TRIBUNTRAVEL.COM - Merayakan Imlek di Surabaya, jangan lupa kunjungi Klenteng Sanggar Agung atau yang sering disebut Klenteng Hong Sang Tang.

Klenteng yang terletak di Jalan Sukolilo Nomor 100, Pantai Ria Kenjeran, Surabaya ini menjadi tempat ibadah pemeluk Tridarma yakni agama Konghucu, Buddha dn Taoisme.

Keunikkan Klenteng Sanggar Agung Surabaya ini adalah letaknya yang yang dekat dengan tepi laut juga patung Kwan Im setinggi 20 meter.

Klenteng ini dibangun untuk dipersembahkan kepada Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa atau Bodhisatwa Kwan Im Laut Selatan.

• 7 Kedai Bakso Enak dan Lezat di Surabaya, Coba Bakso Kikil Manunggal Super Pedas Cak Mat

Hal itu dikarenakan ada seorang karyawan Sanggar Agung yang melihat sesosok wanita berjubah putih berjalan diatas air saat sedang menutup Klenteng pada malam hari.

Penampakan itulah yang dipercaya sebagai penampakan Kwan Im.

Klenteng Sanggar Agung didirikan oleh keluarga Soetiadji Yudho dan diresmikan pada tahun 1999, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek.

Sedangkan Patung Raksasa Kwan Im dibangun dua tahun kemudian, ada polemik mengenai tinggi Kwan Im ada yang mengatakan 20 meter ada juga yang mengatakan kurang dari itu.

Secara resmi, pihak Klenteng Sanggar Agung menyatakan bahwa tinggi patung Kwan Im di sisi timur bangunan Klenteng adalah 18 meter.

Patung Kwan Im tersebut dikawal oleh dua penjaga Shan Nan dan Tong Nu serta 4 Maharaja Langit pelindung empat penjuru dunia.

Gerbang langit di bawah kaki patung Kwan Im dijaga oleh sepasang Naga Surgawi.

• 7 Kuliner Malam Enak di Surabaya, Coba Penyetan Bang Ali yang Super Pedas

Bila kamu berdiri tepat di bawah Gerbang Langit maka kamu bisa melihat Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura.

Klenteng yang dibangun diatas laut ini memiliki luas 4 ribu meter persegi yang berbentuk seperti teluk kecil yang menjorok ke laut dan dikelilingi hutan bakau.

Tidak hanya itu, Klenteng Sanggar Agung dibangun dari perpadua budaya Jawa dan Bali yang memiliki muatan multi kultur yang mengagumkan.

Klenteng Sanggar Agung dibangun dengan sengaja membawa image rumah tradisional Indonesia agar tak terjebak pada gaya klenteng, vihara, atau kuil kebanyakan.