TRIBUNTRAVEL.COM - Sepekan lagi umat Kristiani akan merayakan Hari Raya Natal, yang memang selalu dirayakan pada tanggal 25 Desember.
Seperti halnya Hari Raya Idul Fitri, menjelang Natal juga terjadi arus mudik yang cukup signifikan dari Jakarta, karena banyak warga Ibu Kota ingin merayakan Natal bersama orangtua dan sanak saudara di kampung halaman.
Traveler yang akan mudik lewat jalan Tol Jakarta - Cikampek sudah bisa merasakan jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek, atau biasa disebut Jakarta - Cikampek 2.
Sejak Minggu (15/12), jalan sepanjang 36,4 kilometer tersebut sudah bisa digunakan masyarakat umum.
Maka, kami di Warta Kota Travel mencobanya pada Rabu (18/12), dan kami menemukan beberapa hal penting.
1. Memotong lajur truk
Pintu masuk jalan tol layang ini ada di lajur paling kiri setelah Gerbang Tol (GT) Cikunir,
yang terletak di KM 10.
Hanya saja, ternyata menjelang tanjakan (ramp) jalan tol layang ini terdapat jalur masuk kendaraan yang datang dari jalan Tol Lingkar Luar (JORR) Timur.
Akibatnya terjadi pertemuan arus kendaraan yang membuat perjalanan tersendat.
Dalam situasi musim mudik, titik pertemuan ini merupakan potensi kemacetan.
Biasanya, kendaraan dari arah Cawang akan mengambil lajur paling kanan, untuk menghindari kemacetan.
Tapi, Traveler bisa terlewat pintu masuk jalan tol layang jika tetap berada di lajur kanan.
Masalahnya bukan hanya itu, kebanyakan pengguna Tol JORR adalah truk-truk besar, seperti truk gandeng atau truk pengangkut kontainer.
Artinya, pengendara harus berjibaku dengan truk-truk besar dan berat itu jika memaksakan diri pindah dari lajur paling kanan ke lajur paling kiri.
Belum lagi memotong jalan truk-truk yang sama-sama melaju dari GT Halim. Ingat, truk-truk besar itu memiliki titik buta (blind spot) yang sangat besar
Saran kami, Traveler yang akan menggunakan jalan tol layang sebaiknya pindah ke lajur paling kiri begitu melewati pintu keluar Cikunir.
Setidaknya dengan cara itu tidak terlalu banyak truk yang harus Traveler potong jalannya.
Selain itu, cara tersebut akan lebih aman bagi pengguna mobil kecil, supaya tidak masuk ke blind spot truk besar.

2. Hati-hati di pintu keluar
Seperti halnya pintu masuk ke jalan tol layang, pintu keluarnya juga berada di lajur paling kiri jalan Tol Jakarta - Cikampek 1.
Untuk informasi, lajur paling kiri adalah lajur untuk kendaraan yang berjalan dengan kecepatan rendah, alias sangat lambat.
Biasanya, truk-truk besar yang sarat muatan yang bejalan di lajur ini, sebab mereka jalannya
sangat pelan.
Saran kami, pengendara yang turun dari Jakarta - Cikampek 2 harus mengurangi kecepatan, dan menengok ke kanan dulu sebelum bergabung ke Jakarta - Cikampek 1.
Sebaiknya mulai mengurangi kecepatan saat jalan sudan menurun, agar kendaraan lebih cepat berhenti jika mobil di depan harus berhenti mendadak.
Ingat pula jaga jarak dengan mobil di depan.

