Nasi baru diambil dari dandang besar di dapur sebelum dibawa ke meja pembeli.
Konon, nasi gegok merupakan menu yang biasa dibawa orang gunung ketika perjalanan jauh di zaman dulu.
Mbah Tumirah sudah puluhan tahun berjualan di tempat itu.
“Lupa tepatnya. Saat saya masih belum menikah dulu,” kata Mbah Tumirah.
Saat ini, usainya di atas 70 tahun.
Mbah Tumirah hanya menjual nasi gegok dan sedikit camilan.
Di sisi luar warung, ada empat meja panjang yang biasa dipakai tempat makan para pelanggan.
Sementara bagian dalam berfungsi hanya sebagai dapur.
Secara umum, warung ini hanya cukup untuk menampung orang makan sekitar 20-an orang.
Harga nasi gegok pun semurah penampilannya.
Di warung Mbah Tumirah, empat bungkus nasi gegok plus tempe, dua es teh, dan satu air mineral ukuran tanggung dipatok seharga Rp 30.000.
“Sehari bisa bikin sekitar 100 bungkus nasi gegok,” kata dia.
100 bungkus nasi gegok artinya 50 porsi makan.
Sebab apabila pembeli memesan satu porsi, yang keluar adalah dua bungkus nasi gegok.
Lengkap dengan tempe goreng bumbu.
Baca tanpa iklan