Wajar bila fisik Mbok Yem drop.
Surya/Eko Darmoko
Pasalnya, Gunung Lawu memang dikenal memiliki cuaca ekstrem.
Di luar pondok yang sanggup menampung 30-an pendaki itu sedang berkecamuk angin kencang.
Bahkan, saat malam hari, suhu bisa mencapai minus 5 derajat.
Lantas bagaimana kehidupan dan aktivitas sosial Mbok Yem dengan dunia luar?
Pengakuan Mbok Yem sanggup bikin SURYA geleng-geleng kepala dan tak habis pikir.
Ternyata, Mbok Yem memang benar-benar berdomisili di pondoknya yang berdekatan dengan Puncak Hargo Dumilah.
Tentunya ini bukan perkara mudah.
"Dalam setahun, saya hanya turun gunung tiga kali. Saat Idulfitri dan ada keluarga yang sedang punya hajat atau hari-hari besar. Biasanya kalau turun gunung paling lama cuma sepuluh hari," kata Mbok Yem.
(Baca juga: Gunung Tujuh Sumatera Barat - Heboh! Misteri Orang Pendek Akhirnya Terungkap)
Gunung Lawu memang menyediakan semuanya dan menjadi ladang mengais rizki bagi Mbok Yem.
Untuk pasokan air bersih, Mbok Yem mendapatkannya dari mata air Sendang Drajat yang terletak di Basecamp Pos 5.
Jauhnya dari pondok Mbok Yem bisa ditempuh jalan kaki kira-kira selama 10 menit.
Para pendaki juga memanfaatkan air Sendang Drajat untuk minum.
"Airnya ambil di Sendang Drajat. Saya yang ngangsuh, memikulnya hingga pondok ini," celetuk Saelan yang ikut menggarami pembicaraan antara SURYA dengan Mbok Yem.
Baca tanpa iklan