Breaking News:

Usai Pandemi Covid-19 Berakhir, Prosedur Naik Gunung Akan Lebih Ketat

APGI telah menyiapkan beberapa prosedur lebih ketat dan perlu diperhatikan pendaki gunung yang ingin mendaki kembali usai pandemi.

Editor: Sinta Agustina
TRIBUN JATENG/WAHYU SULISTIYAWAN
Sejumlah pendaki melintasi jalur terjal menuju puncak Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (30/12/2014). Puncak Gunung Rinjani menjadi tujuan para pendaki dari berbagai daerah dan negara untuk merayakan pergantian tahun 2015. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Wabah virus corona membuat semua tempat wisata ditutup guna mencegah penyebaran virus, tidak terkecuali wisata gunung.

Kendati demikian, para pemandu gunung yang tergabung dalam Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) telah bersiap membuka kembali setelah pandemi ini berakhir.

Sekretaris Jenderal APGI Rahman Mukhlis mengatakan, APGI telah menyiapkan beberapa prosedur lebih ketat dan perlu diperhatikan pendaki gunung yang ingin mendaki kembali usai pandemi.

"Pasti akan ada penyesuaian, karena ini pandemi masih berlangsung di Indonesia. Sementara perkiraan pemerintah, aktivitas outdoor itu baru bisa dimulai Juli. Pasti dari segi kesehatan ada hal-hal yang harus diikuti, protokol kesehatan naik gunung akan lebih ketat," kata Rahman dalam sesi #TravelTalk di Live Instagram @kompas.travel, Senin (11/5/2020) pukul 15.30 WIB.

Melihat Indahnya Gunung Tambora Lewat Tur Virtual, Bisa Saksikan Pemandangan 360 Derajat

Lanjutnya, APGI saat ini tengah berfokus menyiapkan protokoler baru atau Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait wisata gunung setelah pandemi.

Rahman menjelaskan, protokoler tersebut berisi seputar hal-hal teknis yang perlu dipersiapkan para pendaki gunung mulai dari sebelum mendaki hingga setelah selesai pendakian.

Pendaki mendirikan tenda di dekat warung di puncak Gunung Andong, Kamis (2/7/2015).
Pendaki mendirikan tenda di dekat warung di puncak Gunung Andong, Kamis (2/7/2015). (TRIBUNTRAVEL.COM/SINTA AGUSTINA)

"Jadi prosedurnya itu tengah kita siapkan mulai dari proses persiapan pendaki di rumah itu bagaimana, terus pemilihan peralatan pendakian," kata Rahman.

"Termasuk juga pemeliharaan kesehatan, transportasi, sampai pada cara pendakian, berkemah, dan turun pendakian. Itu semua sudah di tahap draft. Target kami Juni bisa di-publish ke masyarakat," lanjutnya.

Rahman memberikan sedikit bocoran tentang prosedur pendakian gunung setelah pandemi.

Salah satu aturan wajib yakni mengenakan masker, membawa hand sanitizer, dan pengecekan kesehatan lebih ketat.

2 dari 3 halaman

Para pendaki juga diwajibkan membawa surat kesehatan bebas Covid-19 untuk mendaki gunung, kata dia.

"Itu salah satunya, karena kita buat new protokoler ini menyesuaikan dengan aturan yang ada di BNPB dan oleh tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19," kata Rahman.

"Idealnya, pendaki gunung enggak akan kaget karena sudah terbiasa mengenakan buff ketika naik gunung," terangnya.

Terkait pengecekan kesehatan yang lebih ketat, menurut Rahman akan terjadi pada saat proses administrasi saat tiba di basecamp pendakian gunung.

Sekadar informasi, para pendaki biasanya akan diperiksa kesehatannya sebelum diizinkan mendaki gunung.

Namun, setelah pandemi, akan ada prosedur pengecekan kesehatan yang lebih ketat berkaitan dengan Covid-19.

"Misalnya pendaki akan ditanyakan apakah pernah berinteraksi dengan orang PDP Corona, dan sebagainya itu akan ada di syarat administrasi. Akan lebih detail lagi saya kira, yang pasti kita mengikut acuan pemerintah," ujarnya.

Ia juga mengatakan pihak wisata gunung atau tur operator akan menegaskan kembali kepada para pendaki yang tidak memenuhi syarat administrasi.

Para pendaki berjalan melewati Gerbang Pos Pendakian Gunung Slamet, Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Rabu (16/8/2018)  pagi.
Para pendaki berjalan melewati Gerbang Pos Pendakian Gunung Slamet, Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Rabu (16/8/2018) pagi. (ISTIMEWA/Dinporapar Purbalingga)

Jika tak memenuhi syarat seperti masalah kesehatan yang mengindikasikan gejala Covid-19, maka pendaki tidak akan diizinkan mendaki.

"Itu juga termasuk, jadi kalau misalnya ada calon pendaki yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat itu tidak diizinkan. Ini gunanya screening di awal sebelum pendakian, harapannya kan bisa mendeteksi sejak dini apakah si pemandu, pendaki ada indikasi corona," katanya.

3 dari 3 halaman

Terkait rapid test atau tes cepat pendeteksi virus corona pada tubuh juga akan diimplementasikan di wisata gunung.

Rahman mengatakan hal tersebut bergantung pada acuan resmi dari pemerintah pada saat New Normal telah berlangsung.

Selain itu, APGI juga telah menyiapkan beberapa upaya lain untuk menghindari pendaki yang membawa surat kesehatan palsu atau dimanipulatif.

"Untuk mengakali itu, setelah prosedur kami jadi perkiraannya awal Juni nanti. Kami akan bergerak ke pemerintah, bisa Kemenparekraf atau KLHK, itu nanti kebijakannya ada di mereka," kata Rahman.

LIHAT JUGA:

"Kita mendorong bahwa di pintu pendakian harus ready dokter, jadi nanti dokter itu buat validasi, dan jika sudah mendukung sarana prasarananya, cek Covid-19 langsung di pintu pendakian," jelas Rahman.

Kini, APGI berharap pada pemerintah agar hal-hal tersebut dapat terlaksana guna kenyamanan wisatawan atau pendaki gunung pada saat pandemi berakhir.

7 Danau di Atas Gunung yang Wajib Disambangi Para Pendaki, Ada Ranu Kumbolo hingga Telogo Dewi

Jalur Pendakian 12 Gunung di Jawa Tengah Ditutup Sementara untuk Cegah Penyebaran Virus Corona

Aktivitas Pendakian Gunung Everest Ditutup, Sherpa Tidak Punya Penghasilan

5 Gunung Berapi yang Bisa Kamu Jelajahi Secara Virtual, Termasuk Poas di Kosta Rika

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Prosedur Naik Gunung Akan Ketat Setelah Pandemi Corona, Seperti Apa?

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
Asosiasi Pemandu Gunung Indonesiavirus coronaCovid-19
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved