TRIBUNTRAVEL.COM - Berawal dari gagasan melestarikan makanan khas Jawa, pasangan suami istri asal Klaten mulai menjajakan kuliner bernama sompil.
Usaha kuliner ini digagas oleh Sukoco (76) dengan Sri Hartini (65).

Koco menjalankan usaha kuliner sompil Bu Sri Koco, sejak tahun 2008.
Gagasan awal menjalankan usaha ini, ialah merawat atau melestarikan tradisi.
Baca juga: Suguhkan Kolam Renang Alami, Umbul Manten di Tulung, Klaten, Jawa Tengah Jadi Favorit Wisatawan
"Jadi niat ingsun gih supaya dilestarikan, supaya tidak punah. Pikiran saya begitu," kata Koco saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (16/10/2024).
Sompil merupakan makanan tradisional seperti lontong atau ketupat, berbahan dasar dari beras.
LIHAT JUGA:
Hal yang membedakan dengan lontong maupun ketupat, ialah bentuk yang segitiga, serta kulit pembungkus dari daun bambu.
Biasanya, Sompil menjadi hidangan setahun sekali yang dapat ditemui. Yakni saat bulan Syawal.
Koco sendiri awalnya bekerja sebagai buruh proyek bangunan, sementara sang istri berjualan nasi gurih dan nasi gudang waktu pagi.
Baca juga: Lokasi dan Rute Menuju Wisata Deles Indah di Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jateng
Koco lalu menggagas untuk berjualan sompil setiap hari, dan mengutarakan hal ini kepada sang istri.
"Ibu berjanji mau (boleh), asal saya mencari godong pring (daun bambu). Karena yang susah itu mencari godong pring," jelasnya.

Usaha ini kini terus berlanjut, hingga sekarang.
Koco mengatakan, sebelumnya terdapat keluarga yang pernah berjualan. Ia mengingat hal itu terjadi saat dirinya masih berusia kecil.
"Dulu saat masih kecil sekitar tahun 1955-1956, Mbah Bibi menjual (sompil) saat pagi. (Pembeli) hanya dari lingkungan saja," ujarnya.
Kini, sang anak juga mengikuti jejak Koco dengan berjualan sompil di dekat Stasiun Srowot.
Baca juga: Bawa Pulang Oleh-oleh Kopi Arabika Beraroma Vulkanik saat Liburan ke Deles Indah Klaten, Jateng
Proses Membuat Sompil
Sompil sendiri dibuat dari bahan beras, seperti halnya ketupat maupun lontong.
"Sompil itu yang dibuat bahannya sama seperti lontong dan ketupat, yang membedakan bungkusnya. Bungkusnya dari daun bambu apus," ujar suaki pemilik usaha Sompil Bu Sri Koco, Sukoco (76).
Proses membuat sompil, dimulai dari mencari daun bambu sebagai bungkus.
"Kalau cari yang dekat di tengah dusun sekitar 500 meter, paling jauh 1 kilometer," jelasnya.
Tak ada ukuran khusus untulk lebar daun yang dipakai, hanya untuk ukuran panjang dicari yang 7 cm.

Selanjutnya, daun bambu dilakukan pembersihan dengan cara direndam menggunakan air.
Dalam sehari, Koco memasak empat kilogram beras untuk dijadikan sekitar 300 biji sompil.
Lalu untuk proses membungkus, setidaknya memerlukan waktu yang lama.
"Bungkus paling tidak 1,5 jam sampai 2 jam paling cepat. Lalu direbus, waktunya minimal 2 jam," kata Koco.
Proses merebus dilakukan hingga air rebusan berkurang asat.
Baca juga: Tips Liburan ke Deles Indah, Wisata Buat Lihat Gunung Merapi dari Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jateng
Setelahnya, sompil ditiriskan dan siap untuk disajikan.
Bila penasaran, wisatawan bisa berkunjung ke Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, untuk mencicipi sompil.
Letaknya dapat ditempuh 1 jam 20 menit dari Kota Solo, bila mengendarai kendaraan baik motor atau mobil.
Bisa pula naik kereta lokal atau commuter line dan turun di Stasiun Srowot.
Sompil Bu Sri Koco buka pada pukul 11.00 WIB hingga habis atau pukul 15.00 WIB.
(TribunSolo.com/Zharfan Muhana)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.