Breaking News:

Fakta Unik Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Pernah Jadi Pusat Pemerintahan Presiden RI

Tak banyak masyarakat yang mengenal Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta yang pernah jadi pusat pemerintahan RI. Berikut fakta unik di baliknya

Penulis: ronnaqrtayn
Editor: ronnaqrtayn
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI
Sejumlah pekerja memasang ornamen berwarna merah putih di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta, Selasa (11/8/2015). Pemasangan beragam ornamen yang dilakukan oleh para pegawai dan pekerja di lingkungan Gedung Agung tersebut untuk menyambut perayaan HUT RI ke-70. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Istana Kepresidenan Yogyakarta atau Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta yang terletak dekat dengan 0 kilometer Kota Yogya atau di ujung selatan Jalan Malioboro pernah menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia selama bertahun-tahun.

Bangunan yang berseberangan dengan Benteng Vredeburg tersebut memiliki luas 43.585 meter persegi.

Mulanya, Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta merupakan kediaman resmi residen Belanda ke-18 bernama Anthonie Hendriks Smissaert di Yogyakarta.

Bangunan tersebut dirancang oleh arsitek A Payen denga gaya bangunan arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis.

Meskipun bangunan ini terletak di deretan kawasan wisata Malioboro, namun masih belum banyak yang mengetahui dan mengenalnya.

Cara Mengunjungi Istana Merdeka untuk Masyarakat Umum, Ini Aturan dan Persyaratannya

Nah, untuk itu TribunTravel memberikan informasi seputar fakta unik di balik bangunan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut fakta unik Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta.

1. Pusat Pemerintahan Presiden Republik Indonesia (1946)

Sejarah Revolusi Indonesia pernah terjadi di Gedung Agung sekitar tahun 1946 hingga 1949.

Pada tanggal 4 Januari 1946 Presiden Soekarno, Mohammad Hatta beserta keluarganya dijemput diam-diam dari Jakarta dan dibawa ke Yogyakarta.

2 dari 4 halaman

Selanjutnya pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi Ibu Kota baru Republik Indonesia dan Gedung Agung menjadi Istana Kepresidenan.

TONTON JUGA:

2. Tempat Lahir Megawati Soekarnoputri

Ibu Fatmawati yang merupakan istri dari Presiden Soekarno yang saat itu sedang hamil tua, melahirkan Megawati Soekarnoputri pada Januari 1947 di Gedung Agung Yogyakarta.

3. Memiliki Arsitektur Unik

Saat masuk ke pintu gerbang utama Istana Kepresidenan Yogyakarta, akan terlihat patung raksasa penjaga pintu “Dwarapala” setinggi 2 meter yang berasal dari sebuah biara Candi Kalasan.

Juga terdapat Tugu Dagoba (tugu lilin) setinggi 3,5 meter yang terbuat dari batu andesit.

Arsitektur bangunan memperlihatkan corak paduan desain lokal dan gaya Eropa, sementara bagian depan berhiaskan arca Jawa.

Gaya Eropa terlihat menonjol pada bangunan Gedung Agung.

Terdapat tiang-tiang besar gaya Doria di serambi depan dan ruang makan, cekukan tempat kaca di dinding dan untaian lampu gantung kristal.

3 dari 4 halaman

Perpaduan dengan unsur Indonesia tampak pada hiasan tembok berupa ornamen kain batik Iwan Tirta yang berhadap-hadapan dengan ukir-ukiran Jepara di ruang makan VVIP.

Sejumlah pekerja memasang ornamen berwarna merah putih di Istana Negara Gedung Agung, Kota Yogyakarta, Selasa (11/8/2015). Pemasangan beragam ornamen yang dilakukan oleh para pegawai dan pekerja di lingkungan Gedung Agung tersebut untuk menyambut perayaan HUT RI ke-70.
Sejumlah pekerja memasang ornamen berwarna merah putih di Istana Negara Gedung Agung, Kota Yogyakarta, Selasa (11/8/2015). Pemasangan beragam ornamen yang dilakukan oleh para pegawai dan pekerja di lingkungan Gedung Agung tersebut untuk menyambut perayaan HUT RI ke-70. (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI)

4. Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia

Pada masa pemerintahan Belanda, Gedung Agung semula merupakan kediaman resmi residen Belanda ke-18 bernama Anthonie Hendriks Smissaert di Yogyakarta (1823-1825).

Pada 1867 saat terjadi gempa bumi, gedung tersebut sempat ambruk, dan dibangun kembali pada 1869.

Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Agung menjadi kediaman resmi Koochi Zimmukyoku Tyookan, penguasa tertinggi Jepang di Yogyakarta.

Ketika Karesidenan Yogyakarta ditingkatkan status administrasinya menjadi provinsi sejak tahun 1927, gedung itu kemudian berubah julukan menjadi Gubernuran atau Loji Gubernur.

Gedung itu kemudian berubah julukan menjadi Presidenan ketika Presiden Soekarno dan keluarganya tinggal di sana.

5. Punya Beberapa Ruang Penting

Di Gedung Agung Yogyakarta terdapat beberapa ruang penting yakni Ruang Garuda, Ruang Diponegoro, dan Ruang Soedirman.

Ruang Garuda merupakan tempat menyambut tamu kenegaraan.

4 dari 4 halaman

Di ruangan ini, Kabinet Republik Indonesia dilantik tatkala Ibu Kota negara berpindah ke Yogyakarta.

Ruang itu juga dijadikan tempat sidang kabinet, pelantikan Jendral Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (3 Juni 1947) serta pelantikannya sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (3 Juli 1947).

Pada Ruang Soedirman, digunakan untuk mengenang perjuangan Jendral Soedirman saat melawan Belanda.

Di ruangan ini pulalah dulunya Jendral Soedirman pamit untuk melakukan perang gerilya.

Ruang Diponegoro digunakan untuk mengingat kembali perjuangan Diponegoro saat melawan penjajah.

Di ruangan ini digantung lukisan Pangeran Diponegoro yang sedang berkuda.

Sudah Beroperasi, Becak Wisata Alun-alun Kidul Yogyakarta Terapkan Ganjil-Genap

Asal Usul Rasa Manis pada Masakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Benarkah Pengaruh Tanam Paksa?

Catat! Rincian Tarif Parkir Baru Kawasan Premium di Kota Yogyakarta

Uji Coba Pembukaan, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Dikunjungi Puluhan Wisatawan

Gamplong Studio Yogyakarta Besutan Hanung Bramantyo Kembali Dibuka, Harga Tiket Masuk Seikhlasnya

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Istana Kepresidenanistana kepresidenan yogyakartaGedung Agung
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved