Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Masalah Sampah Plastik di Bali: Rusak Pariwisata dan Ancam Ikan Mola-mola di Perairan Nusa Penida

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pemulung memungut sampah plastik di Pantai Kedonganan, Badung, Sabtu (26/1/2019). Sampah musiman ini memberi keuntungan bagi pemulung yang bisa mengumpulkan sampah plastik 70 kilo per hari.

TRIBUNTRAVEL.COM - Sampah plastik menjadi masalah penting yang harus segera diatasi untuk pariwisata di Bali.

Dilansir Tribun Bali (22/2/2019) hal ini disampaikan oleh akademisi Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana, Dr. Gede Hendrawan.

Dalam diskusi membedah Raperda tentang RTRW Provinsi Bali dari perspektif lingkungan, Hendrawan mengungkapkan bahwa pada tahun 2014 hingga 2015 FKP mengkaji jenis sampah yang ada di laut Bali.

Dari hasil kajian tersebut ditemukan bahwa 80 persen sampah di laut Bali adalah sampah plastik yang berasal dari aktivitas manusia baik di darat maupun laut.

Petugas DLHK Badung Membersihkan Sampah Sisa Malam Tahun Baru 2018 Di Pantai Kuta, Senin (1/1/2018) (Tribun Bali)

Implementasi Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Bali tahun 2009 terkait sampah plastik masih belum optimal.

Hendrawan mengatakan bahwa sampah plastik yang banyak jumlahnya sangat merusak ekosistem laut, terutama sampah yang berupa mikroplastik.

Sampah mikroplastik sangat susah dibersihkan dan berdampak sangat berbahaya baik bagi lingkungan maupun manusia.

Lebih lanjut Hendrawan memaparkan ekonomi Bali tergantung dari pariwisata denggan lebih dari 80 persen daerah pariwisata Bali berada di pesisir.

Sehingga bila ini tidak ditindaklanjuti maka pariwisata di Bali akan perlahan hancur yang yang berdampak juga pada kondisi ekonomi di Bali.

Sampah Plastik Ancam Ikan Raksasa Mola-mola

Ilustrasi Ikan Mola mola atau Sunfish (Ig/daniel_botelho_photography)

Sampah plastik juga mengancam populusai ikan unik yakni ikan mola mola yang biasa disebut dengan ikan Matahari atau bila di luar negeri disebut sunfish.

Ikan Mola-mola hidup di negara Tropis yang suhunya tidak boleh di bawah 12 derajat celsius, sehingga ikan jenis ini banyak dijumpai di perairan Nusa Penida.

Ikan Mola-mola akan banyak dijumpai pada bulan Juli sampai November dengan kulit berwarna cokelat, abu-abu, putih atau bahkan bercorak titik-titik.

Kini populasi ikan mola mola bisa dikatakan semakin sedikit karena banyak yang mati akibat ulah manusia juga nelayan.

Hal ini dikarenakan kondisi laut yang semakin tercemar dengan banyaknya sampah sampai ikan mola mola tersebut memakan sampah yang dikiranya adalah ubur-ubur.

Sehingga banyak ikan Mola-mola yang mati dan berakibat pada turunnya jumlah populasi ikan ini di Bali.

(TribunTravel.com/GigihPrayitno)