TRIBUNTRAVEL.COM - Terowongan tua setinggi 170 centimeter dengan lebar 70 centimeter ditemukan di area pembangunan bendungan Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali pada Sabtu (28/11/2020) lalu.
Terowongan sepanjang 480 meter itu memiliki karakter yang sama dengan terowongan yang sebelumnya juga baru ditemukan di sekitar Pura Lebah, Desa Suwug dan Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali.
Selain terowongan, di Desa Sangsit juga ditemukan prasasti dengan tahun pembuatan 933 Saka atau 1.011 masehi.
"Memperhatikan dimensi, tinggi terowongan, dan lebar ada kesamaan atau kemiripan dengan terowongan di dekat sana," kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbhawa, dikutip dari Kompas.com, Kamis (10/12/2020).
Merujuk keterangan tahun pembuatan, diperkirakan terowongan tersebut sudah dibangun sejak sekitar 900 tahun lalu di masa Kerajaan Bali Kuno.
Baca juga: Terowongan Sasaksaat, Terowongan Kereta Api Aktif Terpanjang di Indonesia, Ada Sejak Zaman Belanda
Dari catatan sejarah dan sejumlah prasasti, Kerajaan Bali Kuno memerintah Bali dari abad ke-10 hingga 15 masehi.
"Ini dari dari zaman Raja Anak Wungsu yang merupakan anak dari Raja Udayana," kata Suarbhawa.
Sementara itu, dari Prasasti Bebetin yang sebelumnya ditemukan, disebutkan jika masyarakat di masa itu memiliki keahlian yang disebut undahagi arungan.
Undahagi arungan merupakan aktivitas pembuatan terowongan untuk keperluan pengairan.
Saat dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Dody Sukma Otavia Askara mengatakan, terowongan tersebut awalnya merupakan peninggalan dari penjajahan Belanda.
TONTON JUGA:
Dugaan tersebut diperoleh dari penuturan para tetua Desa Sawan, tempat lokasi terowongan kuno ditemukan.
"Bahwa gua tersebut telah ada sejak zaman Belanda," kata Dody.
Berharap dipertahankan untuk jadi pembelajaran
Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbhawa dan sejumlah tim telah memeriksa terowongan itu pada Selasa (8/12/2020).
Suarbhawa mengatakan, temuan terowongan tua yang dibangun untuk irigasi itu bisa memberikan pelajaran bagi generasi sekarang juga pada generasi yang akan datang.
Menurutnya, pada saat itu leluhur sudah memikirkan kesejahteraan generasi di bawahnya dengan mengelola alam sekitar untuk meningkatkan kebutuhan hidup.
Lanjut Suarvbhawa, entah proyek pembuatan terowongan itu gagal atau berhasil, namun yang terpenting adalah nilai semangat gotong royong dan kerja keras.
"Terpenting adalah semangat gotong royong dan kemauan kerja keras yang perlu kita warisi," katanya.
Setelah temuan tersebut, pihaknya segera meneliti lebih intensif sekitar kawasan proyek Bendungan Tamblang untuk menemukan sisa budaya yang ditinggalkan.
Sementara, terkait rencana menutup terowongan yang ada di bagian fondasi bendungan, ia mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada penggarap bendungan.
Namun, sisa terowongan yang ada di luas bendungan diharapkan dipertahankan.
Baca juga: 3 Peninggalan Dunia yang Masih Belum Terpecahkan Hingga Kini, Termasuk Kota Bawah Tanah
Baca juga: Penemuan Baru, Aligator Ternyata Bisa Menumbuhkan Ekornya Kembali
Baca juga: 6 Penemuan Aneh di Belakang Rumah, dari Uang Terkutuk hingga Tempat Perlindungan Nuklir
Baca juga: Jelajah Broken Beach, Surga Tersembunyi di Nusa Penida Bali untuk Libur Akhir Tahun 2020
Baca juga: Misteri Penemuan Mosaik Bergambar Anjing Terkubur Abu Vulkanik di Reruntuhan Kota Pompeii
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penemuan Terowongan Tua di Proyek Bendungan, Diduga Dibangun 900 Tahun Lalu di Masa Kerajaan Bali Kuno"