Breaking News:

Kembalikan Kejayaan Lukisan Gaya Mooi Indie, Kie Art Project Gelar Pameran Seni, Cek Jadwalnya

Bersama Batik Hadipriyanto, pameran kali ini menjadi titik kebangkitan lukisan gaya Mooi Indie khas Banyumas.

|
Doc. Kie Art Project
Kie Art Project gelar pameran seni yang bekerja sama dengan Batik Hadipriyanto. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Tahukah kamu Kota Banyumas pernah menjadi kawasan yang populer di kalangan turis asing.

Pada 1970-1980, banyak turis asing mengunjungi Banyumas untuk mengunjungi galeri seni.

Baca juga: 4 Hotel Murah di Baturraden Banyumas Buat Libur Lebaran, Tarif Terjangkau & Fasilitas Lengkap

Kie Art Project gelar pameran seni yang bekerja sama dengan Batik Hadipriyanto.
Kie Art Project gelar pameran seni yang bekerja sama dengan Batik Hadipriyanto. (Doc. Kie Art Project)

Baca juga: Liburan ke Banyumas saat Bulan Ramadhan, Kunjungi 3 Tempat Ngabuburit yang Seru

Galeri seni di Banyumas terkenal dengan lukisan gaya Mooi Indie.

Menariknya galeri seni di Banyumas saat itu berjejer saling bersebelahan.

Baca juga: Rangkaian Acara Peringatan Hari Jadi ke-453 Kabupaten Banyumas, Jangan Lewatkan Kirab Pusaka

Baca juga: 4 Hotel Murah Dekat Baturraden Banyumas Tarif Rp 100 Ribuan per Malam

Panjang galeri yang ada di kawasan Sukaraja itu mencapai 2 km.

Panjangnya galeri seni ini membuatnya mendapat julukan galeri seni terpanjang di Asia Tenggara.

Sayang, kini galeri seni itu berubah menjadi toko oleh-oleh gethuk goreng.

Meredupnya kejayaan lukisan Banyumas ini menjadi alasan Kie Art Project untuk membuat pameran.

Bersama Batik Hadipriyanto, pameran kali ini menjadi titik kebangkitan lukisan gaya Mooi Indie khas Banyumas.

Lukisan gaya Mooi Indie mengedepankan kombinasi teknik , pewarnaan modern , fresh dan konsep yang dinamis di mana tidak terpaku sealu dengan pada komposisi gunung, sungai dan persawahan.

2 dari 4 halaman

Pameran Seni kali ini tak lepas dari support Dicky U Halimawan selaku Direktur Nusantara Bangun Mitra Utama yang secara personal sangat mengapresiasi seni dan dapat mempertemukan Kie Art dengan Batik Hadipriyanto yang merupakan warisan keluarga besarnya.

Gita Yohanna Thomdean, pegiat Kie Art dalam rilis yang diterima TribunTravel, Senin (8/7/2024) menjelaskan bahwa pada pembukaan pameran juga sebagai ajang pementasan dari anak anak Pemuda Kie Seni yang diinisiasinya di Desa terpencil Sidareja Purbalingga.

Pertunjukan yang ditampilkan bertajuk “ Gemah Ripah Loh Jinawi “.

Berdurasi 90 menit, Pertunjukan ini juga sebagai pengingat kita untuk selalu menghargai dan melestarikan alam sekitar.

Baca juga: Lokawisata Baturraden dan 6 Tempat Wisata yang Lagi Hits di Banyumas

Kolaborasi dengan batik Hadipriyanto

Pameran kali ini menjadi unik karena berkolaborasi dengan batik Hadipriyanto yang merupakan penerus dari generasi ke 5 dan dapat dikatakan merupakan batik tertua dikawasan ini.

Di mana batik Hadipriyanto juga banyak menampilkan berbagai corak flora dan fauna yang cukup detail berpadu dengan warna warna yang khas.

Pemilihan tempat di Homestay Hadipriyanto juga menjadi pilihan yang menarik karena sesuai dengan nafas kesenian Jawa yang sedang dikembangkan, dan bangunan pendopo megah yang indah ini menjadi tempat pagelaran yang unik.

Pegiat Kie Art, Slamet Santosa dalam sambutannya memaparkan Kie Art Project mengusung 4 pelukis.

Apriyanto, Budi S yang juga pernah melakukan pameran tunggal pertamanya dengan Kie Art project, Chune seorang seniman senior yang bersinergi bersama Kie Art Project alam pameran tunggalnya terdahulu dengan tajuk “Nogo Sui”.

3 dari 4 halaman

Serta figur keempatnya adalah Rubby.

Adapun semua pelukis ini berasal dari daerah Banyumas dan Ex Banyumas Raya.

Pameran ini masih berlangsung dari 29 Juni – 29 July 2024 di Homestay Hadipriyanto yang terletak dekat dengan Kota Lama Banyumas.

