TRIBUNTRAVEL.COM - Pemerintah Australia mengizinkan satu keluarga dari Indonesia yang positif Covid-19 masuk ke Australia pekan lalu.
Keluarga yang terdiri dari tiga orang itu terbang ke Australia menggunakan pesawat carteran berupa penerbangan evakuasi media (medevac) yang biayanya ditanggung sendiri.
Padahal saat itu sedang ada seruan untuk membatasi jumlah kedatangan internasional.
Dilaporkan abc.net.au, saat ini keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan seorang anak itu berada di medi-hotel Tom's Court di CBD Adelaide.
Itu adalah penerbangan medevac pertama dari jenisnya yang memasuki Australia Selatan sejak pandemi dimulai.
Namun South Australia Health mengatakan itu adalah praktik umum antarnegara bagian.

Padahal pasien positif Covid-19 sebelumnya ditolak haknya untuk naik penerbangan repatriasi kembali ke Australia.
Keputusan tersebut dianggap sebagai sebuah kemunafikan.
Baca juga: Penumpang Ini Lewatkan Karantina Wajib Selandia Baru, Terbang ke Australia dan Dites COVID-19
Hal ini diungkapkan oleh Sunny Joura, seorang warga Australia yang terdampar di India dan tidak dapat kembali ke negara asalnya karena pandemi.
Dilansir TribunTravel dari abc.net.au, ia mengatakan adalah munafik sebuah keluarga diizinkan untuk kembali dari luar negeri ke Adelaide dengan dinyatakan positif terkena virus corona, tetapi pihak berwenang mengatakan itu adalah prosedur standar.
Joura mengatakan, banyak warga negara Australia di India telah dites positif Covid-19 dan kemudian ditolak dipulangkan.
"Saya sendiri adalah warga Australia yang terdampar (di India) dan saya datang dari Australia pada 27 Mei dan sejak itu saya mencoba membantu sesama warga Australia yang terdampar dengan berbagai cara," katanya.
"Apakah itu prosedur atau mendapatkan bantuan dengan hotel karantina pra-penerbangan di India atau untuk memahami persyaratan pengujian atau hanya memberikan konseling sederhana dan menjawab pertanyaan di halaman Facebook," lanjut Joura menjelaskan.
Menurut Joura, keputusan itu dianggap tidak adil.
Ia mengatakan, untuk penumpang biasanya harus memiliki persyaratan PCR negatif sebelum naik ke pesawat.
Baca juga: Maskapai Penerbangan Berkonsep Milenial, Super Air Jet Resmi Terima Sertifikat Operator Penerbangan
Sementara itu, satu keluarga dari Indonesia yang positif Covid-19 tersebut bisa masuk dengan penerbangan khusus.

"Tidak semua orang memiliki uang sebanyak yang mungkin harus dibayar orang-orang ini untuk datang menggunakan penerbangan medevac," ujar Joura.
"Mereka bisa terbang dan pemerintah memberi mereka izin, sedangkan ada orang lain misalnya di India atau bagian lain dunia yang mungkin memiliki kondisi kesehatan yang serius dan mungkin positif dan mereka ditolak izin atau repatriasi," jelasnya.
Penerbangan dianggap 'prosedur standar'
Perdana Menteri Australia Selatan Steven Marshall mengatakan, adalah hal biasa di negara bagian timur untuk menyelenggarakan penerbangan medevac dari luar negeri karena kedekatannya dengan wilayah Asia.
"Tetapi dengan yang satu ini, karena orang ini berasal dari Australia Selatan, keputusannya adalah membawa mereka ke sini, jadi jelas tidak ada campur tangan politik," katanya kepada ABC Radio Adelaide.
Baca juga: Tiket Pesawat Murah ke Padang, Terbang dari Jakarta Naik AirAsia Mulai Rp 434 Ribuan
"Pemahaman saya adalah bahwa kemungkinan besar itu adalah medevac yang didanai asuransi," lanjut Steven.
Sementara itu, Kepala Petugas Kesehatan Masyarakat Nicola Spurrier mengatakan apa yang terjadi adalah pengambilan medevac standar.
"Medevac berupa penerbangan dengan pesawat kecil yang ditetapkan sebagai rumah sakit. Ini sudah ada sebelum Covid-19," katanya.
Baca juga: Jangan Lakukan 5 Hal Ini saat Berada di Pesawat Selama Pandemi Covid-19
"Biasanya ketika orang bekerja di negara yang dekat dengan Australia dan mereka jatuh sakit dan sistem perawatan kesehatan di negara itu tidak mampu menangani apapun yang salah dengan mereka, maka pemulihan medis diorganisir. Itu diatur antara rumah sakit," jelas Nicola.
Ia melanjutkan, persetujuan akan diperlukan dari Persemakmuran sebelum pasien diterbangkan kembali.
"Pemahaman saya adalah bahwa orang tersebut dipekerjakan oleh perusahaan Australia dan perusahaan itu berkewajiban untuk membantu jika sakit," ujarnya.
Senada dengan Steven, Nicola juga menganggap penerbangan itu sebagai prosedur standar.
"Ini adalah hal standar yang terjadi dengan pengambilan medevac. Pandemi atau tidak ada pandemi, ini telah terjadi selama bertahun-tahun," tutupnya.
(TribunTravel.com/Sinta A.)