TRIBUNTRAVEL.COM - Lebaran ketupat merupakan salah satu hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Islam.
Lebaran ketupat atau yang dikenal dengan istilah lain syawalan sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia di tanah Jawa.
Tradisi lebaran ketupat kini sudah menyebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga ke Singapura dan Malaysia.
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Sambut Lebaran di Pulau Jawa, Ada Grebeg Syawal hingga Pawai Pegon
1. Makna atau Istilah Lebaran Ketupat

Lebaran
Lebaran merupakan istilah yang sering dipakai masyarakat dalam menyambut Idul Fitri.
Lebaran sendiri berasal dari akar kata bahasa Jawa “Lebar” yang berarti selesai atau sudah berlalu.
Maksud kata “lebar” di sini adalah sudah berlalunya bulan Ramadan, selesainya pelaksanaan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadan hingga tibalah waktunya masuk bulan Syawal.
Pada awal bulan Syawal inilah dilaksanakan Idul Fitri, orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “Riyaya” atau “Badha”.
Riyaya merupakan istilah untuk lebih mempersingkat kata hari raya sedangkan istilah badha berasal dari bahasa Arab yang berarti setelah atau selesai.
Baca juga: Fakta Burayot, Kue Tradisional Garut yang Sering Disajikan Saat Lebaran
Ketupat
Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa (janur).
Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.
Makanan ini sudah menjadi makanan khas masyarakat Indonesia dalam menyambut Idul Fitri.
Ada dua bentuk ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang.
Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda.
Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Baca juga: Makam Loang Baloq, Tempat Wisata Religi di Lombok yang Punya Tradisi Unik
2. Filosofi Lebaran Ketupat
Dalam hal ini masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat.
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”.
Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.
Makanan ketupat menjadi simbol dalam masyarakat Jawa, sehingga orang yang bertamu akan disuguhi ketupat pada hari lebaran dan diharuskan memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling memaafkan.
3. Sungkeman dan Halal Bihalal
Pada perayaan idul fitri dalam tradisi jawa, tradisi halal bihalal dalam keluarga besar biasa dikenal dengan istilah “sungkeman”.
Tradisi ini pada umumnya dilakukan di kalangan kerabat dekat saja.
Inti dari acara sungkeman adalah saling meminta maaf antar kerabat.
Sungkeman tidak hanya dilakukan dengan berjabat tangan.
Ada sejumlah prosedur tertentu yang perlu dilakukan pada acara sungkeman ini.
Sungkem dilakukan secara terurut dari yang dituakan.
Baca juga: 6 Tradisi Lebaran Unik di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada Grebeg Syawal di Yogyakarta
Baca juga: 4 Tradisi Unik Sambut Lebaran dari Berbagai Daerah di Indonesia
(TribunTravel.com/ Septi Nandiastuti)
Baca selengkapnya informasi soal lebaran 2021 bisa klik di sini