TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap bandara di dunia ini pasti memiliki tantangan tersendiri bagi pilot untuk mendaratkan atau menerbangkan pesawatnya.
Namun, predikat bandara paling menantang sekaligus berbahaya di dunia dipegang oleh Bandara Lukla atau Bandar Udara Tenzing-Hillary.
Bandara Lukla terletak di Kota Lukla di Khumbu, Distrik Solukhumbu, Zona Sagarmatha, Nepal Timur.
Dikutip TribunTravel.com dari laman The Culture Trip, Bandara Lukla tak hanya dijuluki sebagai bandara paling berbahaya di dunia, tetapi juga menjadi bandara paling sibuk di Nepal.
Sebab, Bandara Lukla merupakan 'pintu masuk' utama bagi para pendaki yang berminat untuk menaklukkan Gunung Everest.
Bandara Lukla hanya memiliki satu landasan pacu yang direnovasi pada 2001.
Namun, landasan pacu ini awalnya dibangun pada 1964 oleh Sir Edmund Hillary, pendaki gunung asal Selandia Baru yang merupakan pendaki pertama yang mencapai puncak Gunung Everest.
Landasan pacu Bandara Nukla hanya memiliki panjang sekitar 527 meter.
Bandingkan dengan landasan pacu Bandara Internasional Heathrow di Inggris yang panjangnya tujuh kali lipat dibandingkan itu, sekitar 3.902 meter.
Tengok pula panjang landasan pacu Bandara Internasional Soekarno Hatta yang mencapai 3.660 meter.
Landasan pacu yang pendek memang berbahaya.
Sebab, pilot hanya memiliki ruang terbatas untuk menaikkan maupun mendaratkan pesawat dengan aman.
Peluang terjadinya kesalahan saat take off atau landing semakin besar jika landasan pacu semakin pendek.
Belum lagi lokasi Bandara Lukla yang berada pada ketinggian 9.500 kaki di atas permukaan laut atau sekitar 2.895 meter di atas permukaan laut.
Semakin tinggi letak suatu bandara, semakin rendah pula densitas atau berat jenis udaranya.
Hal inilah yang membuat pesawat harus bisa mendarat dengan kecepatan yang lebih tinggi di Bandara Lukla dibandingkan di bandara lain pada umumnya.
Selain risiko landasan pacu yang pendek dan ketinggian lokasi, tantangan pada Bandara Lukla juga ada pada lanskap alam yang keras di sekelilingnya.
Di ujung landasan pacu ada tebing batu dan gunung yang curam.
Jika pesawat tidak dapat berhenti dengan cukup cepat, ada risiko menabrak tebing tersebut.
Sementara untuk take-off, landasan pacu Bandara Nukla berada tepat di tepi tebing curam.
Sehingga, jika terjadi kesalahan, pesawat tidak akan naik melainkan jatuh ke jurang.
Dengan kondisi dan situasi Bandara Nukla, pilot hampir tidak memiliki kesempatan untuk membatalkan take-off atau landing pesawatnya.
Pilot pun dituntut untuk memiliki skill yang mumpuni saat mendaratkan atau menerbangkan pesawat di Bandara Nukla.
Selain faktor di atas, kondisi cuaca di wilayah Bandara Nukla selalu berubah-ubah dan awan tebalnya pun cukup ekstrem.
Ini dapat menimbulkan turbulensi besar yang meski tidak terlalu berbahaya, dapat membuat penumpang merasa tidak nyaman dalam penerbangan.
Sayangnya, peristiwa kecelakaan pesawat Goma Air pada 28 Mei 2017 lalu juga membuat Bandara Nukla menjadi bandara paling berbahaya di dunia.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)