Breaking News:

Pengunjung Bisa 'Camping' di Dieng Saat Dieng Culture Festival 2019

Alhasil, jika wisatawan baru mulai memesan kamar dari sekarang, dijamin akan kesulitan mendapatkan kamar.

Editor: Sinta Agustina
TribunTravel.com/Arif Setyabudi
Dieng Culture Festival 

TRIBUNTRAVEL.COM - Pagelaran Dieng Culture Festival (DCF) ke-10 masih menjadi magnet bagi wisatawan.

Acara yang berlangsung selama tiga hari itu menuntut peserta dari luar daerah untuk menginap di Dieng, atau sekitar lokasi acara.

Tak ayal, beberapa bulan menjelang acara, rata-rata kamar homestay di Dieng sudah terisi penuh untuk tanggal tersebut.

Bahkan, rumah-rumah penduduk yang disulap jadi penginapan dadakan ikut laris disewa wisatawan.

Alhasil, jika wisatawan baru mulai memesan kamar dari sekarang, dijamin akan kesulitan mendapatkan kamar.

Tetapi masyarakat yang ingin mengikuti DCF dan belum mendapatkan penginapan, tak perlu berkecil hati dulu.

Prosesi pemotongan rambut gembel di pada rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) di Komplek Candi Arjuna, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara.
Prosesi pemotongan rambut gembel di pada rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) di Komplek Candi Arjuna, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. (Dok. Kelompok Sadar Wisata Dieng)

Tetap masih ada rumah penduduk yang terbuka untuk menampung wisatawan, meski lokasinya agak jauh dari pusat kegiatan.

Di luar itu, panitia juga menyediakan fasilitas camping ground.

Ya, camping ground bisa jadi alternatif bagi wisatawan yang tak kebagian kamar, atau ingin menghabiskan malam dengan nuansa beda.

Fasilitas ini biasa disediakan saat momentum puncak keramaian pengunjung di Dieng semisal DCF.

2 dari 4 halaman

Di antara camping ground yang dipersiapkan untuk peserta DCF berlokasi di bawah Museum Kaliasa Dieng.

Animo wisatawan untuk menginap di lapangan terbuka ternyata cukup tinggi.

"Banyak. Sampai gak tertampung," kata Kepala UPT Dieng Banjarnegara Aryadi Darwanto

Tetapi di lain sisi, wisatawan yang memutuskan nge-camp perlu mempersiapkan betul kondisinya.

Mendirikan tenda di komplek candi serasa menginap di puncak gunung.

Dataran ini berada di ketinggian sekitar 2000 Mdpl.

Karenanya, persiapan yang dilakukan tak ubahnya saat hendak camping di puncak.

Pengunjung harus bersiap menghadapi hawa dingin dan terpaan angin malam yang ekstrem saat menginap di tenda.

Bun upas di Candi Arjuna
Bun upas di Candi Arjuna (Instagram/@dewa_muji)

Terlebih, bersamaan dengan perhelatan DCF, bulan Agustus adalah puncak musim kemarau di Dieng.

Saat itu, suhu udara bisa turun drastis hingga bawah titik beku.

3 dari 4 halaman

Waktu itu juga menjadi puncak keparahan embun es yang menyertai suhu di bawah titik beku.

Embun yang menempel di permukaan benda maupun dedaunan seketika berubah menjadi es.

Tubuh mana yang tak menggingil jika diterpa suhu demikian.

Berada dalam kamar tembok yang rapat saja, hawa dingin masih merasuk hingga menusuk tulang, apalagi di dalam tenda berbahan tipis.

Alas tidur pun langsung bersentuhan dengan permukaan tanah yang dingin.

Tak ayal, berkaca dari pengalaman tahun lalu, tidak semua wisatawan kuat tidur di tenda.

Sebagian mereka yang mulanya percaya diri menginap di tenda, pada akhirnya menyerah dengan alam.

Tubuh mereka ternyata tak cukup kuat melawan suhu ekstrem Dieng.

Mereka akhirnya memutuskan meninggalkan tenda, lalu mencari penginapan yang masih tersisa di Dieng.

Padahal saat demikian, mencari kamar yang disewakan sudah amat susah karena rata-rata telah terisi.

4 dari 4 halaman

Ada yang akhirnya memilih turun jauh meninggalkan Dieng menuju kota Wonosobo untuk berburu penginapan.

Ada pula yang terpaksa kembali ke mobil mereka dan beristirahat di dalamnya yang lebih hangat, meski tetap kurang nyaman tentunya.

"Ada yang kuat, ada yang tidak kuat," katanya

Karenanya, masyarakat yang ingin menginap di tenda perlu melakukan persiapan khusus.

Selain kondisi tubuh yang fit, siapkan pakaian atau jaket tebal, penutup kepala, sarung tangan, kaus kaki, hingga sepatu yang bisa melindungi tubuh dari terpaan hawa dingin.

Perlu juga obat-obatan untuk antisipasi jika kesehatan terganggu, semisal minyak kayu putih atau obat flu.

Jika tidak yakin dengan kondisi tubuh, atau punya penyakit bawaan yang rentan terhadap suhu dingin, sebaiknya berpikir ulang untuk bersikeras menginap di tenda.

Di luar komplek candi, homestay di Desa Wisata Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo pun ikut diserbu wisatawan selama even DCF berlangsung.

Desa Sembungan dari Bukit Sikunir, beberapa waktu lalu.
Desa Sembungan dari Bukit Sikunir, beberapa waktu lalu. (TRIBUNTRAVEL.COM/Sinta Agustina)

Desa wisata ini menawarkan objek wisata puncak Sikunir dan telaga Cebong yang juga menjadi destinasi favorit wisatawan saat ke Dieng

Pengelola homestay Mentari Pagi Bukhori mengatakan, saat ini, rata-rata homestay di Desa Sembungan sudah dipesan penuh selama even DCF Agustus mendatang.

"Tinggal beberapa homestay aja yang belum, sama rumah warga," katanya

Di luar homestay, masyarakat juga menawarkan rumah atau kamarnya untuk disewa pengunjung.

Tarif sewa kamar atau rumah untuk rombongan umumnya Rp 500 ribu permalam.

Selain itu, warga juga menawarkan fasilitas camping ground untuk pengunjung yang ingin menikmati pergantian malam dengan nuansa beda. 

Tepi telaga Cebong jadi spot favorit bagi wisatawan untuk mendirikan tenda.

Saat puncak keramaian, ratusan tenda mengelilingi telaga dengan pemandangan airnya yang tenang, serta bukit Sikunir yang berdiri gagah.

"Sewa tenda Rp 100-150 ribu," katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Jelang Dieng Culture Festival Ke-10, Pengunjung Bisa Camping di Dieng saat Musim Es, Berani?

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jateng
Tags:
Dieng Culture FestivalDiengSembungan Sumur Jalatunda Museum Kailasa Telaga Merdada
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved