TRIBUNTRAVEL.COM - Media massa memiliki peran penting dalam promosi pariwisata, khususnya dalam meningkatkan kesadaran publik akan destinasi wisata.
Salah satu media yang menonjol dalam hal ini adalah Tribun Travel, bagian dari Tribun Network, yang berfokus pada penyajian konten-konten terkait pariwisata.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dengan berbagai platform digital, Tribun Travel berhasil mengoptimalkan fungsinya sebagai media massa dalam mempromosikan destinasi wisata di Indonesia.
Dari perspektif ilmu komunikasi, peran Tribun Travel dalam promosi pariwisata dapat dijelaskan melalui berbagai teori komunikasi, seperti Teori Agenda Setting, Framing, Two-Step Flow of Communication, dan Teori Persuasi.
Salah satu teori komunikasi yang relevan dalam melihat peran Tribun Travel adalah Teori Agenda Setting yang diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada 1972.
Menurut teori ini, media massa memiliki kemampuan untuk menentukan topik apa yang dianggap penting oleh masyarakat melalui pemilihan dan penonjolan berita tertentu.
Dalam konteks Tribun Travel, portal berita ini dapat mengarahkan perhatian publik ke destinasi wisata tertentu dengan memberikan sorotan yang lebih besar terhadap tempat-tempat tersebut.
Sebagai contoh, ketika Tribun Travel mengangkat destinasi wisata yang baru atau sedang naik daun seperti Labuan Bajo atau Danau Toba, media ini secara tidak langsung menempatkan destinasi tersebut di benak para pembaca.
Pemberitaan yang konsisten dan menarik tentang destinasi wisata tertentu dapat menciptakan persepsi bahwa tempat tersebut wajib dikunjungi.
Dengan cara ini, Tribun Travel berperan dalam menyusun agenda publik mengenai destinasi wisata yang patut diperhatikan.
Agenda setting juga terlihat ketika media ini memprioritaskan pemberitaan mengenai tren wisata, seperti tren eco-tourism, yang saat ini sedang meningkat popularitasnya di kalangan wisatawan global.
Dengan menampilkan artikel yang mendalam tentang tren ini, Tribun Travel membantu mengarahkan opini publik untuk lebih memperhatikan aspek keberlanjutan dalam memilih destinasi wisata.
Selain mengatur agenda publik, Tribun Travel juga memanfaatkan teori framing dalam penyajian berita.
Teori ini, yang diperkenalkan oleh Erving Goffman, menjelaskan bahwa cara media mengemas atau membingkai sebuah peristiwa akan memengaruhi cara audiens memahaminya.
Media massa tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menentukan sudut pandang dari mana informasi itu dilihat oleh audiens.
Dalam hal ini, Tribun Travel sering kali mengemas pemberitaan pariwisata dengan fokus pada aspek-aspek yang menarik bagi calon wisatawan.
Sebagai contoh, dalam pemberitaan tentang Bali, Tribun Travel tidak hanya menyoroti keindahan alamnya, tetapi juga menekankan pengalaman budaya yang kaya dan unik, seperti upacara keagamaan, festival lokal, atau kuliner khas Bali.
Framing yang positif ini membantu menciptakan kesan yang mendalam bagi calon wisatawan, sehingga mereka tertarik untuk mengunjungi destinasi tersebut.
Teori komunikasi lainnya yang relevan dalam konteks ini adalah Two-Step Flow of Communication yang diperkenalkan oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz.
Teori ini menyatakan bahwa informasi dari media massa sering kali tidak langsung memengaruhi audiens, melainkan melalui pengaruh para pemimpin opini (opinion leaders) yang menafsirkan dan menyebarkannya kembali kepada khalayak yang lebih luas.
Tribun Travel, sebagai bagian dari media digital, secara aktif berkolaborasi dengan influencer dan tokoh-tokoh penting di media sosial yang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan wisata publik.
Dengan berbagi konten yang diproduksi oleh Tribun Travel, influencer ini berperan sebagai perantara yang memperluas jangkauan promosi destinasi wisata kepada audiens yang lebih besar dan spesifik.
Selain itu, Tribun Travel juga memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan berita-berita terkait wisata.
Dalam teori komunikasi massa, hal ini dikenal sebagai efek jejaring sosial, di mana informasi yang disebarluaskan di platform seperti Instagram, Twitter, dan Facebook memiliki potensi untuk menjangkau lebih banyak audiens dalam waktu yang singkat.
Berita-berita pariwisata yang diposting di media sosial sering kali dilengkapi dengan gambar dan video yang menarik, yang memperkuat daya tarik visual dari destinasi wisata tersebut.
Tribun Travel juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan wisatawan melalui komunikasi persuasif.
Dalam hal ini, teori persuasif dari Richard Petty dan John Cacioppo, yaitu Elaboration Likelihood Model (ELM), dapat membantu menjelaskan bagaimana Tribun Travel memengaruhi sikap dan perilaku audiens.
Teori ini membagi proses persuasi menjadi dua jalur: jalur sentral dan jalur periferal.
Dalam jalur sentral, Tribun Travel menyajikan informasi yang detail dan komprehensif tentang destinasi wisata, seperti fasilitas, aktivitas, dan aksesibilitas.
Pembaca yang memiliki minat tinggi terhadap topik wisata akan cenderung memproses informasi ini secara kritis dan membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut.
Di sisi lain, jalur periferal melibatkan penggunaan elemen-elemen emosional, seperti gambar yang memukau atau testimoni wisatawan yang berpengaruh.
Penggunaan narasi emosional ini membantu Tribun Travel mempengaruhi pembaca yang mungkin tidak terlalu terlibat secara kritis tetapi tetap terdorong untuk mengambil keputusan berdasarkan daya tarik visual atau opini orang lain.
Tribun Travel telah memanfaatkan teori-teori komunikasi dengan efektif untuk mempromosikan destinasi wisata di Indonesia.
Melalui Teori Agenda Setting, Tribun Travel mengarahkan perhatian publik ke destinasi-destinasi wisata yang penting. Dengan Teori Framing, portal berita ini mampu membingkai narasi yang menarik dan menciptakan kesan positif.
Melalui Two-Step Flow of Communication, Tribun Travel bekerja sama dengan influencer untuk memperluas jangkauan promosi wisata, sementara dengan Teori Persuasi, Tribun Travel memengaruhi keputusan wisatawan melalui kombinasi jalur sentral dan periferal.
Dengan pendekatan ini, Tribun Travel berhasil memaksimalkan potensi media massa dalam mendukung perkembangan pariwisata Indonesia.
( Nayyara Safaa Ayn Ayshka/Magang)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.