Breaking News:

Fakta Unik Hagyul, Jeruk Khas Jeju yang Sedang Menjadi Tren di Korea Selatan

Namun, jeruk Jeju baru-baru ini berhasil menarik perhatian orang-orang di luar Pulau Jeju.

Instagram/_harim_market
Hagyul, Jeruk Khas Jeju 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi kamu yang berkesempatan mengunjungi Pulau Jeju di waktu seperti sekarang ini, akan mudah untuk menemukan buah jeruk berwarna oranye yang menggantung di pohon-pohon sepanjang jalan.

Orang-orang lokal Jeju menyebut mereka ‘ hagyul’ atau (summer tangerine).

Dilansir dari Korea Times, setelah bagian kulit tersebut yang tebal dikupas, penampakannya seperti jeruk.

Namun tak seperti jeruk pada umumnya, daging buah ini tak mengandung banyak air dan punya rasa yang asam.

TONTON JUGA

Pohon-pohon jeruk ini sangat mudah ditemukan di Pulau Jeju, bahkan orang-orang bisa menemukannya hampir di mana saja.

Pohon tersebut ada di taman, kebun kecil di rumah-rumah warga, area pertanian, bahkan di taman hotel. 

Jeruk ini sudah jadi bagian dari kehidupan orang-orang Pulau Jeju sejak lama sekali.

Para penduduk Jeju dibesarkan melihat pohon-pohon sitrus di dekat rumah mereka.

Bahkan sebelum pohon jeruk tangerine yang jadi ciri khas Jeju diperkenalkan di sana dari Jepang pada 1950-an.

Pohon jeruk Jeju ini dipercaya sebagai spesies asing yang diperkenalkan di pulau tersebut sejak zaman dahulu kala.

2 dari 4 halaman

Namun, jeruk Jeju baru-baru ini berhasil menarik perhatian orang-orang di luar Pulau Jeju.

“Permintaan terhadap buah ini jauh lebih tinggi dari produksi,” ujar petani jeruk tangerine, Kim Woo-jin. 

Woo-jin menjual jeruk yang ia tanamdi area pertaniannya di Kota Seogwipo lewat pusat perbelanjaan online.

Banyak pelanggannya merupakan penduduk pulau utama Korea.

“Jeruk ini punya ukuran yang jauh lebih besar dan berat dari pada jeruk tangerine biasa. Hal itu membuat pohon hagyul ini memproduksi jumlah buah yang terbatas," kata Woo-Jin.

"Periode produksi yang relatif pendek yakni dari Mei hingga Juni adalah alasan lain yang menyebabkan permintaan bisa menyaingi suplai buahnya,” lanjutnya.

Pada masa lalu, produk utama Woo-jin adalah jeruk tangerine dan varietasnya.

Namun ia mulai menjual hagyul sejak lima tahun lalu ketika banyak konsumennya yang meminta hagyul. 

Woo-jin mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual jeruk tersebut. Namun ia mengatakan, penghasilan dari buah musim panas tersebut tidak begitu menakjubkan.

“Ini karena terbatasnya produksi buah ini. Saya memang menjualnya untuk pelanggan saya karena mereka memintanya," kata Woo-Jin.

3 dari 4 halaman

"Jadi bagi saya, menjual hagyul adalah sejenis layanan yang disediakan untuk mendapatkan kepuasan pelanggan,” lanjutnya.

Karena jumlah produksi yang terbatas, ia menjual hagyul berdasarkan aturan ‘siapa cepat dia dapat’. 

Para petani mulai memetik buat tersebut pada akhir April dan awal Mei setelah hujan musim semi terjadi, yang disebut oleh orang-orang lokal sebagai bracken rain karena tanaman akan tumbuh sangat cepat setelah hujan tersebut terjadi.

Di Pulau Jeju, pohon-pohon hagyul ditanam di dekat rumah-rumah warga atau berbagai bangunan, khususnya hanya untuk penghias semata.

Namun jeruk ini sendiri sudah lama jadi buah yang harus dimiliki oleh petani lokal.

Setelah jam kerja, para petani akan memetik buah tersebut dan membuat minuman menyegarkan seperti hagyul-ade atau mencampurnya dengan minuman lain untuk dibuat koktail.

Sementara hagyul sudah lama dikonsumsi petani Jeju, orang-orang di luar Pulau Jeju hanya baru-baru ini mengonsumsi sitrus ini.

Popularitas dari buah sitrus ini dimulai setelah resep-resep selai, minuman, dan saus yang dibuat dari hagyul muncul di televisi sekitar lima atau enam tahun lalu.

Di Jeju, Yang Nam-hee seorang petani sitrus yang berbasis di bagian barat Kota Seogwipo, mengatakan, buah ini populer di antara para pekerja kesehatan.

“Sebagian besar pelanggan setia saya bekerja di klinik atau rumah sakit. Saya tidak tahu kenapa pekerja kesehatan menyukai buah ini dari pada buah-buah lainnya,” ujar Nam-hee.

4 dari 4 halaman

Ia juga mengatakan, menjual bibit pohon jeruk ini juga jadi bisnis yang menguntungkan, karena permintaan untuk pohon hagyul cukup tinggi.

“Orang-orang menanam pohon-pohon ini di kebun kecil mereka atau di luar bangunan-bangunan untuk hiasan,” kata Nam-hee.

“Para biarawati Katolik juga jadi pelanggan saya dan mereka membeli hagyul untuk dijadikan selai. Mereka menjualnya saat bazaar donasi," lanutnya. 

Kim Ji-soon, seorang chef dan ahli makanan Jeju mengatakan, jeruk jenis ini banyak digunakan secara luas di banyak makanan Jeju, bukan hanya selai dan koktail sitrus.

“Para warga Pulau Jeju telah lama menggunakan jeruk ini untuk makanan mereka. Di antara yang lain, rasa asam buah ini yang membuatnya jadi bahan sempurna untuk membuat saus," laya Ji-soon.

"Maka orang-orang di sini membuat saus asam dengan kecap dan jus hagyul. Mereka memakan ikan dengan mencelupkannya ke saus tersebut. Beberapa juga menggunakan sitrus ini untuk membuat dressing salad,” jelas Ji-soon.

Para penduduk Pulau Jeju juga banyak menggunakan buah ini untuk memberikan rasa unik pada makanan khas Jeju.

Woo-ji mengatakan, makanan Jeju menggunakan banyak bahan alami dengan lebih sedikit bubuk paprika merah dan karakteristik inilah yang membuat makanan Jeju sehat.

Mulai Mei, 8 Maskapai Penerbangan Dunia Ini Akan Kembali Beroperasi, Termasuk Korean Air

Korean Air Buka Kembali Rute Penerbangan Internasional Juni 2020, Termasuk Tujuan Jakarta

Mulai 1 Juni, Korean Air Kembali Buka Rute Penerbangan Internasional

6 Makanan Korea untuk Menu Buka Puasa, Coba Pajeon yang Mirip Bakwan Sayur di Indonesia

Korea Selatan Waspada Covid-19 karena Wisatawan yang Kunjungi Jeju Melebihi Perkiraan Awal

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Hagyul, Jeruk Jeju yang Lagi Tren di Korea",

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
Fakta Unik HagyulJeruk Khas JejuKorea Selatan Seunghan (Ex-RIIZE)
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved