Breaking News:

Toko Oleh-oleh di Purwokerto Ini Jadi Inspirasi Joko Anwar Bikin Film Siksa Kubur

Inilah toko oleh-oleh di Purwokerto yang menjadi inspirasi Joko Anwar dalam membuat film 'Siksa Kubur'.

Editor: Nurul Intaniar
Instagram/@jokoanwar
Film Siksa Kubur garapan Joko Anwar ternyata terinspirasi dari toko oleh-oleh di Purwokerto, Jawa Tengah. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Film 'Siksa Kubur' garapan Joko Anwar ternyata menarik perhatian masyarakat sejak ditayangkan di bioskop Indonesia.

Bukan hanya ceritanya saja yang menarik, tapi juga pemilihan latar yang menjadi sorotan.

Baca juga: Viral Fotografer Korbankan Nyawa Demi Potret Letusan Gunung St Helens, Lindungi Film Pakai Tubuh


Toko Roti GO menjadi salah satu latar dalam film Siksa Kubur garapan Joko Anwar.
Toko Roti GO menjadi salah satu latar dalam film Siksa Kubur garapan Joko Anwar. (TribunJakarta.com)

Ada banyak tempat-tempat yang dijadikan latar dalam pembuatan film 'Siksa Kubur' ini.

Satu di antaranya yaitu sebuah toko oleh-oleh di Purwokerto yang masih eksis sampai sekarang.

Namanya adalah Toko Roti GO yang berada di Purwokerto, Jawa Tengah.

Toko GO merupakan salah satu toko roti tertua di Indonesia.

Baca juga: Mirip Film Home Alone 2, Bocah 6 Tahun Naik Pesawat Sendirian, Malah Nyasar ke Kota Lain

Hal itu diungkapkan sang sutradara ketika menjawab pertanyaan warga net di X (dulu Twitter).

"Betul. Salah satu inspirasinya," ujar Joko Anwar di X pada Kamis (18/4/2024).

Dalam film Siksa Kubur, toko roti yang menjadi latar adegan bernama Toko Gun.

Sepenggal terkait Toko Gun di film Siksa Kubur, toko itu merupakan usaha dari keluarga Sanjaya Arif yang berdiri sejak tahun 1947.

Baca juga: Video Viral di TikTok, Mobil Tertusuk Besi Tembus Kaca Belakang, Mirip Adegan Film Final Destination

2 dari 4 halaman

Selama 30 tahun berdiri, toko roti itu telah terkenal di seantero Purwokerto.

Rasanya enak tetapi harganya dijaga tetap rendah agar bisa menjangkau masyarakat kecil.

Di toko roti tersebut, Sanjaya Arif (Fachri Albar) dan Mutia (Happy Salma) tewas dalam kejadian bom bunuh diri di sekitar toko roti.

Baca juga: Fakta Pasir Hisap, Apakah Berbahaya dan Bisa Menenggelamkan Orang Seperti di Dalam Film?

Mengenal Toko Roti GO

Siapa sangka di kota kecil Purwokerto berdiri sebuah toko roti legendaris. Masyarakat mengenalnya dengan sebutan toko Roti GO.

Toko Roti GO bisa dikatakan menjadi toko roti tertua di Indonesia.

Bayangkan saja toko roti ini sudah ada sejak 1898, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Toko Roti GO berada di Jalan Jenderal Soedirman Nomor 724 Purwokerto.

Toko Roti GO dikelola oleh pasangan suami istri Rosani Wiogo dan FX Pararto Widjaja. Rosani Wiogo sendiri adalah generasi ketiga yang meneruskan usaha toko roti leluhurnya.

Selain sebagai pengusaha, Rosani Wiogo juga merupakan mantan dosen microbiologi Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

3 dari 4 halaman

Bersama dengan suaminya yang juga mantan dosen Farmasi UGM itu, Rosani berjuang melanjutkan usaha warisan usaha keluarga semenjak 2004 setelah orang tuanya meninggal.

