TRIBUNTRAVEL.COM - Pedagang di kawasan Taman Olahraga Rumbai atau lebih dikenal dengan Taman Politeknik Caltex Riau (PCR) kini semakin ramai.
Lokasi Taman Olahraga Rumbai yang berada tak jauh di seberang Stadion Kaharudin Nasution itu menjadi ladang usaha baru bagi para pedagang.
Baca juga: Pantai Prigi di Watulimo, Trenggalek, Jatim Kini Dilengkapi Dengan Taman Yang Instagramable

Baca juga: Wisata Unik di Borobudur, Magelang, Jateng, Menikmati Indahnya Sungai Progo dengan Getek
Apalagi dengan semakin ramainya masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga di Taman Olahraga Rumbai.
Namun tidak sedikit juga masyarakat dan pengunjung Taman Olahraga Rumbai yang merasa terganggu dengan makin menjamurnya para pedagang.
Baca juga: Itinerary Kalimantan Timur 4 Hari 3 Malam: Rp 5,5 Juta Sudah Hotel & Pesawat PP dari Surabaya
Baca juga: Situ Rawa Gede Rawalumbu Bekasi Jawa Barat: Lokasi, Harga Tiket, dan Daya Tariknya
Pasalnya kehadiran para pedagang bahkan juga sudah merambah hingga ke lapangan yang biasa dijadikan tempat berolahraga bagi masyarakat.
Walau dulunya tetap ada pedagang yang berjualan di lokasi tersebut, namun jumlahnya belum terlalu ramai, dan tidak sampai ke tempat warga berolahraga.
Di tempat tersebut tampak pedagang berjejer menjual beragam dagangannya.
Tidak hanya usaha kuliner, tapi juga ada yang berjualan mainan anak-anak, pakaian, hingga aksesoris, dan berbagai dagangan lainnya.
Baca juga: Panduan Lengkap ke Pemandian Air Panas Gunung Pancar Bogor Jawa Barat

Seorang warga Rumbai bernama Ipet mengatakan, tempat itu telah menjadi lokasi olahraga bersama keluarganya.
Walau awalnya nyaman dengan keberadaan pedagang, namun dengan bertambah ramai jumlahnya, membuatnya merasa terganggu.
"Sebenarnya nggak ada masalah, toh kita juga butuh makan minum habis olahraga. Banyak pilihan pula. Kita juga senang pedagang bisa cari rezki di sini. Tapi lama kelamaan kok makin ramai, sehingga tempat kita berolahraga pun terpakai untuk berjualan," kata Ipet yang merupakanseorang mahasiswi tersebut.
Sementara itu, Dewi warga lainnya mengaku lebih senang kalau tempat itu sebaiknya khusus dijadikan tempat berolahraga saja, tanpa ada embel-embel lainnya.
"Harusnya fokus tempat olahraga saja. Jadi lebih enak olahraganya, tidak terganggu. Ini sama dengan car free day , awalnya tempat olahraga, tapi lama-lama lebih dominan tempat jualan. Kan sayang sekali, tempatnya bagus tapi banyak yang jualan, sampai kita terganggu berolahraga. Bagusnya ditata dengan baik oleh pemerintah, ada tempat khusus untuk pedagang, mungkin dekat sini, tapi jangan sampai ke tempat olahraganya," sebutnya.
Warga lainnya, Sandi juga mengaku senang berolahraga di taman tersebut. Menurutnya, lokasi tersebut sejak dulunya memang sangat nyaman dijadikan tempat berolahraga.
Selain tersedia jalur untuk jogging, di sana juga banyak pepohonan yang membuat udara semakin segar pada sore hari.
"Di sini berolahraga rasanya segar dan nyaman. Pohon banyak, anginnya sepoi-sepoi, tidak panas. Habis berolahraga bisa santai dan nongkrong juga di tempat yang disediakan pedagang. Tapi kalau terlalu ramai memang terganggu sih. Karena ada tempat olahraga yang juga dijadikan tempat berjualan," tambahnya.
Lain lagi dengan Risni, yang membawa anak-anaknya bermain di lokasi itu. Menurutnya lebih bagus banyak pedagang, karena menjadi tempat main anak yang nyaman.
"Kalau menurut saya lebih bagus ramai pedagang. Banyak pilihan bagi anak-anak. Selain itu, ada tempat sewa motor-motoran juga, lebih suka begini kalau saya," ujarnya.
Selain jogging, banyak juga aktivitas olahraga lainnya di sana oleh masyarakat, seperti bulu tangkis, bola kaki, volly, basket, senam, dan lainnya.
Selain di lokasi itu, tempat lainnya yang dijadikan tempat berolahraga oleh masyarakat adalah Stadion Kaharudin Nasution Rumbai yang berada di seberang jalan Taman Olahraga Rumbai .
Aktivitas olahraga warga di sana biasanya jogging.
Sementara itu, pedagang yang berjualan di sana mengaku cukup nyaman berjualan di sana.
Ramainya warga yang berolahraga menjadi keberkahan tersendiri bagi mereka.
"Kalau soal mengapa jualan di sini, ya karena di sini ramai yang belanja. Tidak mungkin kita berjualan di tempat yang sepi kan. Yang namanya cari uang untuk makan, asal halal dan tidak mengganggu orang lain, kan tidak masalah. Sejauh ini tidak ada warga yang bilang terganggu dengan kami berjualan di sini," kata Ira, seorang pedagang yang berjualan makanan dan kopi di lokasi tersebut.
Pedagang lainnya, Yenti mengatakan, ia sudah berjualan di sana sejak beberapa tahun terakhir.
Dulunya diakuinya ada pembayaran yang diberikan kepada pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat . Namun sudah lebih setahun, hingga saat ini dikatakannya tidak ada pembayaran lagi.
"Dulu ada pembayaran memang, ada yang mungut. Tapi sudah setahun lebih tidak ada lagi. Kalau tempat ini kan memang disediakan pemerintah untuk kami berjualan," sebutnya.
Namun diakuinya, untuk sehari-hari para pedagang tetap ada membayar uang kebersihan sebanyak Rp 3.000 per harinya, kepada warga yang memang membersihkan tempat tersebut setiap saat.
Baca juga: Kebun Raya Cibinong Bogor Jawa Barat: Lokasi, Harga Tiket, dan Daya Tarik
Ditanya kesediaannya jika ditertibkan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, ia mengaku merasa keberatan. Karena jika dipindah, maka masyarakat yang berolahraga akan semakin jauh untuk belanja.
"Kalau dipindah kan belum tentu ramai nanti. Saat ini kami lihat nyaman-nyaman saja warga yang berolahraga. Tidak ada jaminan kalau misalnya dipindah kemudian warga masih ramai belanja. Atau kalau bisa dipastikan tempatnya dekat, dan benar-benar bisa berjualan serta ramai yang akan belanja, tak apa, apalagi tempatnya lebih bagus. Tapi jangan sampai merugikan pedagang. Jangan nanti dipindah, kemudian kami harus bayar mahal pula, sementara yang kami harapkan dari jualan di sini juga tidak terlalu banyak. Pemerintah harus adil juga. Tapi kalau bisa memilih, kami lebih nyaman di sini saja," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.