3. Sambungan agak kasar
Di media sosial banyak beredar keluhan masyarakat, soal sambungan jalan (expansion joint) tol layang yang kasar.
Cukup banyak warga dunia maya menulis mobil mereka ajrut-ajrutan di jalan tol layang.
Saat kami melewatinya, memang cukup banyak sambungan jalan yang membuat mobil seperti terempas
jika dilalui dengan kecepatan tinggi.
Kami membandingkannya dengan sambungan di jalan tol layang dalam kota Ir Wiyoto Wiyono, yang menghubungkan Cawang dengan Tanjungpriuk.
Maka, sambungan jalan di Jakarta-Cikampek 2 ini masuk kategori sangat kasar.
Sambungan itu akan Traveler rasakan setiap 180 meter. Dibuat dalam jarak tersebut agar jalan tol ini tahan gempa.
Pihak Jasa Marga mematok kecepatan minimal 60 kilometer (km)/jam dan maksimal 80 km/jam di
jalan tol ini.
Namun, tadi kami sempat terpancing untuk melaju melebihi batas kecepatan.
Semakin tinggi kecepatannya, semakin keras empasannya.
Bahkan di kecepatan 120 km/jam mobil mpv yang kami gunakan sedikit bergoyang.
Maka kami pun menurunkan laju mobil, sesuai kecepatan yang disarankan.
Sementara soal tampilan Jakarta - Cikampek 2 yang seperti bergelombang (rolling hill), ternyata hal ini tidak memengaruhi kenyamanan berkendara.
Tak terasa empasan atau rasa geli di perut saat mobil melaju turun.
4. Hanya dua lajur
Jalan tol layang Jakarta-Cikampek ini membentang di atas jalan Tol Jakarta-Cikampek 1, sepanjang 36,4 kilometer.
Karena letaknya di atas (layang/elevated), maka tak ada rest area di sepanjang jalan tol layang
ini.
Selain itu, tak terlihat jalur evakuasi (evacuation exit) di sepanjang jalan ini.
Dengan kata lain, jika ada kendaraan yang mogok di jalan ini, pengendaranya harus menunggu mobil derek
datang membantunya.
Namun di sepanjang jalan ada rambu yang memberi informasi nomor telepon untuk keadaan darurat.
Meski begitu, lebih baik mempersiapkan kendaraan agar kondisinya sempurna untuk melakukan
perjalanan jauh.
Pasalnya, Jakarta - Cikampek 2 ini hanya memiliki dua lajur, dan lebarnya tidak terlalu besar.
Maka, sebuah kendaraan mogok yang berhenti di bahu jalan akan berpengaruh terhadap arus lalu
lintas di jalan ini.
Seperti tadi saat kami mencoba jalan tol layang ini, pihak Jasa Marga masih melakukan perbaikan di beberapa titik, yang menyebabkansatu lajur terpakai setengah.
Dampaknya adalah timbul antrean kendaraan yang cukup panjang.

5. Bawa bekal
Pada saat kami mencobanya, jalan sepanjang 36,4 kilometer itu bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit, jika lancar.
Namun, untuk musim mudik besok bisa jadi waktu tempuhnya akan lebih lama, mengingat arus lalu lintas lebih padat.
Apalagi jika terjadi kemacetan, waktu tempuhnya bisa lebih lama lagi.
Karena itu, jangan lupa membawa bekal, baik makanan, minuman, atau bahan bacaan dan permainan untuk anak-anak, untuk mengantisipasi rasa bosan akibat kemacetan.
Jangan lupa pula mengisi bahan bakar, supaya mobil tidak mogok karena kehabisa bensin waktu
macet.
Tanggapan pengguna
Kami bertemu dua warga Jakarta yang sudah mencoba jalan tol layang Jakarta - Cikampek, sejak jalan tersebut dibuka untuk umum pada Minggu (15/12).
Keduanya memuji sekaligus mengritik jalan tol layang terpanjang di Indonesia itu.
Kris Bomboh memuji karena jalan tol tersebut sangat efektif dalam memangkas waktu tempuh perjalanan, serta lampu penerangan jalan di sepanjang Jakarta - Cikampek 2.
Namun dia mengritik sambungan jalan (expansion joint) yang disebutnya cukup mengganggu.
"Indonesia punya tol layang pertama Cawang - Tanjungpriok - Pluit, itu malah terasa lebih nyaman dilalui. Seharusnya tol layang Japek baru ini bisa sama nyamannya atau lebih baik.
Semoga masih bisa dibenahi," katanya.
Kritik yang sama juga diutarakan Robi KrisnTraveler. "Bumpy pas di tiap sambungan. Berasa banget ajrut-ajrutannya ketika kecepatan maksimal 80 ilometer/jam. Apalagi kalau lebih dari 80 kilometer/jam," katanya.
Pria yang sering bolak-balik Jakarta ke Jawa Tengah ini juga menyoroti jalan masuk ke Tol Jakarta - Cikampek 2 arah Cikampek.
Dia mengkhawatirkan pertemuan mobil kecil dengan truk-truk besar yang datang dari Jalan tol Lingkar Luar (JORR) di Cikunir.
Dia mengusulkan agar dibuat lajur baru di kiri tanjakan (ramp) masuk tol layang, sehingga tidak terjadi perpotongan antara mobil besar dan mobil kecil.
Maih berkaitan dengan truk, Robi mempertanyakan soal rambu, yang memerintahkan bus dan truk menggunakan lajur kiri.
"Pas naik ada portal height limit 2,1 m, tapi sepanjang jalan ada rambu 'truk & bus gunakan lajur kiri'. Ini bingungin karena katanya hanya untuk kendaraan kecil?"
Dia sempat curhat soal kendaraan yang lambat tapi berjalan di lajur kanan. Padahal jalan tol layang itu hanya memiliki dua lajur.
Hal itu, katanya, akan sangat mengganggu di saat situasi padat lalu lintas.
Artikel ini telah tayang di Tribunwartakotatravel.com dengan judul 5 Hal yang Harus Diketahui Sebelum Menggunakan Jalan Tol Layang Jakarta - Cikampek