TRIBUNTRAVEL.COM - Menikmati makanan enak yang dikemas instan, saat ini, sudah menjadi hal yang biasa.
Namun, kuliner yang dimasak secara sederhana tetap menjadi idola dan sulit tergantikan.
Jika kebetulan berkunjung ke Bumi Projotamansari, tepatnya di jalan Bantul kilometer 6, Dusun Nyemengan, Tirtonirmolo, kecamatan Kasihan, kamu akan mendapati jajanan sederhana yang digandrungi oleh para pembeli. Namanya, Serabi Kocor Ngadinem.
Kuliner ini cukup legendaris, dengan cita rasa gurih dan manis. Menariknya, serabi kocor racikan Bu Ngadinem ini dimasak dengan cara tradisional. Tidak menggunakan kompor, melainkan anglo dan bara api kayu bakar.
"Masak pakai anglo, rasanya lebih enak. Karena ada rasa pahit dan wanginya khas," tutur Ngadinem, menceritakan alasannya.

Kepada tribunjogja.com, perempuan berusia 49 tahun itu menceritakan, berjualan serabi kocor di jalan Bantul sejak tahun 1998 silam. Sampai sekarang sudah 21 tahun.
Resep yang digunakan merupakan hasil dari olahan tangan sendiri. Adonan bahan baku serabi menggunakan tepung beras dicampur kelapa dan garam.
Sementara untuk kuah, sebagai pelengkap Serabi, Ngadinem memakai gula merah dan pandan. Bahan masih sangat alami. Alhasil, serabi kocor Ngadinem ini laris manis.

Ngadinem berjualan ditemani oleh sang Adik, tepatnya di sebuah lapak sederhana terbuat dari Bambu dipinggiran jalan Bantul kilometer 6. Ia biasa berjualan dari pukul tiga sore sampai Serabi habis. "Biasanya sampai waktu Isya," ujar Ngadinem, sambil cekatan membungkus serabi untuk para pembeli.
Harga serabi kocor Ngadinem cukup murah meriah. Satu porsi mangkuk berisi dua bulatan kue serabi lengkap dengan siraman kuah gula merah, dihargai Rp 2.500.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Serabi Kocor, Makanan Legendaris yang Masih Eksis