

TRIBUNTRAVEL.COM - Tim SAR gabungan berhasil menemukan Flight Data Recorder (FDR) black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Selasa (12/1/2021) sore.

Bagian dari black box pesawat itu kemudian dibawa ke JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara yang merupakan Posko Pencarian Sriwijaya Air SJ 182.

Di tempat itu, nantinya FDR akan diteliti untuk menganalisis penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Kendati demikian, tugas tim SAR gabungan belum selesai.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya (Purn) Bagus Puruhito mengatakan, pihaknya masih harus mencari bagian penting lainnya dari black box, yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR).

Baca juga: Kenapa Butuh Waktu Lama untuk Temukan Black Box Usai Kecelakaan Pesawat?

Black box Lion Air JT 610 yang ditemukan di kedalaman 30 meter (Kompas.com/Garry Lotulung)

FDR dan CVR merupakan dua benda penting yang dipakai Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengungkap penyebab kecelakaan.

Sama-sama menjadi bagian dari black box, apa perbedaan FDR dan CVR?

Mengutip dari National Public Radio (NPR), FDR atau perekam data penerbangan merupakan bagian dari black box yang menyimpan informasi tentang parameter tertentu seperti kontrol penerbangan dan kinerja mesin.

FDR bekerja dengen cara mengumpulkan dan merekam data dari berbagai sensor pesawat ke media yang dirancang untuk bertahan dari kecelakaan.

FDR dipasang di bagian pesawat yang sekiranya paling mampu bertahan dari kecelakaan, dilaporkan Sky Brary.

Biasanya bagian ekor pesawat.

Data yang tersimpan dalam sistem FDR dapat membantu penyelidik menentukan apakah suatu kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot, oleh peristiwa eksternal (seperti kaca depan), atau karena masalah sistem pesawat.

Selain itu, data FDR juga berkontribusi pada peningkatan desain sistem pesawat dan kemampuan untuk memprediksi potensi kesulitan seiring bertambahnya usia pesawat.

Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). FDR Sriwijaya Air SJ 182 yang ditemukan oleh tim penyelam TNI di perairan Kepulauan Seribu selanjutnya akan dibawa KNKT untuk dilakukan pemeriksaan. (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Data FDR juga digunakan untuk memantau kondisi mesin pesawat.

Dengan begitu, maskapai penerbangan dapat membuat keputusan untuk mengganti mesin sebelum terjadi kegagalan.

Halaman
12