TRIBUNTRAVEL.COM - Lamongan identik dengan soto kuah bening yang disajikan dengan bubuk koya.
Soto lamongan kini tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Soto lamongan mempunyai ciri khas, bukan hanya terletak pada sajiannya melainkan juga pada warung yang menjual sajian ini.
Ketahui fakta soto lamongan berikut supaya lebih mengenal sajian berkuah hangat ini, seperti dikutip dari Kompas.com.
1. Ciri khas soto lamongan
Ciri khas utama soto lamongan terletak pada taburan bubuk koya, irisan serong daging ayam, dan kuah bening.
Bubuk koya terbuat dari kerupuk udang goreng dan bawang putih goreng yang dihaluskan. Biasanya menggunakan blender. Fungsi bubuk koya sebagai penyedap dan pengental kuah.
Sementara untuk kuahnya berwarna kuning berkat penggunaan kunyit. Bumbu lainnya adalah bawang, lada, kemiri, ketumbar, dan jahe.
Soto lamongan menggunakan daging ayam kampung agar ketika dipotong menyamping, dagingnya tidak hancur. Pasalnya, tekstur daging ayam kampung padat dan rekat.
2. Pecel lele dan soto lamongan di Jakarta
Warung soto lamongan di Jakarta biasanya juga menjual pecel lele atau pecel ayam. Terdapat cerita khusus di balik kedua menu yang dijual bersamaan ini.
Penjual soto lamongan mulai ada di Ibu Kota pada 1950-1960. Namun, pecel lele baru muncul pada akhir 1970-an.
Berdasarkan Kompas.com, lele lebih bernilai ekonomi tinggi daripada ikan lain di Lamongan. Sehinga warga Lamongan yang merantau pun berternak lele, selain berjualan soto dan pecel lele.
Proses menjajakan pecel lele membutuhkan proses karena dulu ikan ini masih jarang dikonsumsi.
3. Spanduk warung soto lamongan
Baca tanpa iklan