Lokasi tepatnya berada di Jalan Onderan RT 6/RW 1, Kedungter Lor, Kedunguter, Banyumas, Jawa Tengah.

Lainnya - Seorang pengunjung museum yang kelaparan di Korea Selatan baru-baru ini melahap karya seni pisang milik Maurizio Cattelan berjudul “Comedian”,.

Karya seni pisang milik Maurizio Cattelan yang berjudul “Comedian” diperkirakan bernilai $120.000 setara Rp 1,7 miliar.

Dilansir dari allthatsinteresting, Noh Huyn-soo, seorang mahasiswa seni Korea Selatan, mengunjungi Museum Seni Leeum di Seoul dan dilaporkan memakan karya seni milik Maurizio Cattelan itu hanya karena dia melewatkan sarapan dan lapar.

Museum Seni Leeum di Seoul, tempat di mana karya seni seniman dimakan pengunjung
Museum Seni Leeum di Seoul, tempat di mana karya seni seniman dimakan pengunjung (takato marui, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)

Dia kemudian menempelkan kulit pisang itu kembali ke dinding museum.

Sebuah video acara yang memperlihatkan Noh memakan karya seni tersebut dengan cepat beredar di media sosial.

Museum tidak mengambil tindakan hukuman terhadap Noh melainkan mengganti kulit pisang dengan pisang segar.

4 dari 4 halaman

Biasanya, museum mengganti pisang setiap dua hingga tiga hari.

Museum menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menuntut ganti rugi atau tuntutan hukum terhadap siswa tersebut.

“Itu terjadi tiba-tiba, jadi tidak ada tindakan khusus yang diambil. Artis diberitahu tentang kejadian itu tetapi dia tidak bereaksi apa-apa,” kata juru bicara museum kepada CNN .

Ini bukan pertama kalinya penonton yang lapar memakan "Comedian".

Pada tahun 2019, artis pertunjukan David Datuna mengambil pisang dari dinding di Galeri Perrotin di Art Basel di Miami dan memakan buahnya di depan penonton yang terkejut.

Namun bagi sang seniman, Maurizio Cattelan, karyanya yang sering dikonsumsi “tidak masalah”.

Cattelan mengakui bahwa karyanya sebagian besar menyindir dan mengolok-olok absurditas budaya populer.

Sebuah pisang dilakban karya Maurizio Cattelan yang dimakan oleh pengunjung
Sebuah pisang dilakban karya Maurizio Cattelan yang dimakan oleh pengunjung (Instagram/artsy)

Bahkan bagi mereka yang telah menyerap seninya, seperti David Datuna, seni Cattelan adalah produk "jenius", lapor The Guardian.

Karya-karya Cattelan sebelumnya termasuk "America", toilet emas 18 karat senilai lebih dari $6 juta, dan "Il Dito", patung jari tengah yang terletak di seberang bursa saham Milan.

Dalam kasus "Comedian", Galeri Perrotin mengatakan kepada CNN bahwa pisang adalah "simbol perdagangan global, maksud ganda, serta perangkat klasik untuk humor."

Cattelan menggunakan objek sehari-hari dalam karya seninya sebagai "kendaraan kesenangan dan kritik".

Noh tampaknya menemukan maknanya sendiri dalam karya seni tersebut, mengatakan kepada Korea Herald bahwa “merusak karya seni modern juga dapat [diartikan sebagai] karya seni.”

“Kupikir itu akan menarik… bukankah itu ditempel di sana untuk dimakan?” Noh mempertanyakan Korea Herald .

Pengamat acara tersebut mencatat bahwa karya Cattelan, meskipun komedi dan sering kali merupakan kritik terhadap politik dan masyarakat, masih menghasilkan jutaan bagi artisnya.

Salinan pertama "Comedian" di Miami Art Basel dijual seharga $120.000, dan yang kedua dijual dengan harga yang sama.

Museum menjual salinan lain dengan harga $ 150.000.

“Saya telah bepergian ke 67 negara di seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir, dan saya melihat bagaimana orang hidup,” kata David Datuna kepada The Guardian .

“Jutaan orang mati tanpa makanan. Lalu dia menaruh tiga pisang di dinding seharga setengah juta dolar?”

Menyusul debut "Comedian" di Miami Art Basel, banyak yang mengungkapkan kekecewaannya karena karya tersebut terjual ribuan dolar dan bahkan dianggap seni.

Beberapa individu, perusahaan, dan organisasi secara terbuka mengejek karya tersebut secara online:

Dengan mengingat kritik ini, mungkin masuk akal mengapa beberapa orang ingin menggigit karya yang menurut Art Net menarik "garis antara dunia seni dan anarki total".

Ambar/TribunTravel

Selanjutnya
Tags:
Jawa TengahBanyumasKie Art Project
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved