TRIBUNTRAVEL.COM - Natal biasanya identik dengan Sinterklas.
Pria berjanggut putih dengan mantel merahnya ini populer karena suka memberi hadiah kepada anak-anak.
Keberadaan Sinterklas ini hampir ada di seluruh dunia.
Namun tidak dengan Jepang.
Baca juga: Dianggap Remeh! Ini Alasan Penginapan Jepang Beri Teh Hijau dan Camilan Manis saat Tamu Check In

Baca juga: Kenapa Orang Jepang Menyambut Natal dengan Makan Ayam KFC?
Jepang memiliki Sinterklasnya sendiri.
Sinterklas yang dimaksud adalah Hotei.
Hotei merupakan dewa keberuntungan berperut buncit pelindung anak-anak.
Dalam mitologi Jepang, Hotei adalah satu shichifukujin, atau Tujuh Dewa Keberuntungan yang berasal dari ajaran Buddha Mahayana.
Seperti asal-usul Saint Nick yang sebenarnya, Hotei mungkin didasarkan pada orang yang nyata, seorang biksu China bernama Budai yang meninggal pada tahun 916 M dan kemudian dihormati dalam agama Buddha.
Serupa Sinterklas, Hotei digambarkan besar, bulat dan periang.
Baca juga: 7 Hal Terbaik yang Bisa Kamu Lakukan untuk Rayakan Libur Natal dan Tahun Baru di Jepang

Baca juga: 5 Perayaan Unik di Tokyo Jepang Selama Desember 2021, Cocok untuk Rayakan Natal dan Tahun Baru
Dalam bahasa China, dia dikenal sebagai "Buddha Tertawa."
Jadi, setiap kali kamu melihat patung Buddha besar yang tersenyum memamerkan perutnya yang gemuk, kemungkinan besar itu adalah Hotei.
Dalam kanji ( tulisan Jepang ), namanya berarti "karung kain."
Dilansir dari gaijinpot, Hotei sering digambarkan mengembara dengan karung dan melolong dengan tawa.
Dia juga populer di kalangan anak-anak.
Apa yang ada di dalam karung yang dibawa Hotei?
Sementara karung Sinterklas diisi dengan mainan dan hadiah , karung Hotei sedikit lebih misterius.
Tergantung pada legenda mana yang kamu yakini, itu bisa berisi apa saja mulai dari pakaian sederhana hingga tanaman padi.
Perut penuh jiwa

Baca juga: 7 Resor Ski Terbaik di Jepang untuk Libur Natal 2021, Mampir ke Zao Onsen Ski Resort di Yamagata
Hotei paling senang ketika dikelilingi oleh anak-anak.
Ini adalah sifat yang paling kuat menghubungkan Hotei dan Sinterklas.
Namun, ada perbedaan kecil dalam filosofi mereka.
Sementara Sinterklas dengan senang hati memberikan hadiah untuk orang tua dan anak-anak, Hotei terlihat sangat menyedihkan ketika digambarkan dengan orang tua—terutama ketika ditunjukkan dengan sesama Dewa Keberuntungan.
Perbedaan lainnya adalah perut buncitnya.
Perut Sinterklas yang buncit itu digambarkan karena suka makan suguhan Natal yang disiapkan anak-anak pada malam Natal.
Sementara itu isi perut buncit Hotei adalah berkat jiwa besarnya yang dipenuhi dengan cinta untuk kemanusiaan.
Hotei bahkan tidak mengambil imbalan apapun dari anak-anak.
Meskipun ada beberapa gambar Hotei tanpa pamrih menggendong anak-anak menyeberangi sungai atau membiarkan mereka memanjat perutnya, ada karya di mana dia mengizinkan anak-anak untuk membalas budi.
Karya Torii Kiyomitsu II, The God Hotei and Chinese Children , menggambarkan Hotei berbaring di atas kereta yang ditarik oleh anak-anak yang gembira.
Menerima restu Hotei
Hotei juga agak sulit ditemui.
Untuk bertemu dan mendapat berkah dari Hotei, seseorang harus berkumpul dengan kelompok pada Malam Tahun Baru, menurut Reiko Chiba dalam bukunya “The Seven Lucky Gods of Japan.”
Menariknya, Hotei hanya akan mengabulkan permintaan jika beberapa orang meminta hal yang sama.
Cara lainnya adalah menggambar tujuh dewa keberuntungan dan menaruhnya di bawah bantal.
Ambar/TribunTravel