TRIBUNTRAVEL.COM - Sebagian besar wilayah Benua Eropa memang jarang dilanda gempa bumi.
Namun, bukan berarti semua negara di Eropa hampir tidak pernah dilanda gempa.
Sebagai satu contoh, Italia yang notabene menjadi satu negara di Eropa yang memiliki sejarah panjang tentang gempa bumi besar.
Termasuk gempa bumi magnitudo 6,7 yang mengguncang Avezzano pada 1915.
Gempa ini menewaskan 32.000 orang.
Dikutip TribunTravel.com dari laman theglobalandlmail.com, Italia adalah salah satu negara yang paling aktif secara seismik di Eropa.
Pergerakan lempeng tektonik menghasilkan peristiwa besar, seperti gempa bumi dan aktivitas gunung berapi.
Di Italia bagian selatan, ada lempeng tektonik Eurasia dan Afrika.
Keduanya adalah lempeng besar yang 'terapung' di atas mantel Bumi dan berada dalam gesekan konstan.
Tumbukan dan pergeseran lempengnya yang besar sering menyebabkan kerusakan yang luas.
Pergeseran tektonik juga menyebabkan aktivitas vulkanik di Italia.
Gunung Vesuvius, Gunung Etna, dan Gunung Stromboli semua berada di sepanjang garis patahan antara kedua lempeng besar tersebut.
Di sepanjang Apenini, pegunungan yang membentang dari wilayah tengah hingga utara Italia, adalah tempat terjadinya sejumlah pergeseran lempeng yang lebih kecil.
Pergeseran ini pulalah yang menyebabkan timbulnya getaran di bawah tanah.
Lalu, bagaimana perbandingan gempa bumi di Italia dengan negara lain yang juga rawan gempa bumi?
Sejarah arsitektur Italia yang kaya, dengan banyak bangunan yang berusia lebih dari 1.500 tahun, membuat banyak desa dan konstruksi bangunan yang lebih tua rentan setiap kali terjadi gempa bumi.
Bertentangan dengan kepercayaan populer, besar dan intensitas gempa bumi tidak selalu berdampak pada kehancuran yang masif.
Sebenarnya, konstruksi, kode, dan bahan bangunan serta kepadatan penduduk adalah faktor penting yang berkontribusi terhadap besarnya korban jiwa dan kerugian yang ditimbulkan akibat gempa besar.
Sebagai contoh, Jepang dan Indonesia masing-masing pernah mengalami gempa bumi magnitudo 9 dan 9.1, ditambah tsunami.
Karena kode dan teknik konstruksi bangunan di Jepang lebih ketat dan tahan gempa, jumlah korban tewas akibat gempa tahun 2011 jauh lebih sedikit daripada gempa yang terjadi di Indonesia.
Sebelum munculnya kode bangunan seismik antara 1960an dan 1970an, pembangunan konstruksi tahan gempa memang masih sangat jarang.
Banyak negara kaya yang sekarang memiliki kemampuan untuk retrofit struktur yang ada dengan upgrade yang tahan gempa.
Namun, negara-negara lain yang memiliki ekonomi lemah harus menanggung beban kehancuran lebih besar ketika bencana alam melanda.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)