Cerita bermula ketika pada tahun 1898 pasangan Oei Pak Ke Nio dan suaminya, Go Kwe Ka merintis usaha toko roti.

Dipilihlah nama Roti Go yang diambil dari nama Go Kwen Ka.

Pasangan Oei Pak Kwe Ka adalah kakek dan nenek Ibu Rosani Wiogo.

Dengan demikian Rosani Wiogo, merupakan cucu pendiri toko.

Memang pantas toko roti Go disebut sebagai toko roti tertua dan langgeng hingga saat ini.

Sebab lika liku perjuangannya mempertahankan usaha turun temurun hingga lebih dari seabad tidaklah mudah.

Usaha roti milik keluarga ini melewati fase kolonial yang diwarnai konflik dan peperangan.

Toko Roti GO pernah memiliki kisah mengerikan.

Toko tersebut sempat mengalami keganasan perang di masa penjajahan.

4 dari 4 halaman

Semasa agresi militer Belanda II pada 1948, toko tersebut dibakar hingga luluh lantak.

Tak hanya Toko Roti GO saja, sejumlah bangunan di Purwokerto turut hancur. Pemilik dan seluruh pekerja lari menyelamatkan diri.

"Menurut cerita orang tua saya, waktu itu toko musnah terbakar hanya menyisakan oven dan alat peracik roti berbahan besi yang kebal dari api.

Untungnya seluruh pekerja berhasil menyelamatkan diri," ujar Rosiani kepada Tribunjateng.com, Rabu (13/2/2019).

Baca juga: Film Taylor Swift The Eras Tour Tayang 3 November di Indonesia, Cek Jadwal dan Harga Tiketnya

Oven Kuno

Mesin oven kuno yang berusia ratusan tahun menjadi saksi bisu perjalanan toko Roti Go.

Oven tersebut menjadi mesin utama pembuatan roti. Oven legendaris itu dibangun dengan batu bata tahan api.

Tidak ada yang berubah dari tata letak bangunan.

Meski sempat terbakar, tetapi toko roti Go tak mengubah gaya bangunan menjadi terkesan modern.

Beberapa kali pasangan suami istri Rosani Wiogo dan FX Pararto Widjaja hanya menambal bagian dinding yang retak termakan usia.

Ciri khas dari toko roti Go adalah mempertahankan tradisionalitasnya.

Oven klasik itu masih menggunakan kayu bakar untuk memanggang roti.

Menurut penuturan Rosani Wiogo, pemanggangan dengan cara itu memengaruhi cita rasa roti yang kuat dengan aroma panggang alami.

Jika roti sudah masak, maka akan diambil menggunakan galah bambu yang dimodifikasi.

Dalam membuat roti seluruh pekerja hanya mengandalkan insting.

Tidak ada petunjuk suhu atau termometer pada alat itu layaknya oven modern. Namun insting para pekerja sudah kuat dalam mengetahui suhu yang pas untuk memanggang roti.

Para pekerja sudah paham dengan penggunaan oven tradisional tersebut.

Alat pengukur suhunya adalah tangan mereka sendiri.

Mereka memasukan sebentar tangannya ke mulut oven, untuk mengetahui panasnya apakah sudah sesuai atau belum.

Bukan hanya alat-alat dan cara pengolahan yang tradisional. Bahan baku yang dipakai pun masih menggunakan bibit roti (biang) keluarga yang diwariskan secara turun temurun selama ratusan tahun.

Bahkan lebih uniknya lagi, mereka tidak menggunakan bahan pengembang, pengawet, pemanis atau bahan kimia lain yang biasa dipakai untuk membuat roti.

Toko Roti Go sejak dulu dikenal karena produksi roti manis, roti sobek, dan roti-roti tradisional lainnya.

Demi mengikuti tren, hanya isinya yang dibikin lebih bervariasi. Awalnya mereka hanya membuat roti dengan isian pisang, cokelat, dan kranten.

Namun, sekarang Toko Roti Go memiliki sekitar 80 varian roti dan 10 jenis cake.

Andalan mereka antara lain roti kopi brood, roti sobek isi daging ayam kampung, dan roti pastry horn isi vla.

"Saya sudah biasa beli roti disini karena sudah terbukti karena rasanya. Meskipun di olah secara tradisional tetapi kualitas tetap terjaga. Saya biasanya beli pada pukul 10.00 WIB, karena jam segitu baru selesai dan masih fresh," ujar Windarti (55) warga Kelurahan Grendeng, Purwokerto Utara yang juga pelanggan roti Go.

Karena banyak saingan toko roti modern omset Toko Roti GO ikut berkurang.

Pemilik Toko Roti Go saat ini hanya membuat sekira 30 kilogram perhari. Masing-masing 10 kilogram setiap pagi siang dan sore. Sehingga pembuatan roti dibatasi disesuaikan dengan kondisi pasar.

Roti yang dijual di Toko Roti GO hanya mampu bertahan sekira 3 hari saja. Rosani mengaku selalu memperhitungkan betul kapasitas produksi, jangan sampai sisa tak terjual.

Roti yang dijual di toko ini selalu dalam kondisi segar dan terbatas.

Karena hanya mampu bertahan 3 hari saja, membuat roti GO tidak melebarkan sayap produksi.

Rosani dan suami sama sekali tidak takut usahanya bangkrut karena memaksa mempertahankan tradisionalitas.

Prinsipnya adalah masyarakat modern tetap harus diberi alternatif untuk mendapatkan makanan sesuai pilihan masing-masing.

Kehadiran toko roti GO memberikan pilihan bagi sebagian pelanggan yang masih menghargai aspek mutu dan kesehatan.

Pararto Widjaja menceritakan jika rahasia toko Roti GO bisa bertahan hingga ratusan tahun.

Selain mutu produk yang terjaga, toko ini dikelola bersama para pekerja dengan prinsip kekeluargaan.

Prinsip itu dipegang sebagai upaya memberikan kenyamanan bagi para pekerja. Tidak heran kepercayaan antara pemilik dan pekerja saling terbangun.

Bahkan yang lebih hebat lagi adalah bukan hanya pemilik roti yang meneruskan usaha leluhur. Beberapa pekerja di toko roti GO ini secara turun menurun melanjutkan profesi orang tua atau kakek yang dulu bekerja di toko itu.

"Para pekerja disini sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Sehingga antara kami ada rasa saling membutuhkan dan menghargai satu sama lain," ujar Pararto.

Karena menggunakan prinsip kekeluargaan toko roti GO masih mempekerjakan pekerja berusia 60 tahun dan 70 tahun.

Toko Roti Go buka mulai pukul 08:00 WIB sampai 20:30 WIB. Setelah toko ini tutup, roti-roti yang belum terjual dijajakan kembali dengan gerobak kuno.

Gerobak roti itu mangkal di depan toko sejak toko tutup hingga toko itu dibuka kembali pada keesokan harinya.

Usia Rosani kini sudah 69 dan Pararto kini sudah menginjak 76 tahun.

Tongkat estafet pengelolaan roti GO semestinya sebentar lagi harus berpindah ke anaknya. Namun, proses itu tidaklah mudah.

Sebab kedua putra pasangan Rosani dan Pararto belum ada yang siap meneruskan usaha keluarga turun temurun itu.

Mereka lebih suka menekuni bisnis di bidang lain.

“Anak kami memang belum ada yang langsung turun tangan. Tapi yang jelas kami bertekad membuat toko ini tetap bertahan dan lestari," tambah Rosiani.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Toko Roti GO Purwokerto, Inspirasi Joko Anwar di Film Siksa Kubur, Ternyata Menyimpan Kisah Ngeri

Selanjutnya
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
Joko Anwarfilm hororJawa TengahPurwokerto
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved