TRIBUNTRAVEL.COM - Beredar video kekacauan di Bandara Pudong Shanghai muncul setelah para pekerja dinyatakan postif mengidap virus Corona pada Minggu (22/11/2020) malam.
The Global Times melaporkan bahwa beberapa penanganan kargo dan kontak dekat mereka dinyatakan positif Covid-19.
Pihak berwenang kemudian meminta pengujian virus Corona wajib untuk semua stafnya.
Dengan sebagian besar penerbangan ke Shanghai dibatalkan pada Minggu malam.
Baca juga: 5 Lokasi Syuting Drama Start-Up yang Bisa Kamu Jadikan Tujuan Wisata Saat Liburan ke Korea Selatan
Pekerja bandara diminta untuk lakukan tes Covid-19 mulai sekitar jam 15.00, kata seorang karyawan bandara kepada The Global Times.
Melansir laman news.com.au, Senin (23/11/2020), sejumlah video rekaman kekacauan Bandara Pudong Shanghai ini pun muncul di media sosial.
Tampak beberapa orang mengenakan alat pelindung diri mencoba mengarahkan rombongan orang di bandara.
Menurut laporan, ada tujuh kasus yang terkonfirmasi di antara pekerja di Bandara Pudong.
Dan wabah virus baru-baru ini di China menimbulkan kekhawatiran di antara penduduk.
Meski saat ini jumlah kasus harian di China masih sangat rendah dan sebagian besar di bawah 100 kasus per hari sejak Maret 2020.
Ahli Epidemiologi Universitas Melbourne, Tony Blakely, mengatakan kepada news.com.au, bahwa tingkat infeksi di China kurang dari 0,01 persen di negara lain seperti AS, Spanyol, Prancis dan Inggris.
Sementara ada pertanyaan apakah data China dapat dipercaya, Prof Blakely mengatakan negara tersebut telah melakukan banyak pengujian dan dia tidak berpikir ini dibuat-buat.
"Jumlahnya pasti rendah, bahkan jika mereka sepuluh kali lipat lebih tinggi, mereka masih jauh lebih rendah daripada di AS dan Inggris," katanya.
Pada puncaknya, kasus virus Corona di China mencapai lebih dari 4.000 sehari sebelum turun pada bulan Mei 2020.
Ada beberapa hari di mana kasus kembali naik sebanyak 200 kasus per hari di bulan Juli, tetapi sebagian besar tingkat infeksi tetap di bawah angka 100 per hari.
Ini merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat China memiliki populasi sekitar 1,4 miliar jiwa.
Sejak awal pandemi hanya ada 92.000 kasus dan 4.700 kematian.
Ini jauh lebih rendah dibanding AS yang memiliki populasi lebih sedikit yakni 330 juta dengan kasus melebihi 12 juta dan 250.000 kematian.
Tonton juga:
The Lancet baru-baru ini menganalisa cara China mengendalikan virus Corona dan menunjukkan sejumlah faktor penting dalam keberhasilannya.
Termasuk pengalaman China dengan wabah SARS dan kemauan warganya untuk memakai masker dan melakukan tindakan pencegahan lainnya.
Tercatat, bahwa lansia yang tinggal di rumah anaknya atau di dekatnya, dan hanya tiga persen populasi lansia yang tinggal di panti jompo membantu menekan angka kasus virus Corona di negara barat lainnta, termasuk Australia.
Sebagai produsen alat pelindung diri terbesar di dunia, ia mampu meningkatkan produksi masker dan pakaian pelindung yang sangat dibutuhkan.
Teknik pengawasan juga diperkenalkan, termasuk penggunaan drone untuk mengindentifikasi dan menegur mereka yang tidak melakukan hal yang benar.
"Ya bibi, pesawat tak berawak ini berbicara dengan anda," suara dari drone kepada seorang wanita di Mongolia.
"Kamu tidak boleh berjalan-jalan tanpa memakai masker. Sebaiknya kamu pulang dan jangan lupa cuci tangan," sambungnya.
Direktur kelompok penelitian vaksin, Mayo Clinic Gregory Poland mengatakan, kecepatan respon China juga merupakan faktor penting.
"Mereka bergerak sangat cepat untuk menghentikan transmisi. Negara lain, meskipun mereka harus lebih lama mempersiapkan kedatangan virus, menunda tanggapan mereka dan itu berarti mereka kehilangan kendali," katanya kepada The Lancet.
Setelah wabah diidentifikasi awal tahun ini, transportasi umum ditangguhkan di Wuhan tempat virus pertama kali terdeteksi, dan ini diperluas ke kota-kota lain di provinsi tersebut.
Sekitar 14.000 pos pemeriksaan kesehatan didirikan di pusat transportasi umum di seluruh negeri dan pengembalian ke sekolah untuk siswa ditunda setelah liburan musim dingin.
Banyak kota hanya mengijinkan satu orang dalam setiap rumah tangga untuk meninggalkan rumah setiap beberapa hari untuk mengambil bahan makanan atau persediaan lainnya.
Dalam beberapa bulan, 16 rumah sakit Fangcang dibuka untuk mengisolasi orang dengan gejala COVID-19 ringan hingga sedang, dengan mereka yang menderita penyakit parah dipindahkan ke rumah sakit konvensional.
China berhasil menguji sembilan juta orang untuk virus korona di Wuhan hanya dalam beberapa minggu dan membuat sistem pelacakan kontak yang efektif di seluruh negeri.
Sebagai perbandingan, sistem pelacakan kontak Inggris dengan cepat kewalahan begitu pandemi terjadi.
Baca juga: PT KAI Unggah Jadwal Keberangkatan KA Tambahan Selama November dan Desember 2020
Baca juga: Viral Video Menggelikan, Pantat Wanita Ini Terperangkap di Pagar saat Sedang Antre
Baca juga: Virus Corona Telah Berhasil Menjangkau Salah Satu Destinasi Dunia yang Dinyatakan Bebas Covid-19
Baca juga: Tujuh Orang Meninggal Akibat Minum Hand Sanitizer Setelah Kehabisan Minuman Beralkohol Saat Pesta
Baca juga: Lion Air Tambah Layanan Rapid Test Covid-19 di Bali
(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)