TRIBUNTRAVEL.COM - Omed-omedan dan Mebuug-buugan adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Bali usai melakukan Nyepi.
Tidak hanya unik, ternyata tradisi Omeed-omedan dan Mebuug-buuugan sudah ada sejak lama sekitar pada abad ke 17, namun sempat ditiadakan selama puluhan tahun.
Dilansir oleh Tribun Travel dari Tribun Bali, berikut tradisi Omed-omedan dan Mebuug-buugan yang jangan kamu lewatkan ketika sedang di Bali usai Nyepi.
1. Omed-Omedan
• Daftar Artis Tanah Air Rayakan Hari Raya Nyepi, Mulai dari Kadek Devi hingga Ajun Perwira
Tradisi Omed-omedan dilaksanakan oleh masyarakat Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar Selatan.
Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-17 dan terus berlangsung hingga saat ini.
Sekali waktu di masa lalu, tradisi ini pernah ditiadakan sampai kemudian secara tiba-tiba di tengah desa muncul dua ekor babi hutan yang saling bertarung.
Masyarakat setempat menganggap hal tersebut sebagai pertanda buruk, sehingga sesepuh desa segera memanggil kembali para muda-mudi untuk berkumpul dan menyelenggarakan Omed-omedan seperti biasa.
Setelah kejadian itu, tradisi ini terus diadakan secara rutin sebagai upaya agar desa terhindar dari malapetaka.
• Akivitas Seru Bagi Traveler saat Nyepi di Bali, Saksikan Beragam Ritual hingga Panorama Milky Way
Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok pemuda dan pemudi berusia 17 hingga 30 tahun dengan yang saling tarik-menarik, memeluk, dan mencium pipi.
Kemeriahan semakin terasa saat muda-mudi bertabrakan, kemudian saat saling berangkulan itu mereka disiram dengan air.
Acara adat ini dilakukan sebagai bentuk kegembiraan, rasa syukur, sekaligus memupuk kebersamaan dan kekeluargaan.
Sebelum melakukan acara ini, semua peserta diwajibkan mengikuti upacara atau sembahyang di Pura Banjar.
2. Mebuug-Buugan
• Menilik Makna Tradisi Pawai Ogoh-ogoh di Perayaan Hari Raya Nyepi 2019
Tradisi Mebuug-buugan dimiliki oleh krama (warga) Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Baca tanpa iklan