Sebelum itu bekerja, Brandt harus menghitung dan memberi label sendiri pada hampir 9.000 pohon yang butuh waktu 1 tahun.
"Tingkat detailnya sangat tinggi dan modelnya perlu mengetahui tampilan semua jenis pohon yang berbeda di lanskap yang berbeda," katanya.
TONTON JUGA:
Menetapkan baseline konservasi
"Kajian lain didasarkan pada estimasi dan ekstrapolasi, di sini kita langsung melihat dan menghitung tiap pohon, ini penilaian wall-to-wall pertama."
Survei yang diterbitkan Rabu di jurnal Nature mencakup area seluas 1,3 juta kilometer persegi (sekitar 500.000 mil persegi) dan melibatkan analisis lebih dari 11.000 gambar.
Teknik tersebut menyarankan "Akan segera mungkin, dengan batasan tertentu, untuk memetakan lokasi dan ukuran setiap pohon di seluruh dunia", tulis Niall P. Hanan dan Julius Anchang dari Departemen Ilmu Tanaman dan Lingkungan Universitas Negeri New Mexico, dalam tinjauan penelitian.
Lebih lanjut lagi, informasi akurat di Gurun Sahara dan zona kering lainnya adalah "fundamental bagi pemahaman kita tentang ekologi skala global, biogeografi, dan siklus biogeokimia karbon, air, dan nutrisi lainnya".
Saat ini masih dipertanyakan berapa banyak karbon yang tersimpan.
Tapi masih terlalu awal untuk mengatakan bahwa cara menghitung itu bisa mempengaruhi perubahan iklim atau percepatannya.
Baca juga: 7 Fakta Unik Antartika, Punya Air Terjun Darah dan Dijuluki Negeri Tanpa Beruang
Baca juga: Jadi Paspor Terkuat di Dunia, Ini 6 Fakta Unik Paspor Selandia Baru
Baca juga: Fakta Unik Reynisfjara, Pantai Pasir Hitam yang Punya Pemandangan Langka nan Menakjubkan
Baca juga: 6 Fakta Unik Menara London di Inggris, Pernah Jadi Tempat Eksekusi hingga Punya Kebun Binatang
Baca juga: Fakta Unik Geisha, Varietas Kopi Asal Panama yang Harganya Capai Puluhan Juta Rupiah Per Kilogram
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)
Baca tanpa iklan