TRIBUNTRAVEL.COM - Kusno, warga Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, punya cara tersendiri dalam melestarikan kesenian wayang.
Ia menggagas pendirian Umah Wayang yang merupakan Rintisan BUMDes di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang.
Sebagian ruang rumahnya disulap mirip museum yang berisi koleksi wayang.
Tokoh-tokoh wayang kulit terpajang pada figura kaca di setiap petak dinding.
Dari situ, pengunjung bisa melihat ciri fisik wayang hingga karakter tokoh tersebut ketika diperankan dalam pagelaran.
Kusno mengatakan, gagasan ini berawal dari keluhan para guru terkait implementasi metode kurikulum 2013.
“Dari kurikulum itu, tidak hanya disesali atau direnungkan, tapi butuh tindakan. Teman-teman guru kita banyak terbantu dengan adanya Rumah wayang ini sebagai metode pembelajaran kepada siswanya,” katanya
Pengenalan wayang secara langsung ini bisa berdampak positif pada pengunjung karena penuh dengan nilai-nilai dan karakter.
Tempat ini pun menjadi rujukan para guru bersama siswa untuk mencari referensi khsususnya dalam mata pelajaran Bahasa Jawa dari berbagai jenjang pendidikan.
Termasuk anak TK dan Paud yang diberi kesempatan untuk memukul perangkat gamelan dan bermain wayang.
“Dengan adanya alat peraga sehingga dalam mengajar tidak verbalisme (ceramah). Tujuannya juga menanamkan cinta budaya, karena wayang ini sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia yang diakui oleh Unesco,” katanya.
Selain wayang kulit, di rumah itu juga tersedia wayang golek buatan almarhum Eyang Hartono yang juga asli Selakambang.
Wayang golek ini ada yang menampilkan tokoh Ramayana, Rama dan Shinta sering dikaitkan sebagai simbol cinta yang abadi.
Selain itu, ada wayang Golek Menak dari sejarah masa Islam yang dikenal semisal tokoh Amir Hamzah, Umar Maya, juga Lamdaur (Raja Israel).
Khusus untuk warga Purbalingga, menurut Kusno, ada 2 tokoh yang umum disukai, yaitu Semar dan Wisanggani.
Ia terlihat dari kebanyakan penduduk Purbalingga lebih sering didapati memajang tokoh-tokoh tersebut di rumah mereka.
Menurut dia, ketika masyarakat berani memasang tokoh itu, mereka berusaha mencitrakan dirinya seperti tokoh itu.
Dengan memasang wayang Semar misalnya, berarti seorang merasa harus berwatak sabar seperti karakter Semar.
“Kalau Wisanggeni, dewa yang garis tengah, kalau salah ya salah kalau benar ya benar, bahkan saat Bethara Guru melenceng dari undang-undang, Wisanggeni adalah pengingat,"katanya
Tidak hanya wayang di belakang rumahnya, ia juga merevitalisasi sebuah bunker bawah tanah.
Dulunya, bunker itu konon adalah tempat persembunyian masyarakat ketika tentara Jepang ingin menjarah bahan pangan yang dimiliki warga.
Bunker itu kini disulap semacam museum mini yang menyimpan berbagai perkakas kuno.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, Umah Wayang ini merupakan destinasi wisata edukasi sebagai sarana pembelajaran bagi siswa.
Khususnya edukasi terkait tokoh pewayangan, termasuk perangkat gamelan dan proses pengrajin membuat wayang.
“Rumah ini bisa menjadi destinasi wisata untuk mempelajari tokoh pewayangan, belajar bareng bagaimana membuat wayang, dan bisa kenal lebih dekat warisan budaya dunia asli Indonesia ini,” katanya saat mengunjungi rumah wayang.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Wisata Edukasi, Belajar Karakter Wayang di Umah Wayang Desa Selakambang Purbalingga