"Kalau pegang tangan, denda 20 bidang kain," tutur Betuah (19), seorang anak rimba yang pernah menjalani tradisi Bekintangon, namun gagal.
Bahkan, di beberapa daerah rimba yang lain, mengajak perempuan muda rimba bicara, bisa dikenai 50 bidang kain.
Apabila menikah, namun tradisi Bekintangon-nya belum genap lima tahun lebih atau sekitar 2.000 hari, maka ada tradisi dipukul pakai kayu (lelaki dan perempuan) oleh seluruh keluarga perempuan.
"Pukulan itu terkadang sampai cacat. Tapi kita boleh melarikan diri. Ini bagian dari menebus dosa. Karena bekintangon belum sampai 2.000 hari," terang Betuah.
Dalam tradisi Bekintangon, apabila hubungan yang dijalin menemukan kecocokan, satu pasangan rimba bisa melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan.
Namun, sekalinya putus, mereka tak akan bisa kembali menjalani masa pacaran itu.
Sementara, apabila berhasil, maka tradisi Bakintangon lanjut pada ujian berikutnya, yakni Niti Antui.
Proses Niti Antui adalah seorang lelaki harus melewati pohon Antui yang sudah dikuliti, sehingga sangat licin.
"Kalau dia (lelaki) itu jatuh ya tidak bisa menikah. Karena Niti Antui ini membuktikan kejantanan, ketangkasan dan kecerdasan seorang lelaki," kata Eri Argawan, Kasi Tradisi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.
Dia juga menjelaskan bahwa tradisi Niti Antui telah dicatat dan dilestarikan negara melalui skema Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2017.
• Mengenal Manten Sapi, Tradisi Unik Jelang Hari Raya Idul Adha di Pasuruan Jawa Timur
• Mengenal Tradisi Ekstrem Suku Dani di Papua, Potong Jari Sebagai Bentuk Kesedihan Akan Kematian
• Fakta Unik Tradisi Hidang, Prasmanan Mini Ala Rumah Makan Padang
• 10 Tradisi Unik di Indonesia, Rambu Solo di Toraja hingga Peresean di Lombok
• Mengenal Tradisi Syawalan di Sejumlah Daerah di Indonesia, Ada Lopisan hingga Sesaji Rewanda
Baca tanpa iklan