TRIBUNTRAVEL.COM - Bulan Ramadan menjadi berkah tersendiri bagi sebagian masyarakat.
Tak terkecuali perajin kopiah rajut di Mintoragan, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul.
Datangnya bulan puasa 1440 H ini membuat pemesanan kopiah meningkat hingga seratus persen dibandingkan hari biasanya.
"Alhamdulillah, Bulan Ramadan pemesanan banyak. Meningkat sampai seratus persen. Bahkan ada yang pesan sebelum Ramadan," kata Nafsiatun Ummah, 48 tahun, perajin kopiah rajut "Al Barokah" di Mintoragan, Desa Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Jumat (17/5/2019).
Pemesanan menurutnya datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Lampung, Jakarta, Cirebon, Temanggung, Surakarta, Jawa Timur dan seputaran Yogyakarta.
Pada hari-hari biasa, Nafsiatun mengaku melakukan pengiriman sekitar 200 buah.
Namun selama Ramadan ini meningkat, menjadi 500 buah, dalam sekali pengiriman.
Menariknya, kopiah-kopiah rajut itu handmade.
Semuanya dikerjakan manual dengan tangan.
Bahan dasar dari penutupan kepala ini menggunakan kain strimin, benang nilon, tali, kabel kosong, batok kelapa dan kulit sapi.
Keseluruhan bahan tersebut kemudian dirangkai (dirajut-red) sesuai motif dan ukuran hingga menjadi kopiah.
Satu kopiah, membutuhkan waktu perajutan selama dua sampai tiga jam.
Tak ayal, untuk memenuhi permintaan pasar, Nafsiatun tidak sendirian dalam merajut.
Ia mempekerjakan sedikitnya 40 orang yang kebanyakan dari kalangan ibu-ibu rumah tangga.
"Ada 40-an orang yang merajut disini. Sistemnya borongan," terang dia pada Tribunjogja.com.
Di rumahnya, berbagai macam kopiah berbagai motif dan ukuran telah selesai dibuat.
Ada kopiah Turki, kopiah kulit, kopiah lipat, hingga Kopiah Ketu.
Kopiah tersebut dibanderol dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.
"Tergantung dari motif dan tingkat kerumitan," jelas dia.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Bulan Ramadan, Perajin Kopiah Rajut di Bantul Banjir Pesanan