TRIBUNTRAVEL.COM - Nuansa khas daerah pesisir berikut budaya Yogyakarta begitu kental terasa di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Temon, Kulon Progo.
Hal ini sebagai bentuk pengejawantahan dari kehidupan masyarakat di DIY.
Simbol-simbol tentang aspek sosial budaya masyarakat pesisir Yogya tampil dalam tata interior dan instalasi seni (artwork) pada banyak sudut bangunannya.
Begitu tiba di drop zone terminal keberangkatan di lantai tiga, penumpang akan langsung disuguhi pemandangan berupa regol atau instalasi gerbang utama khas Keraton Yogyakarta.
Regol ini disinari cahaya alami matahari karena areanya memiliki atap skylight berbentuk motif batik kawung.
Masuk ke area check-in, penumpang akan disambut instalasi berbentuk kerucut dengan warna krem.
• 5 Pantai di Kulon Progo dengan Sunset Terbaik yang Cocok Dikunjungi saat Liburan ke Jogja
Ini adalah sebuah simbol dari sand dunes atau gumuk pasir yang banyak terdapat di pantai selatan DIY seperti Parangtritis dan Parangkusumo.
Di area ini juga terdapat tiga buah check-in island (deretan loket layanan check in dan bagasi) dengan bentuk serupa gumuk pasir.
Hanya saja, gumuk pasir itu merupakan jalan masuk bagasi penumpang ke instalasi baggage handling system sebelum dimasukkan ke dalam pesawat.
"Yogyakarta pantainya terkenal memiliki gumuk pasair dan itu kita adopt ke bandara ini. Ada di area chek in, pintu gerbang, hingga lantainya," kata Project Manager Pembangunan YIA PT Angkasa Pura I, Taochid Purnama Hadi, Selasa (3/3/2020).
Tonton juga:
Lantai terminal Bandara YIA memang hampir seluruhnya didominasi paduan warna krem, putih, cokelat, dan hitam. Hal ini menurut Taochid menggambarkan warna-warna pasir pantai di sepanjang pesisir DIY.
Simbol lain yang menggambarkan budaya dan kehidupan masyarakat pesisir juga tampak di area gerbang keberangkatan (boarding gate).
Pada dinding gerbangnya terdapat panel-panel yang menunjukkan bagaimana kehidupan keseharian masyarakat dari lima desa terdampak pembangunan Bandara YIA.
Seperti diketahui, pembangunan YIA memakan lahan di lima desa di Kecamatan Temon, yakni Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran, dan Kebonrejo.
Kelima desa itu juga dijadikan nama tiap gate dan panel-panelnya diberi instalasi seni.
"Misalnya pada gate 5 atau gate Jangkaran, ada relief tentang nelayan dan bergambar perahu serta jangkar. Karena masyarakat Jangkaran banyak yang jadi nelayan. Di gate lain ada cerita lainnya lagi," kata Taochid.
Beberapa relief tentang kehidupan sosial budaya masyarakat setempat juga terlihat di terminal kedatangan, di lantai tiga.
Selain itu, Bandara YIA dilengkapi pula dengan banyak ornamen dan instalasi seni bernuansa khas Yogyakarta.
Di antaranya, adaptasi istana air Tamansari dan plengkung gading di lantai dua, motif kawung yang menghiasi banyak sudut, ronce (rangkaian) bunga wijayakusuma, dan lain-lainnya.
Ada juga Pasar Kotagede yang merupakan area komersil khusus UMKM seluas 1.500 meter persegi.
Menurut Taochid, pihaknya memang ingin menampilkan wajah Yogyakarta di bandara ini.
Artwork di sektor interior menjadi kekuatan utama untuk memunculkannya.
Bahkan, nilai pengerjaannya cukup fantastis, sekira Rp60 miliar secara keseluruhan.
Pihaknya menggandeng para seniman untuk mengerjakannya.
"Semuanya mencirikan Yogyakarta. Karena, bandara jadi pintu gerbang masuk keluar penumpang ke suatu daerah. Makanya, bandara ini juga harus memunculkan ciri khas Yogyakarta itu. Istilahnya, sebelum ke Yogya, bisa melihat bandaranya dulu," kata dia. (TRIBUNJOGJA.COM)
• Layani Angkutan dari dan ke Bandara YIA, Damri Berikan Tarif Promo Rp 25 Ribu
• Kemenhub Beri Subsidi untuk Damri di Bandara YIA yang Beroperasi Mulai 29 Maret
• 5 Rute Damri Bandara Internasional Yogyakarta YIA, Termasuk ke Borobudur
• Melihat Keunikan Underpass YIA, Terowongan Terpanjang dengan Perpaduan Infrastruktur dan Budaya
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Nuansa Pesisir di Bandara YIA