TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Semarang memiliki banyak bangunan bersejarah, termasuk Lawang Sewu yang ikonik hingga kawasan Kota Lama.
Tak hanya itu, di Semarang kita juga bisa menjumpai bangunan hotel zaman kolonial yang dulu sangat terkenal.
Namanya Hotel Inn Dibya Puri.
Diketahui Hotel Inn Dibya Puri selesai dibangun pada tahun 1847, dulunya bernama Du Pavillon.
Lokasi Hotel Inn Dibya Puri sangat strategis di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah.
Tepatnya di Jalan Pemuda atau perempatan lampu lalu lintas Jalan Pemuda menghubungkan Jalan KH Salim Aloon-aloon Semarang.
Dikutip dari laman TribunJateng, Jumat (25/3/2022), Hotel Hotel Inn Dibya Puri dulu banyak dikunjungi tokoh-tokoh besar, termasuk pahlawan nasional RA Kartini.
Hotel yang sangat megah pada zamannya ini membuat Kartini terkesan hingga ia mengabadikan pengalaman menginapnya di Hotel Inn Dibya Puri dalam sebuah tulisan bertajuk Een Gouverneur Generalasda.
Era berikutnya, para tokoh besar Indonesia seperti Ir. Soekarno dan Soeharto juga pernah menginap di Hotel Inn Dibya Puri.
Di era orde baru, para artis Ibukota yang sedang syuting film di Kota Semarang juga selalu menginap di hotel tersebut seperti Waljinah, Ayu Azhari, Febi Febiola, dan masih banyak lagi.
Selain megah, Hotel Inn Dibya Puri dulu juga menyediakan 80 ekor kuda beserta kereta kuda yang jumlahnya cukup banyak pada tahun 1847.
Hotel Inn Dibya Puri juga menyediakan 12 mobil mewah untuk digunakan para tamu.
Namun, kondisi hotel terbesar pada zamannya itu kini memprihatinkan.
Terutama di sisi gedung selatan yang sudah tak beratap.
Bangunan tua yang terdiri dari dua lantai itu sempat dirombak total pada tahun 1913 secara menyeluruh di semua bagian bangunannya.
Gedung utama di sisi utara tampak masih kokoh dan kondisi atap masih bagus.
Baca juga: 5 Tempat Makan Nasi Uduk Enak di Semarang Buat Menu Sarapan, Porsinya Pas dan Banyak Pilihan Lauk
Baca juga: Rekomendasi 6 Tempat Makan Nasi Padang di Semarang yang Enak untuk Makan Siang
Bangunan di gedung utama itu memang sudah direnovasi di tahun 1960, sehingga bentuknya berbeda dengan rombakan di tahun 1913.
Terutama di gedung utama bagian depan yang berbentuk kotak vertikal.
"Atap bangunan di sisi selatan sempat mau diperbaiki oleh Hotel Indonesia Grup yang memiliki bangunan ini tapi ada pandemi sehingga renovasi dihentikan, " ucap penjaga hotel Inn Dibya Puri, Amir (57) kepada Tribunjateng.com, Kamis (24/3/2022).
Seorang penjaga hotel Inn Dibya Puri, Amir (57) yang sudah 34 tahun di tempat itu menceritakan pengalamannya selama bekerja di sana.
Kepada TribunJateng.com Amir mengatakan dirinya bekerja di Inn Dibya Puri sejak masih bujang sebagai tukang laundry.
Ia sempat merasakan masa kejayaan hotel itu sebelum tutup permanen pada tahun 2008.
Terakhir dirinya menjabat sebagai kepala service food and beverage.
Selepas hotel tutup, ia mengajukan diri menjadi security.
Baca juga: Rekomendasi 6 Tempat Makan Nasi Padang di Semarang yang Enak untuk Makan Siang
Baca juga: Rekomendasi 6 Tempat Makan Malam Enak di Semarang, dari Gudeg Koyor hingga Nasi Ayam
"Kalau bangunan hotel ini tidak dijaga bisa rusak. Atap dapat dicuri," terangnya.
Hotel itu tutup lantaran persaingan hotel yang kian ketat di Kota Semarang.
Bangunan milik BUMN tersebut kian ditinggalkan konsumen karena kurang baiknya manajemen di perusahaan.
Menurut Amir, kolapsnya hotel dapat terjadi karena ketika masih leading manajemen hotel merasa nyaman.
Apalagi saat itu didukung kebijakan pemerintah di antaranya setiap pejabat Kopri harus tidur di hotel pemerintah.
Selepas masa itu berakhir, banyak pejabat enggan tidur di hotel tersebut.
Ia menyebut, kondisi hotel memang memprihatinkan tapi kondisi bangunan hotel tetap dipertahankan.
Lantaran kondisi seperti itu, kerap disalah artikan oleh beberapa pihak seperti youtuber mistis yang hendak syuting di tempat itu.
Bahkan, beberapa acara televisi berisi konten horor juga sempat hendak syuting.
Namun permintaan syuting konten horor di hotel ini tidak diperbolehkan.
Alasannya, hotel ini merupakan bangunan tua dan dikhawatirkan bisa terjadi suatu hal tak diinginkan.
"Permintaan syuting kami tolak. Tempat ini dijaga 24 jam oleh saya dan seorang teman. Kalau mau ambil syuting sini izinnya ke Hotel Indonesia di Jakarta," terangnya.
Sementara Penjaga Hotel Dibya lainnya, Mingan (64) mengatakan, dahulu di dalam hotel terdapat fasilitas restoran, bar yang menyediakan minuman ringan, semuanya berada di lantai satu hotel.
Sedangkan untuk kamar hotel yang paling luas, berukuran 5 x 10 meter.
"Kamar paling luas ada sekitar 4 kamar, dan kamar lainnya ukuran standar,” ucapnya.
Hotel yang pernah menjadi saksi sejarah pertempuran Lima Hari di Semarang kini mangkrak.
Hotel Inn Dibya Puri sebenarnya sudah menjadi cagar budaya dan perlu dikonservasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009.
Hotel dengan memiliki luas sekira 1,3 hektare itu di dalamnya ada 49 kamar, 2 kamar family, 6 kamar puri suite, 17 kamar moderate, 9 kamar standart, 5 kamar ekonomi AC, dan 10 kamar ekonomi non AC.
Selain tokoh-tokoh yang berasal dari bumi putera, Hotel Dibya konon juga biasa digunakan oleh para bangsawan Belanda sebagai tempat singgah.
Baca juga: Dengar Suara Gamelan di Pasar Setan, Porter Gunung Lawu Ceritakan Kejadian Mistis saat Mendaki
Baca juga: Tahu Pong Karangsaru Semarang, Favorit Orang Terkaya Indonesia dan Pernah Disambangi Jokowi
Baca juga: 5 Nasi Kebuli Enak di Semarang Buat Sarapan, dari Nasi Kebuli Ibu Aminah hingga Nasi Kebuli Filistin