Breaking News:

Ramai Fenomena Joki Strava yang Tawarkan Jasa Lari, Begini Kata Psikolog

Viral joki Strava yang menawarkan jasa lari menyesuaikan pace, jarak, dan faktor lain.

Editor: Sinta Agustina
Unsplash/Fitsum Admasu
Ilustrasi berlari atau jogging. Viral joki Strava yang menawarkan jasa lari menyesuaikan pace, jarak, dan faktor lain. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Media sosial tengah diramaikan perbincangan soal joki strava.

Lantaran ramainya olahraga lari dan pamer Strava saat ini, ada warganet yang membuka jasa joki Strava di media sosial.

Ilustrasi joki Strava
Ilustrasi joki Strava (Twitter)

Joki Strava ini pun langsung viral hingga menjadi perbincangan di jagat maya, terutama di platform X (Twitter).

Salah satu twit viral karena menawarkan joki Strava adalah milik akun dengan handle @hahahiheho.

Baca juga: Viral Karyawan Bakal Diberi Bonus 130 Persen Jika Mau Jogging Minimal 2 Mil Setiap Hari

Harga joki Strava yang ditawarkan tersebut menyesuaikan pace, jarak, dan faktor lain.

Kemudian dari cuitan @hahahiheho, beberapa pengguna lain jadi terinspirasi membuka joki Strava.

LIHAT JUGA:

Misalnya, seperti akun @Irgsyhs.

Ia mengaku siap membuka jasa joki Strava sambil flexing empat riwayat larinya yang dilacak menggunakan Strava.

Akun @spencerrade juga terinspirasi membuka joki Strava untuk online race 5K dan 10K.

Baca juga: 4 Jogging Track di Bogor yang Bisa Jadi Pilihan untuk Tempat Berolahraga

2 dari 4 halaman

Menurut akun ini, pembayaran bisa dalam bentuk uang atau dalam bentuk energi bar/gel atau minuman isotonik.

Setelah viralnya joki Strava di media sosial ini pun menuai beragam komentar dari warganet.

Ilustrasi berlari atau jogging.
Ilustrasi berlari atau jogging. (Unsplash/Fitsum Admasu)

Beberapa warganet lain terlihat tertarik dengan menanyakan harga dan rute lari yang tersedia.

Banyak warganet yang merasa lucu dengan adanya joki Strava ini.

Namun, banyak juga warganet yang heran dan tak habis fikir dengan tren joki Strava ini, dengan menyebut "tren macam apa ini".

Warganet lain berpendapat bahwa tren joki Strava ini ada karena olahraga hanya dilakukan karena ikut-ikutan alias FOMO (fear of missing out) dan dijadikan ajang mencari validasi atau pengakuan sosial.

"FOMO olahraga gapapa sih, mencari pengakuannya yang salah. Trendnya harusnya berhenti di pamer olahraganya, ga mesti ada kompetisi semu pake Strava ini," twit salah satu warganet di X.

Warganet lain menyebut, fenomena joki Strava ini ada ketika orang mau kelihatan sehat dan kuat, tapi ingin instan dan tanpa proses.

Warganet lain menyebut olahraga itu mencari sehat dan paling nikmat jika dilakukan sendiri, bukan pakai joki Strava untuk validasi dari orang lain di media sosial.

Baca juga: 5 Tempat Jogging di Jakarta, Ada Taman Margasatwa Ragunan yang Jadi Favorit saat Akhir Pekan

Waspadai Risiko Hidup dalam Kepalsuan

3 dari 4 halaman

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengatakan salah satu faktor yang membuat seseorang sampai melakukan hal tersebut bisa saja hanya untuk mendapatkan pengakuan sosial.

Mereka, ingin mendapatkan validasi dari orang lain.

"Jadi kalau dibilang haus validasi, sebenernya bisa juga sih. Tapi bisa juga ada faktor-faktor lain," ujar Anastasia, Kamis (4/7/2024).

Ilustrasi berlari atau jogging.
Ilustrasi berlari atau jogging. (Unsplash/Chander R)

Selain itu, lanjut Anastasia, ada faktor lain yang bisa juga mendorong mereka melakukan hal tersebut yakni konformitas atau pengaruh sosial yang membuat seseorang mengubah sikap dan tingkah laku sesuai norma sosial yang ada.

"Faktor kedua bisa juga konformitas, di mana dalam psikologi sosial sesuatu yang dilakukan oleh banyak orang maka bisa saja itu dianggap sebagai sesuatu yang normal dan wajar," kata Anastasia.

"Sehingga, menjadi tren, ingin mencoba, penasaran, ingin tahu juga dan merasakan punya benda-benda. yang dipakai oleh mereka 'kelas atas'," sambungnya.

Perilaku seperti ini menurut Anastasia biasanya diawali dengan rasa penasaran dan ingin tahu tentang sensasi yang dirasakan orang lain.

"Misalkan kalau ini ada (sewa) lanyard BUMN gitu, nilai-nilai sosial dalam memperlakukan orang-orang dengan tag-tag atau simbol-simbol tertentu dipandang lebih baik," lanjut Anastasia.

Baca juga: Jadwal Event Borobudur Marathon 2023, Siap Menyapa 10 Kota di Indonesia

"Mungkin mereka ingin merasakan hal itu, sedangkan di kehidupan aslinya tidak, itu juga bisa menjadi salah satu landasannya," imbuhnya.

Anastasia menekankan agar mereka yang mulai terjebak dalam 'lingkaran kebohongan' ini berhati-hati. Pasalnya, jika diteruskan maka mereka justru akan hidup dalam kepalsuan.

4 dari 4 halaman

"Efeknya kalau dibiarkan lama jika validasi itu terus menerus diberi makan, menurut saya akan kurang baik untuk dirinya sendiri. Berarti dia hidup juga dengan 'kepalsuan', jadi dia merasakan sensasi-sensasi yang palsu," kata Anastasia.

"Topeng dengan berbagai simbol dan aksesoris-aksesoris yang bukan pencapaian dia aslinya, dikhawatirkan dia bisa lupa dengan aslinya dia, atau 'wajah' aslinya dia, atau kemampuan dia aslinya," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Viral Munculnya Joki Strava yang Tawarkan Jasa Lari, Harganya Mulai dari Rp 2.000 per Kilometer dan Viral 'Joki Strava', Waspadai Risiko Hidup dalam Kepalsuan.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jabar
Tags:
Stravamedia sosialviral Cromboloni Ade Bhakti Dhawank Delvi Syakirah
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved