TRIBUNTRAVEL.COM - Perempuan kreatif asal Solo bernama Dewi Lestari, yang kini berusia 39 tahun, merupakan sosol di balik Dani’s Art.
Ia sukses menjadikan Dani’s Art sebagai karya seni lukis di atas kain yang populer.

Dewi menetap di kawasan Bonoloyo, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.
Ia adalah pencipta di balik beragam produk jilbab lukis dan aksesori buatan tangan yang khas dan autentik.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Ice Wonderland Bandung, Wahana Salju dan Skating di Jawa Barat
Bahkan beberapa karyanya diproduksi dalam jumlah terbatas atau limited edition.
Bagi Dewi, ia tidak hanya menawarkan kain bergambar.
Akan tetapi Dewi juga menghadirkan nilai seni yang tercipta lewat rangkaian proses dan kisah perjuangan.
Semuanya dituangkan dalam setiap sapuan warna yang penuh makna dan kasih.
Baca juga: Wisata D’Moaat Strawberry di Mooat, Boltim, Sulawesi Utara: Cocok untuk Healing di Tepi Danau
BERAWAL DARI HOBI SUAMI
Perjalanan panjang Dewi sebagai perajin Dani's Art ini awalnya dimulai dari hobi sang suami.
Dewi menceritakan bahwa suaminya memiliki hobi melukis dan kemudian berkolaborasi menciptakan UMKM yang bernilai kesenian tinggi.
“Awalnya yang ngelukis itu suami saya. Tapi karena saya sering lihat, saya belajar, dan akhirnya kami berdua berkolaborasi untuk bikin lukisan,” ujar Dewi Lestari kepada Cenderaloka pada 8 Juli 2025.

Kolaborasi tersebut awalnya dimulai dengan melukis daster hingga akhirnya Dewi dan suaminya memiliki berbagai terobosan untuk mengembangkan lukisannya ke berbagai ke media lain, seperti jilbab dan aksesoris berbahan kain.
Dewi menceritakan bahwa ia awalnya mulai serius menekuni jilbab pada tahun 2017.
Awalnya ia menjajakan produk jilbab di Beteng Trade Center (BTC), Solo.
Baca juga: Itinerary Jogja 3 Hari 2 Malam dari Jakarta, Bujet Rp 1,7 Juta, Cocok Dikunjungi saat Musim Hujan
Namun, pandemi COVID-19 membuat usahanya cukup turun dan kemudian memaksanya beradaptasi.
“Akhirnya saya mikir, bikin produk apa yang bisa saya kerjakan sendiri di rumah?" ujarnya.
Ia kemudian berkolaborasi bersama suaminya menciptakan jilbab lukis.
"Terus saya beralih ke jilbab lukis,” kisahnya.

Kini, Dani’s Art lebih fokus pada jilbab lukis.
Namun ada berbagai produk aksesoris juga yang ia ciptakan, mulai dari tas hingga topi yang bisa dipesan custom, sesuai permintaan pelanggan.
“Yang penting kainnya bisa dilukisin, saya bisa buat,” katanya yakin.
PROSES MANUAL YANG PENUH ARTI
Dalam setiap karya, Dewi mengutamakan kualitas pada bahan lukisannya.
Dewi dan suami memilih cat lukis seperti rubber, binder, dan metal yang tahan lama.
Menurutnya, bahan tersebut merupakan kualitas terbaik yang ia berikan untuk setiap karyanya.
Bahan tersebut tidak mudah luntur meskipun sudah dicuci bertahun-tahun.
“Kalau dicuci nggak luntur. Meskipun sudah bertahun-tahun, warnanya tetap awet,” jelasnya.
Meski demikian, Dewi menyarankan pelanggan untuk mencuci menggunakan tangan dan tidak dikucek dengan kencang untuk menjaga kualitas lukisan.
Selain itu, yang membedakan produk Dani’s Art adalah teknik lukis manual yang dilakukan satu per satu yang membuat setiap produk bersifat limited edition.
“Motifnya nggak bisa sama, karena handmade. Jadi kalau pesan banyak, tetap ada sedikit perbedaan. Tapi kualitasnya tetap saya jaga,” tegas Dewi.
Tak hanya itu, demi menjaga kualitas hasil lukisan, ia mencampur warna sendiri dan memastikan bahwa setiap coretan memiliki nilai estetika unik.
Soal inspirasi, Dewi mengaku banyak menggali ide dari Pinterest dan mengadaptasinya agar sesuai dengan konsep produk.
“Kadang saya lihat motif lucu di Pinterest, terus saya modifikasi. Saya coba di rumah, cocok nggak kalau jadi motif jilbab,” ujarnya.
Baca juga: KidZania Jakarta: Daya Tarik, Harga Tiket Masuk, Lokasi & Jam Buka
BERDIKARI BERSAMA SUAMI
Namun, menjalankan usaha seni bukan tanpa tantangan.
Tantangan terbesarnya adalah pemasaran dan tenaga kerja.
“Saya dan suami kerja berdua. Dulu pernah ngajari lima orang, tapi sekarang mereka buka sendiri-sendiri,” kenangnya.
Meski demikian, Dewi tetap semangat memasarkan produknya secara online dan ikut pameran.
Ia aktif dalam berbagai komunitas seperti teleprener dan rutin mengikuti event bersama PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), menjajakan produk setiap akhir pekan di lobby hotel-hotel Solo.
Tak hanya di kota sendiri, produknya bahkan pernah dikirim hingga Papua.
Target pasar Dani’s Art cukup luas, mulai dari remaja, ibu-ibu, hingga pejabat.
“Biasanya kalau ikut pameran, pejabat-pejabat itu beli. Jadi target pasar saya ibu-ibu sampai usia dewasa. Bahkan pernah nyampai ke Papua,” ucapnya bangga.
Namun Dewi mengaku masih kesulitan dalam urusan admin seperti manajemen SOP dan pengelolaan sosial media karena semua dikerjakan sendiri.
Meski menghadapi banyak keterbatasan, Dewi tetap konsisten berkarya.
Dengan sentuhan tangan dan hati, ia melukis setiap produk seolah sedang melukis mimpi dan semangatnya sendiri.
Ia berharap ke depan lebih banyak anak muda yang mau belajar dan terjun ke dunia kerajinan seni seperti dirinya.
“Kalau anak muda sekarang, saya harap belajar dulu apa itu wastra, apa itu kain lukis. Karena banyak yang belum tahu dan belum menghargai proses di baliknya,” tuturnya dengan semangat.
Baca juga: Wisata D’Moaat Strawberry di Mooat, Boltim, Sulawesi Utara: Cocok untuk Healing di Tepi Danau
Dengan Dani’s Art, Dewi Lestari bukan hanya menjual produk fashion.
Ia sedang memperkenalkan keindahan warisan budaya Indonesia melalui lukisan di atas kain, yang digoreskan dengan penuh cinta dan ketelatenan.
Setiap helai kain, setiap lembar jilbab lukis, bukan sekadar aksesori namun warisan seni yang dibawa dari hati.
(Cynthiap/Tribunshopping.com)(TribunTravel.com/mym)
Artikel ini telah tayang di Tribunshopping.com dengan judul Dewi Lestari dan Perjalanan Seni di Balik Dani’s Art: Menyulam Lukisan dalam Kain dan Jilbab
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.