TRIBUNTRAVEL.COM - Tabir surya menjadi bagian penting dalam aktivitas kita, khususnya di luar ruangan.
Saat traveling, mengoleskan tabir surya ke seluruh bagian tubuh yang terkena paparan langsung sinar Matahari sangat penting.
Tapi, apakah tabir surya benar-benar efektif menangkal efek buruk sinar ultraviolet?
Bahan aktif tabir surya yang biasa kita gunakan ternyata berakhir di aliran darah.
Hal ini diungkapkan sebuah studi sederhana yang dilakukan oleh para peneliti Administrasi Makanan dan Obat AS dan diterbitkan pada hari Senin (6/9/2019).
• Pakai Tabir Surya di Negara Ini Siap-siap Kena Denda hingga Rp 15 Juta
Produk-produk tabir surya yang dijual bebas awalnya dipasarkan untuk mencegah sengatan matahari, termasuk menghindarkan kita dari radiasi matahari yang dapat menyebabkan kanker kulit.
Studi terhadap 23 sukarelawan menguji empat jenis tabir surya, termasuk semprotan, lotion dan krim.
Semuanya diaplikasikan pada 75 persen bagian tubuh, empat kali sehari selama empat hari.
Sebelumnya telah dilakukan tes darah untuk menentukan tingkat maksimum bahan kimia tertentu yang diserap ke dalam aliran darah yang dilakukan selama tujuh hari.
Studi ini menemukan kadar plasma maksimum dari bahan kimia yang diuji di antaranya : avobenzone, oxybenzone, octocrylene dan dalam satu ecamsule tabir surya, berada jauh di atas 0,5 nanogram per mililiter (ng / mL) di mana pedoman FDA menyerukan pengujian keamanan lebih lanjut.
Sebagai contoh, konsentrasi maksimum avobenzone ditemukan menjadi 4 ng / mL dan 3,4 ng / mL untuk dua semprotan yang berbeda, 4,3 ng / mL untuk lotion dan 1,8 ng / mL untuk krim.
Dilansir TribunTravel dari laman AsiaOne.com, Kamis (9/5/2019), para peneliti tidak menyebutkan nama produk yang digunakan dalam penelitian ini.
• 5 Benda Selain Ponsel dan Dompet yang Wajib Kamu Bawa saat Liburan, Jangan Lupakan Tabir Surya
Efek konsentrasi plasma yang melebihi batas yang ditentukan FDA tidak diketahui dan perlu dipelajari lebih lanjut, tulis tim peneliti dalam Journal of American Medical Association (JAMA).
"Hasilnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa orang harus berhenti menggunakan tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV) matahari yang berbahaya," kata para peneliti.
"Hasil penelitian menimbulkan banyak pertanyaan penting tentang tabir surya dan prosesnya. Dokter dan lembaga pengawas perlu mengevaluasi lebih lanjut manfaat dan risiko obat OTC topikal ini," tambah mereka.
David Andrews, seorang ilmuwan senior di kelompok advokasi lingkungan dan kesehatan nirlaba, menyerukan pengujian menyeluruh terhadap bahan pembuatan tabir surya.
"Selama bertahun-tahun, pabrik kimia tabir surya telah menolak pengujian keamanan untuk bahan-bahan mereka dan sekarang FDA mengusulkan agar bahan-bahan ini menjalani pengujian agar tetap bisa dijual di pasar," kata Andrews.
Namun, asosiasi perdagangan Produk Perawatan Pribadi menyatakan keprihatinan karena hal itu dapat membingungkan konsumen.
• Terlalu Ramai, Kunjungan Turis ke Patung Liberty dan Pulau Ellis Dibatasi
• Tanpa Disadari, 10 Kesalahan Cara Konsumsi Makanan Ini Ternyata Masih Sering Kita Lakukan
• Sering Dibuang, Kulit Pisang Ternyata Punya 9 Manfaat bagi Kesehatan
• Di Gedung Burj Khalifa Dubai, Beda Lantai Bisa Beda Waktu Buka Puasanya, Kok Bisa?
• 7 Makanan Anti-Inflamasi yang Ampuh Melawan Peradangan
TribunTravel.com/rizkytyas