TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi sebagian orang keong biasanya dianggap hama bagi para petani di sawah.
Tetapi siapa sangka, makhluk kecil bercangkang ini dapat menjadi olahan makanan yang sedap.
Warga Banyumas menyebut olahan keong tersebut dengan sebutan 'Kraca'.
Dalam suasana bulan Ramadan saat ini kraca menjadi menu andalan berbuka. Banyak masyarakat yang suka dengan olahan keong tersebut.
Jika anda berkunjung ke wilayah Kabupaten Banyumas, maka akan dengan mudah mendapati kraca.
Ada salah satu tempat penjual kraca yang sudah tersohor, khususnya di wilayah Purwokerto, Banyumas.
Tempat itu adalah warung milik Khamlani (60) warga Jalan Kauman Lama, Kecamatan Purwokerto Timur.

Pantas menyandang sebagai warung penjual kraca tersohor, sebab Khamlani sudah berjualan sejak 1995. Ketika bulan puasa produksi kraca bisa naik berkali-kali lipat ketimbang hari biasa.
"Selama bulan puasa sehari setidaknya dapat memasak Kraca hingga 100 kilogram," ujar Lani (56) istri dari Khamlani kepada Tribunjateng.com, Kamis (16/5/2019).
"Itu juga biasanya akan langsung habis hanya dalam waktu 3 jam saja," tambahnya.
Jika dalam sehari saja bisa memasak sampai 100 kilogram, maka dalam sebulan berati bisa mencapai 3 kwintal kraca.
Para pembeli biasanya membeli sesuai dengan pesanan. Terkadang ada yang membeli sampai 15 kilogram.
Pada hari-hari biasa, para pembeli kebanyakan adalah para karyawan kantor selepas pulang kerja.
Bulan Ramadan memang menjadi bulan yang berkah. Terutama bagi Khamlani dan usaha kracanya. Pada hari biasa dirinya tidak memasak banyak kraca seperti bulan puasa.
Hari-hari biasa hanya sekira 25 kilogram saja dia masak.
Keong sawah yang merupakan bahan utama pembuatan kraca, diperoleh dari daerah Pekalongan dan Demak.
Meskipun berbahan utama keong, tetapi untuk menciptakan rasa yang berbeda, ditambahkan pula bahan masakan lain untuk menggugah selera.
"Harga satu kilogram kraca adalah Rp 40 ribu, tetapi rata-rata pembeli banyak juga yang membeli setengah kilogram," jelasnya.
Proses memasak kraca tergolong tidak sederhana. Pertama keong mentah dicuci terlebih dahulu hingga bersih.
Setelah bersih, keong kemudian dilubangi pada bagian ujungnya. Tujuannya supaya menghilangkan kotoran sekaligus agar bumbu meresap ke dalam.
"Keong-keong kemudian direndam semalam. Pada pagi harinya keong kembali dicuci berkali- kali hingga bersih dan baru dimasak," paparnya.
Setelah benar-benar bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran, barulah untuk memasaknya, bumbu- bumbu yang sudah dihaluskan ditumis.
Masukan keong-keong yang sudah dicuci bersih. Setelah bumbu meresap kemudian diberi air dan direbus hingga kurang lebih 4 sampai 5 jam.
Sambil beberapa kali diaduk untuk semakin meresapkan bumbu-bumbu kedalam daging keongnya.
Setelah 4 sampai 5 jam, maka kraca makanan khas Banyumas siap disantap.
Kraca makanan dari bahan dasar keong sawah memiliki citarasa yang lezat, pedas dan segar. Daging keong teksturnya lunak dan kenyal.
Proses pembuatan kraca di warung milik Khamlani semua dikerjakan sendiri.
Khamlani mengaku justru takut jika dikerjakan oleh orang lain sebab, rasanya bisa kurang pas.
Bahkan menurutnya hal penting yang mesti diperhatikan adalah suasana hati ketika memasak.
"Pernah ada yang coba beli resep untuk buat kraca tahun 2015 an. Tetapi ketika diberi resep rasanya tetap beda, satu resep tapi tangannya beda jadi rasanya juga tidak sama," ujarnya.
Secara tampilan kraca mungkin sedikit terlihat menjijikan. Tetapi jika sudah mencicipi pasti akan membuat ketagihan.
Bukan hanya sedap, kraca juga memiliki khasiat terutama bagi ibu hamil untuk menambah protein, penyakit kuning atau liver dan sariawan.
Salah satu hal yang unik dari kraca adalah cara memakannya. Cara memakannya dengan disedot pada bagian cangkangnya.
Tetapi jika anda merasa kesulitan, maka dapat mengunakan tusuk gigi untuk dapat mengambil dagingnya. Jika anda berkunjung ke Banyumas, sempatkanlah mencoba masakan khas Banyumas Kraca olahan keong yang lezat. (TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kraca, Makanan Khas Banyumas yang Banyak Diburu saat Ramadan, Bahan Dasarnya Keong