Breaking News:

Mengenal Sosok Mbah Satinem, Penjual Kuliner Tradisional yang Disambangi Lee Seung Gi

Mbah Satinem merupakan sosok yang membuat para penggemar K-Pop di Yogyakarta gempar karena Lee Seung Gi membeli cenil buatannya.

TRIBUNJOGJA.COM / Andreas Desca Budi Gunawan
Mbah Satinem saat ditemui sedang membuat lontong untuk lupis andalannya, Rabu (4/9/2019) 

TRIBUNTRAVEL.COM - Mbah Satinem merupakan sosok yang membuat para penggemar K-Pop di Yogyakarta gempar beberapa waktu yang lalu.

Pasalnya perempuan paruh baya yang sudah 56 tahun berjualan lopis di Bumijo ini, disambangi oleh artis kenamaan asal Korea Selatan Lee Seung Gi.

Pasca kejadian tersebut tribunjogja.com yang menyambangi kediamannya, Rabu (4/9/2019) melihat bebagai sisi lain dan romantisme kehidupan Mbah Satinem.

Saat memasuki rumahnya, terasa hawa sejuk dan suasana ramah yang diberikan keluarga dari Mbah Satinem.

Setelah beberapa saat, Mbah Satinem yang sudah tidak dapat berjalan dengan tegap ini, perlahan-lahan menghampiri dan menyapa dengan ramah dan bersahabat.

Awalnya ibu tiga orang anak ini mengaku sudah berjualan lopis sejak tahun 1963.

Tonton juga:

Liburan Artis - Intip Potret Serunya Nikita Willy Pertama Kali ke Afrika Selatan

Mulai Besok, Festival Payung Indonesia 2019 Siap Warnai Candi Prambanan

7 Hotel Murah dekat Malioboro untuk Liburan akhir Pekan di Jogja

"Saya sudah berjualan sejak tahun 63, saat itu masih sendiri dan masih berkeliling di sekitar kota Yogyakarta," tuturnya.

Mbah Satinem lalu menceritakan awal mula dia dapat berjualan di Bumijo.

"Dulu sewaktu saya masih sering berkeliling dan belum bersuami, pemilik rumah yang saat ini saya gunakan untuk berdagang memanggil saya. Bilangnya seperti ini, Nduk kamu daripada muter-muter lebih baik sekarang berjualan disini saja. Lama kelamaan nanti pasti bisa banyak langganan," tuturnya.

2 dari 4 halaman

"Namun sayangnya sekarang sudah dipanggil Tuhan semua, tinggal menantunya di Jakarta yang masih," imbuhnya.

Mbah Satinem juga menceritakan bagaimana dulu awal mula saat dia berjualan.

"Dulu saat masih awal berjualan, dari subuh sudah berangkat. Karena tidak banyak kendaraan seperti Sekarang jadi jalan kaki, rame-rame kadang 10 orang kadang 20 orang tergantung hari pasaran," tuturnya.

"Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi, karena usia sudah segini sekarang kalau berjualan pasti diantar dan ditemani anak," imbuhnya.

Satinem juga menceritakan jika saat ini anaknya pun ikut berjualan.

"Selain menemani saya, anak saya sekarang juga ikut berjualan. Dia buat cethil, setiap jam 3 pagi sudah kesini untuk membantu menyiapkan barang dagangan," tuturnya.

5 Fakta Unik Hanbok, Pakaian Tradisonal Korea Selatan yang Mendunia

Romantisme Bersama Suami

Berlatar di dalam dapur rumahnya yang menjadi tempat memproduksi lopis, tribunjogja.com melihat secara langsung bagaimana proses pengolahan lopis, tiwul serta berbagai bahan pelengkap yang digunakan saat berjualan.

Aroma asap dari kayu bakar yang digunakan terasa jelas menghinggapi ruangan tersebut.

Pasalnya Mbah Satinem hanya menggunakan tungku dan anglo yang berbahan bakar kayu dalam pembuatan lopis andalannya.

3 dari 4 halaman

Bersama sang suami, Narto Utomo yang saat ini sudah berusia 81 tahun, mereka berdua secara bersamaan mengolah bahan baku lopis.

"Setiap hari ya seperti ini kegiatannya. Seusai berjualan langsung persiapan buat jualan besok pagi. Lopisnya 10 kilogram, ketan 3 kilogram dan gula merah 5 kilogram, itu belum termasuk tiwulnya," jelasnya.

"Ini masaknya biasanya sampai pukul 7 malam, nanti terus tidur. Jam 1 nanti bapak bangun lagi, masak ulang bahan-bahan yang ada sampai jam 3," imbuhnya.

Hal ini sudah mereka jalani selama puluhan tahun usia pernikahan mereka berlangsung.

"Sebenarnya dulu saat cucu masih kecil, jualannya juga bareng bapak. Tapi semenjak cucu sudah kelas 1 SD, bapak sudah tidak ikut jualan. Dia (Bapak) suruh anak saya ikut bantu jualan, biar bapak istirahat," ujarnya.

Mulai Ramai Saat Diliput Turis Asing

Mbah Satinem juga menceritakan pengalaman dimana jualannya mulai beranjak ramai beberapa tahun silam.

"Kala itu ada rombongan bule (turis asing), sekitar 8 atau sepuluh orang. Mereka bikin video dari siang sampai pagi," jelasnya.

"Paginya mereka ikut ke tempat jualan, ya pesan seperti orang lain. Lalu dibayar sekitar Rp1 juta. Waktu itu pas pukul 7 pagi, jualan saya langsung diborong mereka supaya bisa istirahat. Dibayar lagi segitu," imbuhnya.

Semenjak kejadian itu, Mbah Satinem merasakan bahwa jualannya semakin laris dan dicari banyak orang.

4 dari 4 halaman

Hingga beberapa waktu lalu datang seorang artis dari Korea Selatan Lee Seung Gi yang juga ikut merasakan nikmatnya lopis buatan Mbah Satinem.

"Kemarin sempat kaget pas ada mas-mas Dateng (Lee Seung Gi), langsung rame karena mereka bawa rombongan. Orang-orang juga banyak yang datang setelah itu, ingin menyaksikan," tuturnya.

Pernah Melayani Pesanan Presiden Soeharto

Mbah Satinem juga menceritakan bahwa dirinya dulu pernah melayani pesanan presiden Soeharto.

"Dulu tahun 90an, Pak Soeharto pernah pesan ke saya 10 tambir tapi cuma tiwul sama Gatot dan tumpeng dari tiwul. Itu saat beliau mau naik haji,"ujarnya.

Mbah Satinem juga menambahkan mendapat dua kali pesanan yang didapat dari Presiden Soeharto.

"Pada waktu mau berangkat haji itu diberi uang Rp2 juta. Lalu pesuruhnya datang lagi, pesan 10 tambir lagi saat pulang besok. Itu pun diberikan uang Rp2 juta lagi" tuturnya.

"Ini jadi pengalaman berharga karena bisa melayani Presiden Soeharto waktu itu," imbuhnya.

Mengakui Peningkatan Kehidupan Dengan Berjualan Lopis

Mbah Satinem menceritakan awal kehidupannya dulu ketika belum berjualan.

"Dulu awalnya saya orang tidak punya, rumah aja cuma gedek (rumah dengan tembok dari anyaman bambu). Lalu diajari mendiang ibu masak lopis dan tiwul," jelasnya.

"Awalnya memang susah, tapi lama-lama bisa. Terus ikut berjualan bareng para tetangga, jalan kaki sampai di pasar Kranggan," imbuhnya.

Satinem menjelaskan bagaimana sekarang perubahan yang dirasakannya.

"Setelah berjualan banyak perubahan, apalagi setelah menikah. Sudah mulai bisa perbaiki rumah. Sekarang sudah bisa bikin rumah lagi buat anak di sebelah timur sana," jelasnya.

"Ya sebagai orangtua, sekarang anak tetap jadi prioritas. Saya ingin anak saya kalo pas saya tinggal sudah siap, jadi tidak kesusahan," pungkasnya.

(Tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Sosok Mbah Satinem Penjualan Lopis yang Disambangi Lee Seung Gi

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
Mbah SatinemLee Seung Gilee seung gi di jogjakuliner tradisionalkuliner legendaris di yogyakartaSosok Mbah Satinem Bibim Guksu Kue Muso Roti Koing Lamang Tapai Lepek Binti
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved