TRIBUNTRAVEL.COM - Studi independen NASA tentang UFO secara resmi tengah berlangsung.
Berlangsung selama 9 bulan, studi independen NASA tentang unidentified aerial phenomena (UAP) tersebut dimulai pada Senin (24/10/2022).

Fokus utama studi independen NASA "semata-mata pada data yang tidak diklasifikasikan".
Melansir People, Rabu (26/10/2022), studi akan menghasilkan laporan publik "penuh" yang diharapkan NASA dapat dirilis pada pertengahan 2023 mendatang.
Baca juga: Mengulik Misteri UFO di Danau Michigan Tahun 1994, Benarkah Ada?
Tim studi independen NASA terdiri dari 16 orang, termasuk mantan astronot NASA Scott Kelly, dan diketuai oleh presiden Simons Foundation, David Spergel.
Daniel Evans, asisten wakil administrator asosiasi untuk penelitian di Direktorat Misi Sains NASA, memimpin penelitian tersebut.
"Memahami data yang kami miliki seputar fenomena udara tak dikenal sangat penting untuk membantu kami menarik kesimpulan ilmiah tentang apa yang terjadi di langit kami," Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington, mengatakan dalam rilis.
NASA pertama kali mengumumkan rencananya untuk melakukan studi independen terhadap UAP pada bulan Juni 2022.
Pada saat itu, Zurbuchen menyebutnya penelitian "berisiko tinggi, berdampak tinggi" dalam pidatonya di National Academies of Science.
"Kami tidak menghindar dari risiko reputasi," kata Zurbuchen.
Baca juga: Menakjubkan, NASA Baru Saja Merilis Foto Ruang Angkasa Paling Detail
Dia juga mengakui bahwa beberapa orang mungkin melihat langkah ini sebagai "semacam menjual habis" NASA.
NASA mengatakan tim studi independen barunya akan bertujuan untuk "meletakkan dasar studi masa depan tentang sifat UAP untuk NASA dan organisasi lain" dengan mengidentifikasi bagaimana data yang ada sebelumnya "dapat dianalisis untuk menjelaskan" pada yang objek tidak dikenal.
UAP menarik untuk keamanan nasional dan keselamatan udara, menurut NASA.
"Menetapkan peristiwa mana yang alami memberikan langkah kunci pertama untuk mengidentifikasi atau mengurangi fenomena seperti itu, yang sejalan dengan salah satu tujuan NASA untuk memastikan keselamatan pesawat," ujar NASA pada bulan Juni.

Sebulan sebelumnya, Kongres mengadakan sidang tentang UFO untuk pertama kalinya dalam setengah abad.
Selama kesaksian, Ronald Moultrie, wakil menteri pertahanan untuk intelijen, mengatakan para pejabat militer telah didorong untuk melaporkan sesuatu yang tidak biasa yang mereka lihat di langit.
"Kami ingin tahu apa yang ada di luar sana sebanyak Anda ingin tahu apa yang ada di luar sana," jelas Moultrie saat itu.
"Kami mendapatkan pertanyaan bukan hanya dari Anda. Kami mendapatkannya dari keluarga dan kami mendapatkannya siang dan malam," imbuhnya.
Baca juga: 2 Pilot Terkejut Lihat Penampakan Objek Misterius Bak UFO saat Mengudara
Pesawat Ruang Angkasa NASA Tabrak Asteroid
Pada Senin (26/9/2022) lalu, NASA mengirim pesawat ruang angkasanya untuk menabrak asteroid.
Meski terdengar mengerikan, namun warga Bumi tak perlu khawatir lantaran aksi tersebut merupakan salah satu misi NASA yang bernama Double Asteroid Redirect (DART).
DART sengaja dirancang NASA untuk menguji kemampuan pertahanan planet bumi jika asteroid mengancam Bumi di masa depan.
Melansir Travel+Leisure, NASA pertama kali mengirim pesawat ruang angkasa DART pada November 2021.
Menurut NASA, tabrakan terjadi pada pukul 7.14 Eastern Time (ET).

Misi DART merupakan pertama kalinya NASA akan menguji teknologi semacam ini di luar angkasa.
Misi tersebut melibatkan pengiriman pesawat ruang angkasa berkecepatan tinggi untuk mengganggu jalur orbit asteroid.
Baca juga: Google Maps Tangkap Gambar Misterius Mirip UFO, Fotonya Viral di Medsos
Sistem defleksi akan mengubah lintasan, dan pada akhirnya akan memindahkan asteroid menjauh dari Bumi.
"Ini pertama kalinya kami mengatur ulang orbit benda langit," kata Andy Rivkin, ketua tim investigasi DART dari Lab Fisika Terapan Johns Hopkins.
Rivkin mengatakan kecepatan pesawat ruang angkasa yang menabrak akan menjadi sekira 14.000 mil per jam.
Dimorphus akan berada sekira 7 juta mil jauhnya dari Bumi ketika pesawat ruang angkasa DART menabraknya.
Tabrakan antarbintang bukan satu-satunya sentuhan sci-fi yang diharapkan terjadi pada Senin malam.
DART juga akan menggunakan SMART Nav, sebuah sistem yang memungkinkan pesawat ruang angkasa menavigasi sendiri tanpa bantuan operator.
SMART Nav cukup cerdas untuk membedakan antara Didymos dan Dimorphos.
Pesawat itu akan bermanuver sendiri selama 4 jam terakhir sebelum melaju ke misi utama, yakni menabrak asteroid Dimorphus.
Baca juga: NASA Batalkan Upaya ke-2 Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan, Diduga Akibat Kebocoran Bahan Bakar
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait NASA, klik laman ini.