TRIBUNTRAVEL.COM - Tangkelek merupakan produk lokal Minang pertama berkonsep distro, dan sudah berkembang menjadi clothing.
Pengelola Tangkelek Rori Aroka Rusji mengatakan, Tangkelek mengusung konsep kearifan lokal lewat kalimat atau pepatah berbahasa Minangkabau dalam produknya.
"Dan pepatah tersebut selalu diselipkan dengan kocak," tambah Rori.
Rori mengatakan beberapa kalimat plesetan yang sudah lumrah di kalangan masyarakat jadi ciri khas.
Misalnya saja, semboyan dari toko dulu pernah bertuliskan "Hari ini mambali ndak mambali buliah caliak caliak ka dalam (Hari ini beli gak beli boleh lihat-lihat ke dalam)".
"Sekarang sudah ada parkir, otomatis sudah bayar parkir, gak gratis lagi," katanya sambil tertawa.
LIHAT JUGA VIDEO BERIKUT:
Rori juga mengatakan, desain tulisan Tangkelek tidak pernah membuat menggunakan kata-kata kasar.
"Etika masih kami jaga, sampai sekarang belum pernah tulisan seperti itu, kalera aja belum pernah, tulisan ang bisa diitung. Paling kasar mungkin kata paja," tuturnya.
Rori bercerita bahkan ada pelanggan yang datang ke sini hanya sekadar untuk membaca desain tulisan terbaru dari mereka
"Udah selesai mereka ketawa-tawa, mereka pulang. Ya ga papa, sekalian promosi juga kan," cerita pria berumur 30 tahun ini.
Meski mengusung konsep tradisional, desain Tangkelek tak bisa bisa dibilang jadul.
Mereka memainkan konsep tersebut dengan grafis kekinian sehingga mampu menarik minat kaum milenial.
Rori menjelaskan untuk target pasar mereka adalah para perantau yang mencari oleh-oleh unik saat pulang ke Ranah Minang.
"Mereka tetap bangga dengan budaya minangnya, budayanya tidak pernah tinggal saat di rantau, walaupun mereka sudah lama di rantau," tutur Rori.
Respon positif dari perantau ini yang dimanfaatkan oleh Tangkelek.

Selain mengunjungi langsung ke outletnya, pelanggan juga bisa memesan via media sosial.
"Bisa mencapai 500 pcs saat ramai, atau normalnya 100-150 sebulan, biasanya yang mesan dari Tanah Abang dari Jakarta, Kalimantan, Monokwari, hingga perantau di Malaysia juga pernah ada," sebut Rori.
Pengelola Kadai Tangkelek ini menambahkan, Tangkelek selalu melakukan inovasi-inovasi produk baru agar daya tarik pembeli setiap tahunnya meningkat.
"Tiap bulan ada desain baru, tidak ada restock desain yang sudah lama. Mungkin maknanya sama, tapi pasti gaya desainnya berbeda," jelasnya.
Terbukti dari inovasi yang selalu diberikan oleh Tangkelek, mereka mampu meraup omzet sekitar Rp 90 hingga Rp 120 juta rupiah dalam sebulan.
Tak hanya itu, kini Tangkelek sudah memiliki tujuh cabang di Sumatera Barat.
Di antaranya berada di Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Pariaman, Pasaman Barat, dan Bandara International Minangkabau.
Kadai Tangkelek kini berpusat di Jalan S Parman nomor 171 Ulak Karang, Padang Utara, Padang, Sumatera Barat.
Selain menjual baju kaos, Tangkelek kini juga menjual celana, sweater, jaket hujan, sendal, topi, tas hingga gelang.
Harganya berkisar dari Rp 50 ribu hingga Rp 215 ribu.
"Kalau gelang kami menjualnya dengan harga Rp 15 ribu," tambah Rori.
Beberapa tulisan yang ada pada kaos di antaranya anti sisa sisa urang (anti sisa-sisa orang), rancak cari jodoh daripado cari muko (lebih baik cari jodoh daripada cari muka), dan jan panjang bana caliak tu da, beko suko pulo ka adiak (jangan terlalu lama melihat bang, nanti suka pula pada adek).
Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul Kaos Bertuliskan Plesetan Khas Minang Jadi Andalan Tangkelek untuk Pencari Oleh-oleh.