TRIBUNTRAVEL.COM - Selandia Baru adalah rumah bagi salah satu bentang alam paling beragam secara ekologis di seluruh dunia.
Itulah sebabnya upaya pelestarian untuk melindungi satwa liar di sana sangat penting.
Bukan rahasia lagi bahwa lanskap negara ini tidak ada duanya dan mereka yang cukup beruntung untuk berkunjung dapat secara pribadi membuktikan keindahannya.
Namun di antara semua flora dan faunanya, terdapat banyak spesies hewan yang terancam punah.
Menindaklanjuti hal tersebut, Selandia Baru menciptakan pulau bebas hama.
Baca juga: Lokasi Syuting Film Lord of The Rings di Selandia Baru Dibuka Kembali Setelah Tutup 11 Tahun
Melansir The Travel, dalam upaya ekstra untuk memastikan bahwa habitat milik spesies yang terancam punah tidak diganggu oleh hewan predator, upaya konservasi telah berhasil melindungi dari penurunan jumlah spesies yang tidak wajar selama beberapa dekade.
Meskipun pulau-pulau bebas hama ini bukan merupakan hal baru di Selandia Baru, mereka dipelihara secara teratur dan orang-orang bebas mengunjunginya.
Cagar Alam terdiri dari lebih dari 50 pulau di lepas pantai yang menjadi kunci untuk melindungi jumlah spesies yang semakin berkurang.
Pulau-pulau di Lepas Pantai dan Proses Pembasmian Hama
Departemen Konservasi, juga disebut DOC, bertanggung jawab atas pulau-pulau di lepas pantai Selandia Baru dan habitat alaminya.
DOC bertanggung jawab atas lebih dari 200 pulau, beberapa di antaranya tidak lebih dari tumpukan batu kecil, bahkan sesuatu yang sekecil itu berfungsi sebagai rumah yang berharga bagi sejumlah hewan darat atau laut, sementara beberapa lainnya membutuhkan perlindungan yang cukup ekstrem.
Pulau-pulau ini sangat penting karena mereka telah ada selama ini tanpa invasi hama, seperti tikus, yang merupakan salah satu masalah utama bagi banyak hewan langka yang menghuni lingkungan ini.
Karena pulau-pulau ini tidak pernah dihuni oleh predator, DOC berupaya untuk tetap menjaganya seperti itu.
Cagar Alam yang berjumlah lebih dari 50 pulau tersebut masing-masing menyediakan habitat unik bagi flora dan fauna yang terdapat di dalamnya.
Ini juga berfungsi sebagai lokasi untuk proyek konservasi, termasuk spesies yang terancam punah seperti kakapo, tuatara, dan burung robin hitam.
Burung laut juga merupakan bagian besar dari upaya konservasi, karena pulau lepas pantai menopang sebagian besar populasi negara dan juga membantu melindungi keanekaragaman setiap spesies.
Burung laut langka ini bisa terdiri dari apapun, mulai dari elang laut hingga penguin, dan semua spesies lainnya.
Bagi spesies yang terancam punah, pulau-pulau ini adalah satu-satunya harapan mereka untuk bertahan hidup, menurut DOC.
Bukan hanya hewan yang perlu dilindungi dalam beberapa kasus, namun ada berbagai spesies tumbuhan yang juga membutuhkan perlindungan, yang menjadikan pulau-pulau ini sebagai sumber perlindungan multiguna dari perubahan iklim, gangguan manusia, dan pemangsa, ungkap DOC.
Selain kehidupan laut, reptil juga perlu dilindungi di pulau-pulau ini.
Flora di sekitarnya juga membantu menjaga keseimbangan alami ekosistem, namun hanya ada satu atau dua jenis tumbuhan dari spesies yang terancam punah saat ini.
Diperlukan izin untuk mengunjungi pulau-pulau itu, namun pengalaman tersebut benar-benar berbeda dari yang lainnya.
Selain pulau-pulau tersebut tak tersentuh oleh tangan manusia, satwa liar yang ada di pulau tersebut juga tak ditemukan di belahan bumi lainnya.
Tidak semua pulau terbuka untuk pengunjung, dan beberapa bahkan 'tidak ada zona pendaratan', yang berarti transportasi dan eksplorasi dalam bentuk apa pun dilarang keras.
Melalui cara-cara inilah Selandia Baru dapat menjaga konservasi satwa liar mereka, sesuatu yang membedakan mereka dari bagian lain di dunia ini.
Dapat dikatakan bahwa pulau-pulau ini adalah beberapa bagian dunia terakhir yang benar-benar belum terjamah, karena manusia tidak akan pernah mendiami tanah lindung mereka.
Tempat perlindungan yang telah dibersihkan dari hama, seperti Pulau Rakitu, terbukti efektif, karena spesies yang terancam punah, seperti penguin biru kecil, telah kembali menetap di sana.
Spesies yang terancam punah, seperti kakapo dan pateke, juga bertambah jumlahnya, membuktikan bahwa upaya konservasi sangat efektif dalam cara melestarikan lingkungan alam pulau tersebut serta hewan yang dapat menjadikan pulau itu sebagai habitatnya.
Baca juga: Fakta Menarik Selandia Baru, Negara Pertama yang Melihat Matahari Terbit
Baca juga: Travel Bubble Australia-Selandia Baru Ditunda Akibat Kasus Covid-19 Meningkat
Baca juga: 10 Fakta Unik Selandia Baru, Punya Air Terjernih di Dunia hingga Tempat dengan Nama Terpanjang
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Road Trip Naik Campervan di Selandia Baru
Baca juga: Fakta Unik Mount Cook, Gunung Tertinggi di Selandia Baru yang Diselimuti Salju Abadi
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)