TRIBUNTRAVEL.COM - Kecamatan Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kembali menjadi pusat perhatian berkat digelarnya Kirab Akbar Ritual Budaya dan Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Yang Mulia Makco Thian Siang Sing Bo.
Kegiatan budaya yang berlangsung selama tiga hari, sejak Jumat (18/4) hingga Minggu (20/4), ini dipusatkan di Kelenteng Tjoe An Kiong, sebuah tempat ibadah bersejarah yang menjadi ikon akulturasi budaya Tionghoa-Jawa-Islam di wilayah tersebut.
Baca juga: Liburan Romantis dengan Pasangan, Gunakan Itinerary Rembang 3 Hari 2 Malam Bujet Rp 2 Jutaan

Baca juga: Itinerary Rembang 3 Hari 2 Malam dari Jakarta, Kunjungi Lasem yang Dijuluki Tiongkok Kecil
Lasem sendiri dikenal dengan berbagai julukan seperti Tiongkok Kecil, Kota Batik, dan Kota Pusaka, karena kekayaan budaya dan sejarahnya yang luar biasa.
Kirab Akbar ini bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga merupakan manifestasi nyata dari warisan leluhur dan simbol harmoni lintas budaya yang telah hidup berdampingan selama ratusan tahun.
Baca juga: Jelajahi Tiongkok Kecil di Jawa, Cek Itinerary Rembang 3 Hari 2 Malam dengan Bujet Rp 1 Jutaan
Baca juga: 5 Hotel Murah di Rembang Jawa Tengah, Fasilitas Lengkap dari WiFi, AC, hingga TV Layar Datar
Setelah lebih dari satu dekade vakum, terakhir kali digelar pada 22 April 2012, kirab ini akhirnya kembali digelar, membawa semangat baru untuk membangkitkan kembali budaya lokal yang hampir terlupakan.
Siapa Saja Tokoh yang Hadir dalam Kirab Akbar Lasem 2025?
Pembukaan Kirab Akbar pada Jumat malam (18/4) diwarnai oleh acara musik dan talkshow yang menghadirkan sejumlah tokoh nasional seperti:
- Dahlan Iskan, tokoh pers dan mantan Menteri BUMN
- Harjanto Halim, tokoh bisnis dan pelestari budaya Tionghoa
- Novi Basuki, peneliti budaya Tionghoa-Muslim
Yang tak kalah penting, hadir pula perwakilan dari Kementerian Hukum (Kemenkum) Republik Indonesia.
Mereka datang sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pelestarian warisan budaya Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan Ekspresi Budaya Tradisional.
Siapa Saja Perwakilan Kemenkum yang Turut Hadir?
Kemenkum diwakili oleh jajaran staf khusus menteri dan pejabat Kanwil Jawa Tengah:
- Ahmad Ali Fahmi, Staf Khusus Menteri Bidang Media dan Komunikasi
- Carman Ansari E.A.R Latief, Staf Khusus Menteri Bidang Isu-Isu Strategis
- Moh. Noor Korompot, Staf Khusus Menteri Bidang Transformasi Digital
- Tjasdirin, Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kanwil Kemenkum Jawa Tengah
- Deni Kristiawan, Kabid Pelayanan Administrasi Hukum Umum
- Toni Sugiarto, Kepala Bagian Tata Usaha dan Umum
Kehadiran mereka menjadi simbol komitmen pemerintah pusat dalam memperkuat identitas budaya nasional.
Apa Pesan Kemenkum Terkait Pentingnya Pelestarian Budaya?
Dalam sambutan singkatnya, Carman Ansari E.A.R Latief menyampaikan bahwa kehadiran mereka mewakili Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, yang sebenarnya ingin hadir secara langsung namun berhalangan.
“Kehadiran kami bertiga ingin menunjukkan bahwa beliau benar-benar serius ingin hadir pada acara malam hari ini,” ujar Carman.
Ia juga menyampaikan harapan agar Kirab Akbar ini berjalan lancar hingga hari puncak pada Minggu, dan bisa menjadi kegiatan rutin yang digelar secara berkelanjutan di Lasem.
“Bapak Menteri juga menitipkan salam, semoga acara-acara seperti ini ke depan bisa terus terselenggara di kota Rembang ini,” imbuhnya.
Baca juga: Video Viral di TikTok, Acara Tahlilan di Rembang Diserbu Kawanan Laron, Hampir Bikin Acara Bubar
Mengapa Lasem Disebut Tiongkok Kecil dan Apa Makna Budayanya?
Lasem merupakan wilayah yang menyimpan sejarah panjang kedatangan etnis Tionghoa, bahkan sejak zaman kerajaan dan masa awal kolonialisme.
Di kota ini, budaya Tionghoa, Jawa, dan Islam hidup berdampingan dan menyatu secara harmonis.
Akulturasi itu terlihat dalam berbagai aspek: arsitektur, bahasa, seni batik, hingga kuliner dan sistem kepercayaan.
Klenteng Tjoe An Kiong, sebagai pusat acara kirab, bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga situs sejarah penting.
Praktik pemujaan terhadap Makco Thian Siang Sing Bo di klenteng ini telah diakui UNESCO sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Dunia sejak 2009, bersamaan dengan pengakuan terhadap Batik Indonesia.
Bagaimana Kirab Akbar Menjadi Simbol Toleransi dan Keragaman?
Kirab Akbar ini menjadi simbol perayaan keberagaman, bukan hanya antar etnis, tetapi juga antar agama.
Masyarakat Tionghoa, Muslim, dan masyarakat Jawa saling menghormati dan mendukung tradisi masing-masing.
Tidak jarang, umat Muslim ikut serta dalam menjaga ketertiban acara atau bahkan turut berpartisipasi dalam bentuk gotong royong.
Lasem telah membuktikan bahwa perbedaan tidak selalu menjadi pemisah, justru bisa menjadi kekuatan pemersatu dalam sebuah tatanan masyarakat yang inklusif.
Apa Peran Kemenkum dalam Perlindungan Budaya Tradisional?
Sebagai bagian dari tugasnya, Kemenkum bertanggung jawab dalam penyusunan dan implementasi kebijakan terkait Kekayaan Intelektual (KI).
Di dalamnya, terdapat perlindungan untuk Kekayaan Intelektual Komunal, termasuk Ekspresi Budaya Tradisional (EBT).
Perlindungan ini penting untuk mencegah eksploitasi budaya oleh pihak luar, serta memastikan bahwa manfaat dari warisan budaya itu tetap berada di tangan komunitas yang memilikinya.
Apa Manfaat Perlindungan Hukum bagi Budaya Lokal?
Perlindungan hukum memungkinkan komunitas untuk mengembangkan budaya mereka tanpa takut dirampas.
Selain itu, pengakuan terhadap kekayaan budaya lokal bisa membuka peluang ekonomi, seperti pariwisata budaya, sertifikasi batik lokal, hingga promosi kuliner tradisional.
Dengan adanya dukungan dari Kemenkum, budaya lokal seperti yang ada di Lasem tidak hanya terjaga, tetapi juga diberdayakan untuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.