Breaking News:

Hut ke-24, Kompas.com Ajak Pembaca Berpikir Jernih untuk Melihat Dunia

Portal berita Kompas.com berulang tahun ke-24 pada tanggal 14 September 2019.

Editor: Kurnia Yustiana
Kompas.com
Logo Kompas.com 

Portal news Kompas.com berulang tahun pada 14 September 2019.

Menandai ulang tahun ke-24, Kompas.com mengajak seluruh pembaca untuk terus #MenjernihkanPikiran, #MenghargaiPerbedaan, serta #MelihatHarapan dengan semangat Jernih Melihat Dunia.

HUT ke-24 Kompas.com menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk memberi apresiasi kepada pembaca dan karyawan yang loyal dan telah bekerja keras.

Acara HUT Kompas.com akan diselenggarakan pada Rabu (18/9/2019) di Studio 1 Kompas TV, Jakarta.

Dengan hashtag #JernihUntukMelangkah, acara ini ditujukan untuk memberi semangat kolektif sebagai bekal melangkah demi kemajuan dan keunggulan bangsa Indonesia di masa depan.

Ulang tahun ini sekaligus untuk merayakan semangat kolaboratif, produktif, dan berkelanjutan yang juga tengah diusung oleh KG Group of Media.

Acara ulang tahun Kompas.com akan dihadiri lebih dari 200 karyawan untuk bersyukur, berterima kasih dan berbagi kebahagiaan bersama.

Ada sederetan artis yang akan bergembira bersama dengan bernyanyi, di antaranya adalah Enda dan Oncy.

“Ulang tahun adalah kesempatan bersyukur dan berterima kasih. Bersyukur untuk semua hal baik yang sudah diterima dan kesempatan baik untuk tahun-tahun mendatang. Berterima kasih kepada pembaca dan semua karyawan untuk perjalanan sejauh ini," ujar Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho.

Di usianya yang ke-24, Kompas.com berusaha untuk tampil relevan mengikuti perkembangan zaman, dengan tetap menjaga kredibilitas dan mengandalkan tiga ciri jurnalistiknya: popular, high quality, online journalism.

2 dari 4 halaman

Di era banjir informasi dan semakin banyaknya hoaks, Kompas.com merupakan tempat untuk memverifikasi berbagai informasi yang berseliweran.

Kompas.com sendiri merupakan media di Indonesia yang memiliki sertifikasi dari International Fact-Checking Network (IFCN).

"Mari kita gunakan kesempatan baik dan kredibilitas Kompas.com yang dibangun selama 24 tahun untuk menjernihkan informasi sebagai bekal langkah baik kita semua ke depan," ujar Wisnu.

Sejarah

Harian Kompas
Harian Kompas (dok Kompas.com)

Halaman 1 harian Kompas memajang foto Presiden Soeharto yang sedang meneteskan vaksin polio kepada seorang anak.

Foto tersebut menggambarkan artikel di bawahnya yang berjudul Tahun 2000 Indonesia Bebas Polio.

Di sudut kanan halaman, terpampang headline hari itu: Tamil Ledakkan Pesawat AU Sri Lanka, 81 Tewas.

Yang istimewa pada 14 September, 24 tahun lalu, adalah apa yang terjadi di salah satu sudut ruang redaksi harian Kompas.

Untuk pertama kali, berita-berita yang terbit di koran hari itu diunggah ke internet ke laman www.kompas.co.id. Laman digital itu disebut Kompas Online, disingkat KOL.

Inilah cikal bakal kompas.com yang Anda nikmati hari ini.

3 dari 4 halaman

Tak ada pesta yang menandai unggahan pertama itu. Juga tak ada pengumuman di koran Kompas yang menginformasikan kepada pembaca bahwa berita-berita di harian Kompas mulai hari itu sudah bisa dinikmati secara digital.

Informasi soal laman digital Kompas Online baru muncul di harian Kompas pada 22 Oktober 1995 lewat artikel yang ditulis wartawan Kompas, pendiri Kompas Online, Rene L Pattirajawane, yang berjudul Kompas Online: Informasi Masa Depan.

Di awal tulisannya, Rene menyampaikan, Kompas Online bertujuan "...membaca pembaca surat kabar ke jenis informasi dan komunikasi perseorangan yang baru di masa depan."

Awalnya, Kompas Online diwujudkan sebagai layanan tambahan buat para pembaca harian Kompas yang kesulitan mendapatkan koran.

Dengan teknologi informasi ini, para pembaca harian Kompas di luar Pulau Jawa tidak perlu menunggu koran datang di sore hari atau keesokan harinya.

Berita-berita harian Kompas dapat dinikmati di pagi yang sama ketika koran terbit. Ada juga pertimbangan globalisasi.

Ada banyak pembaca setia harian Kompas yang tinggal di luar negeri, seperti Eropa, Australia, Jepang atau Amerika Serikat.

Di negara-negara itu, harga koran mahal karena biaya distribusi yang juga mahal.

Kehadiran Kompas di ranah digital mempermudah mereka untuk mengakses informasi surat kabar dengan cepat dan murah.

Kompas Online merupakan salah satu pionir media digital. Ia lahir saat teknologi internet masih begitu awal dan mahal di Indonesia.

4 dari 4 halaman

Saat itu layanan internet baru disediakan PT Indo Internet (Indonet) yang muncul pada 1994 dan PT Rahardjasa Internet (Radnet) yang muncul pada 1995. Itu pun dengan kecepatan modem maksimal 28,8 kbps.

Pelanggan internet pun belum banyak saat itu. Data paling lawas yang bisa dikutip adalah data 1998 milik Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) yang menyebut pelanggan internet berjumlah 138.000.

Bandingkan dengan pengguna internet saat ini yang mencapai 171 juta orang (APJII 2018).

Dalam perjalanannya selama 24 tahun, Kompas.com tidak lagi hanya merupakan ekstensa atau layanan tambahan dari harian Kompas.

Ia berkembang menjadi entitas baru media yang menyajikan informasi yang sepenuhnya mengikuti roh digital: cepat, update, multimedia.

Dengan rohnya sebagai "anak zaman digital", Kompas.com ingin hadir sebagai media yang jernih melihat dunia, menawarkan perspektif, makna, dan mencerahkan pembaca.

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
Kompas.comHUT ke-24 Kompas.comKompas TV Aiman Witjaksono Babe Cabita
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved