Breaking News:

Mengenal Hada Hiroshi, Pria Jepang yang Jualan Takoyaki di Solo dan Jadi Viral di Medsos

Penjual takoyaki yang viral di Solo adalah orang Jepang asli bernama Hada Hiroshi. Hada Hiroshi memiliki istri asal Solo, Nurul Dewi.

TribunSolo.com/Adi Surya
Warung Takoyaki yang viral di Solo 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah warung masakan Jepang yang berada di RT 3/RW 11 Kelurahan Pucangsawit, Solo menjadi viral.

Warung itu sekilas biasa saja.

Ruanganya sempit, tidak mewah, tidak pula 'indah' dalam urusan desain maupun estetika.

Penjualnya adalah orang Jepang asli bernama Hada Hiroshi.

Pekerjaan pemilik warung makan takoyaki di Pucangsawit Solo, Hada Hiroshi (62) sebelum berjualan tidak bisa dipandang sebelah mata. 

Istri Hada, Nurul Dewi (42) mengungkapkan, suaminya pernah dipercaya menjalankan beberapa bisnis keluarga di Jepang. 

Satu diantaranya bernama Hada Egg. 

"Dulu sebenarnya sempat punya (bisnis) sendiri macam-macam, tetapi memutuskan keluar dari bisnis keluarga," ungkap Nurul kepada TribunSolo.com, Selasa (3/12/2019).

Keputusan Hada untuk tidak meneruskan lagi bisnis keluarga karena ia merasa ada sebuah 'pengkhianatan' yang dilakukan rekan bisnisnya. 

"Hubungan sama (rekan bisnis) dari Italia, masalahnya ada, biasa berbisnis, ada pengkhianatan, dan itu membuatnya tidak mau balik lagi, dia sudah mengucapkan itu, dan tidak mungkin ditarik lagi," tutur Nurul. 

2 dari 4 halaman

"Akhirnya dia masuk ke peternakan Aoyama karena pengalamannya langsung dapat penanggung jawabnya," imbuhnya membeberkan. 

Nurul mengatakan, Hada pensiun menjadi supervisi pada tahun 2017 karena merupakan tipikal orang yang suka kerja, ia menjadi bingung saat menganggur. 

"Dia memang suka kerja dari dulu, disuruh pensiun mengagur tidak bisa, sudah terlanjur punya kebiasaan kerja, saat tidak kerja bingung, akhirnya apa-apa dikerjain," kata Nurul. 

Hada kemudian berkeinginan memperkenalkan masakan Jepang dengan harga yang terjangkau.

Terlebih lagi, ia suka memasak masakan Jepang. 

"Ingin memperkenalkan masakan Jepang dengan harga terjangkau dari kalangan bawah sampai ke atas, supaya semua bisa tahu masakan Jepang itu seperti ini," ujar Nurul. 

Nurul mengatakan, perjuangannya bersama dalam mengawali berjualan masakan jepang tidaklah mudah.

Bahkan, mereka sempat memasang papan bertuliskan 'Takoyaki Rp 5.000,- satu porsi' di depan warung yang berada di RT 3/RW 11 Kelurahan Pucangsawit, Solo

"Sampai begitu perjuangan kami dari pertama, Hada juga pernah nawarin lewat facebook ke teman-teman," kata Nurul.

Nurul mengakui masakan Jepang tidak bisa dibilang 100 persen seperti aslinya karena penyesuaian dengan budaya dan selera orang Indonesia. 

3 dari 4 halaman

"Pertama kali itu, orang Indonesia kebanyak orang Islam, kita kemudian cari bahannya yang halal dulu, setelah itu dicek rasanya, dicoba dikit-sedikti supaya bisa mendekati sana, kalau 100 persen seperti disana tidak bisa," aku Nurul. 

"Disini orang Indonesia suka pedas, disana tidak suka pedas, dulu pernah sekali coba pakai cabai sana, ternyata tidak ada rasanya, kemudian cari lagi yang pedas," tambahnya. 

Nurul mengatakan, beberapa masakan Jepang yang dijual di warungnya memang menyesuaikan lidah orang Indonesia.  

"Misalnya takoyaki seharusnya tidak pakai saos pedas dan cuma pakai saos takoyaki, berhubung disini suka pedas dikasih saus pedas," kata Nurul. 

"Ada juga yang diselerakan orang Indonesia, gyouza disana bakar, berhubung Indonesia suka gorengan, kita buat dua tipe gyouza bakar dan goreng," imbuhnya. 

Nurul mengungkapkan, isian takoyaki yang dijualnya hanya berisi daging gurita dan tidak ada varian isian lainnya. 

"Tidak ada varian, persis dari sana, karena tako itu artinya gurita, jadinya hanya gurita, Hada selalu memperjuangkan isian takoyaki itu cuma gurita," ungkapnya.

Bertemu Penari Indonesia

Pemilik warung takoyaki di Pucangsawit Solo, Hada Hiroshi (62) bertemu Nurul Dewi (41) saat istrinya itu bekerja sebagai penari di Jepang tahun 1998.

Nurul mengatakan, ia menjadi penari selama enam bulan di negeri sakura itu. 

4 dari 4 halaman

"Saya sekolah di SMK Negeri 8 ambil jurusan tari, kemudian tahun 1998 pergi ke Jepang untuk menari, dan waktu itu visanya cuma 6 bulan, setelah itu pulang," kata Nurul. 

"Ketemu dia (Hada) di Jepang, dia lihat saya (menari), waktu saya pulang,  dia juga ikut ke sini, itu pertama kali dia main ke sini," imbuhnya membeberkan. 

Hada dan Nurul memutuskan menikah pada tahun 2002 di Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Surakarta dan sudah dikaruniai empat orang anak.

"Saat itu, proses nikahnya susah, sempat ada yang tidak percaya surat ini (surat nikah) benar-benar dari kedutaan, sempat juga suruh menerjemahkan ke Inggris atau apa dulu cukup susah karena beda negara," tutur Nurul.

Nurul mengatakan, Hada sudah memutuskan masuk Islam saat menikahinya atas kehendaknya sendiri. 

"Dia sudah masuk Islam, saat menikah sama saya, lewat Departemen Agama Kota Surakarta, nikahnya di KUA Surakarta," katanya. 

"Sampai sekarang masih belajar terus di Bekonang, pernah ditertawakan anak-anak kecil, kadang dia malu juga, diajarin salat orang-orang di desa," tambahnya. 

Setelah menikah, Nurul dan Hada memutuskan untuk menetap di Jepang selama kurang lebih 14 tahun sebelum akhirnya tinggal di Indonesia. 

"Saya duluan pulang sama anak-anak ke Indonesia tahun 2016, pada tahun 2017, dia baru kesini karena baru pensiun tahun itu," ujar Nurul. 

"Anak-anak saya bawa ke sini, ke rumah saya yangvada di bekonang, anak-anak saya ada empat umurnya 18 tahun, 16 tahun, 12 tahun, dan 7 tahun," tandasnya.

Artikel ini diedit berdasarkan berita di Tribunsolo.com dengan judul Viral, Warung Takoyaki Sempit di Pucang Sawit Solo yang Selalu Ludes Dalam 2 Jam, Apa Istimewanya?

Selanjutnya
Sumber: Tribun Solo
Tags:
Hada Hiroshiviral di medsostakoyaki Khanduri Blang
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved