TRIBUNTRAVEL.COM - Sejak diresmikan setelah revitalisasi, ruang terbuka hijau (RTH) Taman Lapangan Banteng hadir dengan wajah baru.
Taman Lapangan Banteng kini menjadi tempat wisata baru dan ramai dikunjungi masyarakat khususnya warga DKI Jakarta.
Setelah direvitalisasi, lapangan yang memiliki monumen historis Pembebasan Irian Barat ini memiliki sejumlah spot menarik, seperti trek atletik, amphitheatre, air mancur, dan area bermain anak.
Dengan berbagai fasilitas tersebut, Taman Lapangan Banteng mampu memenuhi kepentingan masyarakat dari berbagai kalangan dan usia.
Tak hanya itu, Taman Lapangan Banteng juga cocok jadi tempat wisata sejarah karena masih mempertahankan sisi historis lapangan ini.
• Jelajah Kawasan Kota Tua Jakarta Menggunakan Bus Gratis, Simak Rutenya
Sisi historis tersebut ada pada beberapa kutipan dari tokoh bangsa yang ditampilkan di dinding-dinding Taman Lapangan Banteng.
Bila berbicara sejarah, Taman Lapangan Banteng memiliki sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan.
Taman kota terluas kedua di Ibu Kota setelah Lapangan Monas ini dulunya merupakan belantara dan rawa.
Wilayah ini merupakan rumah bagi banyak hewan buas, mulai dari banteng hingga harimau.
Dilansir dari Historia, konflik hewan dan manusia kerap terjadi di sana.
TONTON JUGA:
Saking seringnya, Kongsi Dagang Belanda VOC hingga membuat sayembara untuk memburu hewan-hewan tersebut.
Pada tahun 1762, VOC memberi hadiah besar kepada seorang pemburu karena berhasil menaklukan 27 ekor macan kumbang.
Namun setelahnya, wilayah itu justru menjadi tempat favorit bagi para pembesar yang hobi berburu.
Pada tahun 1644, Gubernur Jenderal Joan Maetsuycker dengan para pembantunya berhasil menggiring banyak satwa liar dari hutan itu ke dalam kota.
Hewan-hewan tersebut sengaja tak dibunuh untuk dipelihara.
Lantas, pada masa itu memelihara hewan menjadi simbol status sosial dan lalu banyak orang kaya melakukannya.
Pada pertengahan abad ke-17, hutan dengan rawa-rawa itu dibeli oleh saudagar kaya bernama Anthonij Paviljoen.
Hutan rawa tersebut lantas dinamai Paviljoensveld dan dibiarkan apa adanya seperti sediakala.
Di akhir abad ke-17, anggota Dewan Hindia Cornelis Chastelein membeli Paviljoensveld dan mengubahnya menjadi persawahan.
Oleh sebab itu, kemudian dia mendatangkan banyak budak untuk menggarapnya, yang dibeli dari raja Bali.
Pada akhir abad ke-18, Paviljoensveld dibeli Gubernur Jenderal Gerardus van Overstraten dan dijadikan markas militer baru.
Namun, tak lama setelah itu Paviljoensveld jadi rebutan para petinggi VOC yang di masa tuanya penuh dengan korupsi.
Paviljoensveld akhirnya diambil paksa oleh Gubernur Jenderal HW Daendels dan dijadikan alun-alun serta tempat latihan militer.
Sejak saat itu zaman terus berubah, semakin banyak pula perubahan di Lapangan Banteng.
"Dahulu di tengah Lapangan Banteng ini ada patung singa yang lebih menyerupai anjing pudel menghadap ke arah Istana Daendels (sekarang Gedung AA Maramis di Kemenkeu). Sebenarnya ini sindiran orang Belanda terhadap Perancis yang kalah di pertempuran Waterloo," jelas Kartum Setiawan, Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, dikutip dari Kompas.com, Minggu (5/7/2020).
Pada zaman penjajahan Jepang patung singa tersebut dihancurkan.
Kemudian pasca Indonesia Merdeka, Soekarno menempatkan Tugu Pembebasan Irian Barat.
Nama Lapangan Banteng sendiri, menurut Kartum, merujuk kepada lambang kekuatan dan nasionalisme, juga mengacu kepada hewan liar yang pernah hidup di kawasan ini, salah satunya banteng.
Dalam perjalanannya, Lapangan Banteng sempat difungsikan menjadi lapangan sepak bola oleh orang Eropa di Batavia, lapangan untuk parade militer, dan terminal bus.
Kini, Lapangan Banteng telah menjadi ruang terbuka hujau dan sarana rekreasi khususnya bagi warga Jakarta.
• Promo Menarik, Naik Bus Damri Rute Jakarta-Bandung Cuma Rp 100
• Pemprov DKI Jakarta Luncurkan Layanan Bike Sharing, Bisa Jadi Alternatif Transportasi Jarak Dekat
• 5 Sajian Ayam Goreng Enak di Jakarta, Wajib Cicipi Ayam Goreng Suharti yang Legendaris
• Dua Museum di Jakarta Kembali Dibuka untuk Wisatawan dengan Penerapan Protokol Kesehatan
• Menilik Sejarah Mangga Besar yang Kini Jadi Pusat Kuliner Malam di Jakarta
(TribunTravel.com/Ron)