Breaking News:

Di Desa Ini Jumlah Orang-orangan Sawah Lebih Banyak daripada Warganya, Kok Bisa?

Ketika memasuki desa kecil Nagoro, yang terletak di pegunungan Jepang bagian barat, kamu akan disambut banyak boneka berjajar seukuran manusia.

newsapi.com.au
Boneka di Desa Nagoro 

TRIBUNTRAVEL.COM - Ketika memasuki desa kecil Nagoro, yang terletak di pegunungan Jepang bagian barat, kamu akan disambut banyak boneka berjajar seukuran manusia.

Tak heran jika Nagoro yang berada sekitar 550 kilometer di barat daya Tokyo dikenal sebagai lembah boneka.

Pasalnya, jumlah boneka mirip orang-orangan sawah itu jumlahnya lebih banyak dari penduduk yang mendiami Desa Nagoro yaitu sekitar 10 banding 1.

Desa Nagoro hanya dihuni sekitar 27 orang, sementara jumlah orang-orangan sawah berlipat sepuluh kali, yaitu 270.

Keberadaan orang-orangan sawah di desa Nagoro adalah ide dari Tsukimi Ayano.

16 tahun yang lalu, Ayano menciptakan orang-orangan sawah mengenakan pakaian ayahnya untuk mencegah urung memakan biji yang dia tanam di kebunnya.

Dikutip dari South China Morning Post, sejak saat itu Ayano tidak berhenti menciptakan boneka seukuran aslinya.

Ia membuat dengan tongkat kayu, koran untuk mengisi tubuh, kain elastis untuk kulit dan wol rajut untuk rambut.

Nagoro, Jepang
Nagoro, Jepang (thrillist.com)

Pulau Ubin, Surga Tersembunyi di Singapura yang Tawarkan Keindahan Alam dan Ketenangan

Tes Kepribadian - Mengungkap Karakter Seseorang Lewat Caranya Berjabat Tangan

Promo Pegipegi - Mau Dapat Diskon Hotel hingga Rp 1,5, Juta? Masukkan Kode Kupon Khusus Ini

TONTON JUGA :

Untuk membuat boneka ini terlihat hidup, Ayano menambahkan warna di wajah dan menghiasinya dengan make up.

Di sekolah setempat, Ayano menempatkan 12 boneka berwarna-warni berukuran anak-anak di meja.

2 dari 3 halaman

Boneka-boneka itu diposisikan seolah-olah mereka adalah murid di kelas yang ramai sedang mengamati buku-buku mereka.

Sekolah itu ditutup tujuh tahun yang lalu karena tidak ada orang untuk melangsungkan kegiatan belaja mengajar.

Ayano mengingatnya dengan sedih dan berkata, "sekarang tidak ada anak. Orang termuda di sini berusia 55 tahun."

Nasib Desa Nagoro hingga meriplikasi 'orang' disebabkan oleh populasi yang menurun, tingkat kelahiran yang rendah, dan harapan hidup yang tinggi di Jepang.

Boneka di Desa Nagoro.
Boneka di Desa Nagoro. (newsapi.com.au)

6 Manfaat Baik bagi Tubuh Ketika Mengkonsumsi Buah Pisang, Bisa Mencegah Kanker Colon

Sambut Hari Kartini, NCSA Surabaya Bagikan Resep Masakan Kuno Jepara Ayam Besengek dan Sup Pangsit

Paranoia Royal Plaza Surabaya Punya Destinasi Wahana Baru Bertema Horror

Negara ini hampir menjadi negara "ultra-aged" pertama di dunia karena 28 persen warganya berusia 65 tahun ke atas.

Laporan pemerintah terbaru menunjukkan bahwa 27,7 persen dari populasi 127 juta (satu dari empat orang) di Jepang berusia 65 atau lebih dan angka tersebut diperkirakan akan melonjak menjadi 37,7 persen pada tahun 2050.

Menurut para ahli, sekitar 40 persen dari 1.700 kota di Jepang didefinisikan sebagai wilayah "kekurangan penduduk".

Setelah perang dunia kedua, ketika kehutanan dan pertanian merupakan pendorong ekonomi utama, banyak orang Jepang tinggal di desa-desa seperti Nagoro.

Tetapi orang-orang muda mulai berangkat ke Tokyo pada 1960-an, kata Takumi Fujinami, ekonom di Japan Research Institute.

Namun, Nagoro kini tak lagi sepi, boneka-boneka Ayano telah menarik orang-orang dari Amerika hingga Eropa untuk mengunjunginya.

3 dari 3 halaman

Apakah kamu juga tertarik bertemu orang-orangan sawah di Desa Nagoro, Jepang?

TribunTravel.com/rizkytyas

Selanjutnya
Tags:
TribunTravelJepangNagoroTsukimi Ayano Ikan Shisamo Donburi
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved