Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Monumen Pancasila Sakti: Menelusuri Jejak Kebiadaban G30S, Termasuk Sumur Maut Lubang Buaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Bulan September dikenang dengan satu kisah kelam dalam coretan sejarah bangsa Indonesia; G30S/PKI.

Peristiwa G30S/PKI menewaskan tujuh petinggi TNI AD, yakni Letnan Jenderal A Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo, Letnan Satu Pire Andreas Tendean, dan Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun.

Serta putri Jenderal AH Nasution yang saat itu masih berusia lima tahun, Ade Irma Suryani.

Kilas Balik G30S/PKI di Museum Jenderal AH Nasution, Saksi Bisu Tertembaknya Ade Irma Suryani

Untuk mengenang perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis, ada beberapa monumen dan museum yang bisa dikunjungi.

Satu di antaranya adalah Monumen Pancasila Sakti.

Monumen Pancasila Sakti terletak di Jalan Raya Pondok Gede Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta dan masih berada dalam satu kompleks yang sama dengan Museum Pengkhianatan PKI.

Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, Saksi Bisu Kekejaman G30S/PKI di Rumah sang Jenderal

Mengutip beberapa sumber, Monumen Pancasila Sakti dibangun di atas lahan seluas 14,6 hektare pada pertengahan Agustus 1967.

Serta diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1973 oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan hari Peringatan Kesaktian Pancasila.

Bentuk monumen berupa tujuh patung Pahlawan Revolusi dengan patung burung Garuda di belakangnya.

Di Museum Pengkhianatan PKI, Ada Pakaian Terakhir yang Dikenakan Para Pahlawan Revolusi

Monumen Pancasila Sakti dibangun atas usulan Soeharto dan dibuat oleh maestro seni Indonesia, Edhi Sunarso.

Di kawasan Monumen Pancasila Sakti terdapat sumur tua kering dengan ukuran lebar 75 cm dan kedalaman 12 meter tempat tubuh tujuh Pahlawan Revolusi ditumpuk usai mengalami penyiksaan.

Baru pada 4 Oktober 1965, jenazah para korban berhasil diangkat dari dalam sumur.

Di dekat lubang sumur tersebut, terdapat prasasti yang bertuliskan "Tjita2 perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pantja Sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini. Lobang Buaja, 1 October 1965."

(tripadvisor.com)
(WARTA KOTA/Joko Supriyanto)

Ada pula tiga rumah yang dialihfungsikan PKI sebagai tempat penyiksaan, dapur umum, dan pos komando saat melaksanakan pemberontakan.

Halaman
12